Marianto,S.Sos.I.,S.Pd.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kereta Angin Menjemput Surga (Part 5)

Kereta Angin Menjemput Surga (Part 5)

Tantangan Gurusiana Hari ke-63/Rabu, 27 Mei 2020.

Kereta Angin Menjemput Surga (Part 5)

Sejak saat itu hampir setiap hari minggu, kami berdua mengaji di rumah ustadz Alamsyah, berboncengan menaiki sepeda, saling bercerita dan bercanda melewati jalan setapak, diantara perkebunan pisang yang berada di sepanjang jalan menuju rumah Mualim Alamsyah.

Tidak ingin terlewatkan setiap kitab-kitab yang di bahas kami berusaha datang lebih awal, meskipun demikian masih ada juga santri yang lebih awal dari kami, yang selalu duduk di sudut ruangan.

Sudah hampir bertahun-tahun aku dan bang Muchlis mengaji bersama ustadz Alamsyah, ada yang unik dari para santrinya, mereka hampir tidak pernah pindah dari posisi duduknya termasuk kami, meskipun sudah bertahun-tahun.

Terkadang santri yang lainpun tidak mau menempati tempat duduk kami meskipun kosong.

Karena kami para santri tidak pernah pindah tempat duduk, hal ini membuat mualim sampai hafal dimana letak kami duduk, ketimbang hafal nama kami.

Tidak ada absen , tidak ada waktu perkenalan dalam pengajian, sehingga membutuhkan waktu lama untuk kami saling mengenal, terkadang hanya wajah yang aku pahami tidak mengenal nama.

Sungguh wajah-wajah yang penuh dengan cahaya, sejuk rasanya tatkala memandang, tentram jiwa tatkala berdekatan dan bertutur kata.

Sikap yang ramah dan penuh kehangatan serta penampilan yang sederhana yang penuh kharisma, membuatku mantap dalam menempuh jalan menuju Ilaihi Rabbi.

Sungguh pengajian yang berahklak dan beretika, sampai terkadang batuk sajapun malu rasanya.

Banyak rintangan dan halangan serta tantangan yang selalu menghadang di setiap kali ingin menuntut ilmu di sini, tantangan yang paling besar adalah rasa malas, tidak ada obatnya kecuali mesti dipaksakan.

Halangan terberat lagi adalah rasa kantuk yang bersangatan, yang tidak dapat ditahan walau mata diganjal dengan korek api.

Tapi beruntung kalau duduk berdekatan dengan teman dekat, karena apabila setiap kali kantuk datang, dia selalu menyenggol atau memukul lutut kita, sehingga membuat kita terkejut dan terbangun lagi.

Begitulah seterusnya kami alami, berjuang melawan rasa malas, jenuh dan ngantuk demi menuntut ilmu sebagai kewajiban bagi seluruh umat islam baik laki-laki maupun perempuan, sebagai bekal untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam pengajian itu semua murid mempunyai kitab masing-masing yang di bawa mereka dengan menggunakan tas, begitu juga dengan bang Muchlis yang tidak pernah tertinggal kitabnya di dalam tasnya selalu, bahkan sampai kitab untukkupun sudah ia siapkan didalam tasnya dan di berikan kepadaku ketika sudah sampai di tempat.

Sungguh mulia hatimu bang muchlis, kamu rela memfasilitasi aku , agar aku bisa menuntu ilmu akhirat, padahal untuk kepentingan dan demi kemajuanku sendiri.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu sambungannya.

27 May
Balas

Ok bu.terimakasih sudah berkunjung

27 May

Bagus ceritanya Pak, salam sukses

27 May
Balas

Terimakasih bu,

27 May

Cerita yang bagus, barharga, salam literasi pak

27 May
Balas

Terimakasih bu.

27 May



search

New Post