#Tantangan Gurusiana Hari ke-60 /Minggu, 24 Mei 2020

Kereta Angin Menjemput Surga (Part 3)

Minggu pagi yang cerah, udara yang sejuk, daun -daun pepohonan masih terlihat basah karena embun tadi malam yang turun kebumi.

Dengan menaiki sebuah Kereta Angin, sepeda, biasa aku menyebutnya, dalam bahasa jawa lereng, bang Muchlis datang kerumahku.

Sepeda sport besih putih, sepeda yang sangat bersih, sebersih hati sang pemiliknya, sepeda yang selalu terawat dengan baik oleh pemiliknya, melaju berhenti tepat di pekarangan rumahku.

Rumah yang sangat sederhana, dengan halaman yang terdapat beberapa pepohonan menambah suasana desa sangat terasa.

Halaman rumah yang selalu bersih dengan bunga-bunga di dalam pot timbah berjejer rapi.

Rumah ku beserta orang tuaku, bersama keluarga kami tempati rumah itu, rumah setengah permanen, di bagian bawah adalah batu bata yang belum di plaster bahkan sudah sejak lama memang tidak pernah diplaster, sedangkan setengah bagian atas adalah dinding tepas terbuat dari bambu yang dianyam rapi, sementara bagian depan rumah tersusun papan -papan sebagai dinding agar terlihat kuat dan manis.

Bang Muchlispun memarkirkan sepedanya tepat di depan pintu depan, di bawah pohon belimbing yang rindang.

Aku melihatnya dari jendela yang dihalangi tirai sederhana yang tipis, sebelum ia mengucapkan salam, aku bergegas membukakan pintu dan menyambutnya.

Dengan pakaian koko dan tas di selempangkan serta peci yang bertanggar di kepala bg Muchlis menghampiriku.

Sebelum berbicara, ku persilakan untuk masuk kedalam rumah, kali ini bang Muchlis ingin mengajak aku pergi mengaji, menuntut ilmu agama dengan salah seorang guru.

Bersambung....