Maria Marselina Goran

Maria Marselina Goran, akrab disapa Sherly adalah seorang guru berasal dari Pulau Flores yang saat ini mengajar pada SD Inpres Towe Atas di pedalaman Kabu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibu guru, biji gomu enak!

Ibu guru, biji gomu enak!

Tantangan Hari ke 11 _Tantangan Menulis 30 Hari Gurusiana

Setelah beberapa lama di pedalaman, saya mulai bosan di rumah. Beberapa kali saya menemani anak-anak memanah ikan di sungai, meskipun akhirnya ikan-ikan itu mereka berikan kepada saya semuanya. Sayapun beberapa kali pergi ke hutan yang tidak terlalu jauh untuk memetik buah hitam. Mereka mengatakan bahwa buah hitam sangat enak bila dimakan dengan singkong, tetapi saya menolaknya karena belum pernah memakannya.

Beberapa kali saya dan anak-anak kelas satu yang masih kecil menyusuri kebun di sekitar sungai untuk memetik daun singkong. Kami memanjat pagar, dan saya pernah terjembab di atas hamparan bayam merah karena karena pagar yang saya panjat sudah rapuh.

Banyak kegiatan yang bisa saya lakukan untuk mengisi kebosanan saya. Sayapun mulai ikut-ikutan lari ketika ada mobil yang masuk ke kampung. Sayapun mulai senang berlari ke sungai ketika warga mulai mengejar rusa. Sepertinya saya mulai sedikit menikmati kehidupan pedalaman.

Siang itu, sepulang sekolah, saya melihat Frengky dan Veranus (murid kelas satu) membawa buah gomu. Buah gomu ini seperti sejenis sukun, bergetah namun berbiji seperti nangka. Saya mencari-cari nama buah ini dalam bahasa indonesia di google namun tidak menemukannya. Yang dikonsumsi dari bauh inj adalah bijinya. Saya lantas banyak bertanya tentang buah gomu. Karena sebelumnya di pusat distrik, saya dan teman-teman pernah mengkonsumsi buah ini, tetapi daging buahnya yang kami jadikan sayur.

Frengky dengan sumringah menceritakan bahwa biji gomu sangat enak kalau dibakar. Direbus pun enak, katanya dengan wajah senang. Saya mengamati buah gomu yang cukup besar di tangan mereka berdua. Kami bertiga menyusuri sungai.

Sesampainya di sungai, mereka berdua membersihkan buah gomu. Veranus dengan parang di tangannya begitu lihai membelah buah gomu dan memisahkan bijinya. Daging buahnya ia lempar ke dalam arus sungai.

Mereka membagikan kepada saya sekantong kecil biji gomu. Saya membawanya pulang dan kami bertiga berjalan beriringan menuju kampung. Sesampainya di rumah, tanpa menunggu lama saya mencuci dan merebusnya. Seperti instruksi Frengky, saya akhirnya merebusnya hingga mendidih dan airnya sedikit mengering.

Dan ternyata biji gomu ini sangat enak, saat tak ada cemilan lain lagi di pedalaman. Rasanya mirip biji nangka, cukup mengenyangkan dan menunda beberapa jam waktu makan siang saya dengan sarden kaleng. Orang-orang di kampung ini memakannya sebagai pengganti nasi.

Selanjutnya Frengky menceritakan kepada kedua orang tuanya bahwa saya mulai suka makan gomu. Ibu dan ayahnya yang sering menghabiskan waktu di hutan, selalu mengantarkan biji gomu ke rumah saya ketika mereka memetik buah ini di kebun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post