Mencintai Sampai Mati 4
#365 Hari Menulis
#Hari ke - 22
#Kamis, 4 Februari 2021
Mencintai Sampai Mati 4
Arya terdiam sambil memandang sang istri dan anak - anak yang terlihat kasihan kepada Arya sebagai pemimpin kepala keluarga.
Arya berjalan menuju ruang tamu diikuti oleh sang istri yang berusaha mengejar dan menasihati Arya.
"Ayah, buat apa sih kamu simpan surat tanah yang Asli ?, berikan sajalah kepada Rahman, lagi pula tidak ada untungnya juga kamu simpan, lihat adik - adikmu semua benci kepada kamu, seolah - olah dalam fikiran mereka kamu akan menguasai semua harta ayah dan ibu" istri Arya terus saja berbicara mencoba memberi pengertian kepada Arya.
"Tidak, aku tidak akan memberikan surat tanah yang Asli kepada mereka, coba kamu lihat, tanah mereka sudah mereka jual, uangnya juga tidak ada terlihat, barang berharga sebagai pengganti tanah juga tidak ada tersimpan oleh mereka, kamu tahukan surat tanah itu surat tanah besar, disitu masih ada tanah abang, kakak dan saudara - saudara yang lain, sementara tanah mereka sudah terjual, aku tidak mau kalau sampai surat tanah ini ditangan mereka, bisa jadi surat ini akan digadai ke Bank, jadi aku akan tetap melindungi tanah kita dan saudara - saudara dari hal - hal yang tidak di inginkan". Tegas Arya kepada Istrinya.
Istrinya hanya terdiam, ia merasa ada benarnya juga apa yang dikatakan Arya, istrinya sedikit tenang dan berusaha diam dan tidak mau mengusik lagi yang sudah menjadi keputusan Arya suaminya, lagi pula Arya begitu bukan untuk dirinya sendiri, tapi demi keluarganya juga.
Keesokan hari, suasana dikeluarga ibu Arya sudah berbeda, tidak ada lagi canda dan tawa antara Arya dan Adik - adiknya, Arya lebih banyak diam dan selalu menjaga jarak, hal itu ia lakukan hanya untuk menghindari pertengkaran dan perdebatan antar keluarga.
Sementara Rahman sendiri akan melangsungkan pernikahan bersama seorang gadis pilihannya.
Semakin hari kesibukan Rahman dalam mempersiapkan hari bahagianya terus berlangsung.
Ibu Rahman mengingatkan kepada Rahman untuk membicarakan hal yang sakral ini kepada Arya, karena Aryalah yang bisa dimintai pendapat dan jalan keluar, tapi Rahman sudah terlanjur malu kepada Arya, hingga ia menyuruh ibunya untuk menyampaikannya kepada Arya, agar bisa menjadi juru bicara di hari pernikahannya nanti.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar