Seperti hari biasa tiap pagi ku keliling mengamati dan mengontrol jalannya aktivitas di tempat kerjaku. Jika ada yang harus kusikapi atau tanggapi langsung kulakukan tampa menunda waktu, entah itu pada seseorang ataupun lingkungkungan tempat kerjakau yang merupkan rumah kedua ku.

Tampa terasa waktu cepat berlalu, kulirik jam tanganku, aduhh... Sudah pukul sembilan tiga puluh menit ku ingat ada janji dengan teman kerjaku untuk pergi bersama menhahadiri undangan kenduri. Sambil bergegas keruang kerjaku kalu menghampiri rekan kerja memberi tahu ku akan pergi. Sesaat ku sudah sampai di ujung jalan dimana biasa ku menunggu mobil yang bisa membawaku kearah tujuanku.hampir tiga puluh menit ku menunggu belum ada satupun yang bisa membawaku, wah sudah terlambat ini desis bibirku, lama betul temanku nenunggu disana.

Rentang berapa lama tiba- tiba berhenti kendaraan beberapa meter didepanku, secara refleks kusimpulkan tentulah kendaraan itu berhenti berkenan memberi tumpangan , dengan sedikit berlari kuhampiri sambil menjenguk kedalam, ayo buk katanya, walau sedikit berat tapi karena ku sudah terlambat ku kubuka pintu dengan sedikit keraguan. Dalam keraguan hati ini berbisik arahnya kan satu jadi aku kan aman dalam perjalanan. Untuk menghilangkan kecemasan ku bertanya dan rak lupa berterima kasih telah berkenan menolongku, lalu ia menjawab, karena teman seprofesi maka nya saya ingin menolong jawabnya, ternyata dia dulunya juga seprofesi denganku, akhirnya hilanglah kecemasanku. Sepanjang perjalanan kami bercerita dan satu lagi kesamaan ku dengan dia, dengan serta merta dia memperlihatkan kartu identitasnya dan kami asal daerah yang bertetanggaan

Ternyata pertemuan berujung pada persahabatan yang panjang, dia punya pribadi yang beda jauh dengan ku, namun membuatku ingin membawanya kearah ku namun...akhirnya Ku sadari dia adalah dia, tidakkan bisa menjadi aku. Hanya satu doaku pada Mu ya Rabb jadikanlah dia sahabat terbaik karena ri