#365 Hari Menulis

#Tantangan ke -158

#Selasa, 1 september 2020

#Pentigraf

Membeli HP dengan Mangga

Tujuh tahun yang lalu aku menanam mangga, bibitnya aku ambil dari salah seorang teman Nasyid, yang kebetulan saat itu pohon mangganya sedang berbuah lebat dan pohonnyapun tidak terlalu tinggi, begitu juga buah yang dihasilkannya lumayan besar dan manis, kalau kita makan separuhnya saja perut kita sudah dibuat menjadi kenyang, sebenarnya saya tidak memintanya sih, tapi saya di suruh mencoba menanam di rumah, dengan sedikit malas aku bawa saja bibit mangganya pulang kerumah.

Sampai dirumah bibitpun aku tanam di depan rumah, tapi sayang aku tidak mempunyai halaman, terpaksalah aku tanam di pinggir jalan depan rumah, dan rumah itu sekarang kujadikan tempat belajar taman kanak-kanak bersama istriku, hampir setiap pagi dan sore hari aku menyirammi pohon mangga tersebut,hingga ku buatkan pagar bambu sebagai penghalang supaya tidak dicabut oleh anak-anak atau terinjak -injak, pernah juga pohon mangga ini tertimbun pasir satu Dam truk, setelah pasir habis pohon mangga tersebut masih hidup, dan segera aku baguskan kembali pagar sebagai penghalangnya lagi dan terus saja aku siram.

hingga setelah lima tahun kemudian pohon manggapun sudah besar dan menghasilkan buah yang pertama, buahnya sangat lebat dan besar, setelah cukup tua buah dipohon, sayapun memanen buah tersebut dan membagikannya ketetangga -tetangga serta saudara terdekat, namun anehnya buah mangga itu semakin lebat buahnya, bahkan ada beberapa tukang mangga ingin membeli mangga tersebut, tapi saya tidak berniat menjualnya, karena di pinggir jalan,jadi buahnya saya ikhlaskan bagi siapa saja yang ingin memetiknya, tapi tidak ada orang yang mau mengambilnya, ada juga yang kepingin makan mangga tapi dia meminta dengan permisi kepadaku, hingga tahun kedua mangga terus berbuah, kali ini saya relakan mangga di beli oleh tukang mangga dan uangnya saya pergunakan untuk tambahan beli HP istri saya, sampai sekarang pohon mangga itu masih saja berbuah lebat.