Tantangan menulis hari ke-005

Pak Joni Pensiun

Pentigraf

Oleh: Maria Monalisa

Terlihat ia menghela nafas panjang sembari menerima amplop dari Bu Rita. Tangannya terlihat gemetar dan matanya berkaca-kaca. Pak Joni tak mempu memutar badannya yang sudah terlihat bungkuk dan terlihat uban yang sudah memenuhi kepalanya ketimbang rambut hitam.

Rani tak sanggup menempati posisi untuk menggantikan Pak Joni. Terasa kenangan ketika ia masih bersama. Seakan ingin mengulang kembali masa ketika masih muda dulu. Tapi karena ketentuan ia harus meninggalkan pekerjaannya. Dengan tangan yang masih gemetar Pak Joni berusaha melangkahkan kakinya untuk meninggalkan ruangan itu.

Lalu Pak Joni memasukkan surat itu ke dalam tas hitam yang sudah lusuh. Tas itu telah menemaninya dalam suka dan duka. Kepanasan dan kehujanan dan itu adalah pemberian dari anak yang telah tiada. Fikiran Pak Joni jadi kacau padahal ia harus menghidupi keluarganya. Lalu ia mendapat telepon dari rumah. Tapi ia tak sanggup mengatakan kepada istrinya apa yang sebenarnya terjadi. Gadgetnya terus berdering. Di bawah pohon rindang di tepi jalan ia membaca sms yang isinya berupa berita duka bahwa istrinya telah meninggal dunia dan ia segera pulang. Sesampai di rumahnya ia menemukan bendera hitam dan sudah banyak pelayat yang datang. Kini Pak Joni hanya menemui istrinya yang terbujur kaku.