Serial Bapak & Mamak Beserta 10 Anaknya (Part 20) Aku Ingin Sandal Baru
#365 Hari Menulis
#Tantangan ke - 209
#Sabtu, 24 Oktober 2020
Serial Bapak & Mamak Beserta 10 Anaknya (Part 20) Aku Ingin Sandal Baru
Setiap kali ingin mengaji selalu saja ada halangan dan tantangan serta hambatan, baik itu tidak punya sarunglah,selopnya kiri semualah, kanan semualah, inilah, itulah, dan kali ini tidak ada sandal atau selop untuk mengaji.
Terkadang selop yang sudah putus terpaksa disambung pakai tali atau ditusuk pakai paku agar dapat dipakai untuk pergi mengaji.
Selop sewalow yang baru tidak bisa bertahan lama dirumah, karena biasa memakainya selalu bergantian, bahkan terkadang hilang, karena banyaknya selop yang sama.
Tidak ada selop untuk mengaji, membuat aku selalu lebih lama datang ke Musholla, karena malu kalau dilihat kawan bahwa selop yang aku pakai terkadang selop kakak atau selop mamak, malu kalau diejek sama kawan karena pakai selop perempuan.
Dan pulangnyapun lebih cepat supaya tidak terlihat kawan selop yang saya pakai.
Keesokan harinyapun sama saja, selop yang dipakai tetap selop yang sudah putus, aku lambatkan jalanku agar telat mengaji, dengan begitu mereka tidak akan tahu yang kupakai, namun sampai di pintu Musholla, aku melihat selop berjajar, selop mereka semuanya cantik dan baru sementara aku, memakai selop sewalow yang putus disambung dengan tali plastik, entah sampai kapan pakai selop jelek terus, akhirnya kupisahkan selopku sedikit tersembunyi, kuletakkan didalam bekas kentongan yang sudah rusak dari selop - selop yang lain, meletakkannya lebih tersembunyi agar tidak terlihat, betapa jeleknya selopku.
Entah ada setan apa, tiba - tiba hasrat ingin menukar selopku dengan kawan terbesit, suara hati kecil menolak jangan, tapi nafsu terus berkecamuk, akhirnya pulang mengaji aku pulang lebih awal, dengan rasa terpaksa aku melakukan hal yang sangat memalukan yang sebelumnya belum pernah aku lakukan, yakni menukar selop jelekku dengan selop kawan yang lebih bagus.
Setelah kupakai selop baru aku berlari pulang sekencang - kencangnya takut kalau ada yang melihat, "ya Allah maafkan aku" suara hati kecilku berkata.
Sampai dirumah selop yang kuambil tadi segera kutulis inisial namaku di atas selopnya dengan paku payung kecil.
Apa yang kukakukan sungguh tidak patut ditiru, aku telah berbuat zholim kepada orang lain, aku tahu sang pemilik pasti akan sedih karena selopnya telah hilang.
Namun keesokan harinya, orang yang kehilangan selop, mencari satu persatu selop yang berbaris di depan pintu Musholla, ternyata dia masih paham benar dengan sendalnya, padahal sudah kuberi tanda dengan nama inisialku, tahu kalau itu selopnya , dia segera nengambilnya kembali.
Aku hanya terdiam, tidak berani menyangkal, karena akupun sadar selop itu memang miliknya bukan milikku dan pada akhirnya tanpa diketauinya aku kembali memakai selopku yang kemaren masih tersimpan diantara bekas kentongan yang sudah rusak.
"Ya Allah ampuni dosaku, yang sudah mengambil yang bukan hakku, rasa bersalahpun menyelimuti hati, namun aku masih bersyukur Allah masih menutupi aibku.


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah luar biasa ceritanya. Salam Literasi dan sukses.
Terimakasih bu
Subhanallah, ceritnya pak, semoga sukses dan salam literasi.
Jangan diulang lagi ya Pak .. salam sukses selalu
Pasti tidak akan pernah aku ulangi.terimakasih sudah membac ceritanya bu.