Tantangan hari ke-6

Tanganan menulis 30 hari Gurusiana

Agustina . . .

Aku tahu sembab di matamu sedari pagi

Sedih menemani tidurmu semalam-malaman

Malammu tak lagi terasa pulas seperti kemarin

Sepi menghinggapi relungmu berbulan ke depan

Aku tahu dusun pengungsianmu menanti

Sebab tuan tanah yang menyukaimu berulah lagi

Menunggu waktu meminangmu menjadi istri kedua

Sedangkan engkau sungguh ingin meraih bintang

Pagi itu dia mengejarmu ke sekolah

Engkau melompat dan berlari seketika

Tuan tanah berang menemui kami yang bingung

Engkau telah hilang di antara lebat pepohonan

Gelisah menunggumu di sekolah berhari

Merunut tentang mimpimu di sini sebiasanya

Meratapi kembalimu yang tak lagi pernah

Janji tentang esok dari sini terasa ganjil tanpamu

Agustina . . .

Ayah dan ibumu membawamu pergi

Barangkali dusun pengungsian lebih baik untukmu

Ayah dan ibumu melarangmu ke sekolah

Barangkali menjauh dari yang tak sabar meminangmu

Agustina...

Bila engkau telah selesai di sana

Kembalilah ke gedung reot kita

Bila hatimu telah membaik lagi

Kita akan bertemu di tempat ini lagi

Aku dan teman bermainmu

Masih setia setia di sini

Menunggu kepulangannmu

Menunggu engkau dan cerita rindumu

Tentang kita yang banyak berjanji

Tentang mimpi yang kau ceritakan

Tentang jalanmu yang tak biasa

Tentang asamu untuk esok yang lebih baik

Papua, 2019

(Kisah tentang seorang murid saya yang dikejar dan dipaksa menikah oleh tuan tanah di tempat pengabdian dan dia terpaksa mengungsi ke hutan selama berbulan-bulan)