Maria Wijayati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KECEWA DALAM BERTAMU

KECEWA DALAM BERTAMU

Once upon a time in my life, Aku diajak mas bojo alias suami mengunjungi temannya ketika semasa kuliah dulu. Ada urusan bisnis yang harus diselesaikan segera. Kami berangkat dari rumah siang hari usai kerja. Rumahnya Pemalang. Cukup jauh dari kota tempat kami tinggal kota Demak. Temannya sekarang sukses, selain menjadi kepala sekolah di kota itu, juga memiliki sampingan pekerjaan sebagai dosen juga bisnis yang lain. Aku jadi membayangkan akan ketemu dengan PNS yang sukses. Kami berdua naik montor yang kami punya keluaran Honda. Perjalanam yang panjang, dengan jalan yang kadang lancar kadang macet. Melewati kota Semarang yang macet mulai titik daerah Sayung sampai daerah Genuk. Sudah cukup melelahkan dan menjemukan. Agar supaya cepat harus melewati sisi badan jalan, yang pating brocel membuat tersendatnya perjalanan. Melewati kota Kendal yang sebagian jalan mulus dan tidak begitu banyak kemacetan, membuat waktu yang diperlukan singkat untuk melewatinya. Lanjut kota Batang. Jalur paling menantang di kawasan pantura justru saat memasuki wilayah Kabupaten Batang.Jalur sepanjang kurang lebih 50 km merupakan jalur tengkorak di jalur pantura. Kondisi jalannya relatif lebih bagus. Di kanan kiri jalan banyak terdapat hutan jati. Tetapi karena saat itu sudah agak malam kami tidak bisa menikmati keindahan hijaunya hutan jati. Melewati hutan Roban yang saat itu agak padat, naik turun dan kadang berkelok kelok dengan tikungan , turunan yang tajam. sudah menghadang. Jalur yang menjadi ujian sebenarnya bagi para pengguna di kawasan pantura.Di jalur ini ada tiga jalur yang bisa dilewati, Kami ambil jalur utara jalur untuk kendaraan pribadi dan roda dua. Justru aku yang lebih cerewet mengingatkan suami untuk hati hati dalam berkendara.. Banyaknya kendaraan besar, membutuhkan konsentrasi tinggi dalan mengendarai kendaraan beroda 2. Apalagi kalau menyalip beberapa kendaraan besar yang ada di depan motor kami. Membuat mulutku untuk berkomat kamit membaca doa keselamatan. Dijalur inilah kami hampir saja bertabrakan dengan bis yang ngawur menyalip kendaraan di depannya dengan arah yang berlawanan dengan kendaraan kami. Karena hal inilah kuminta suami untukuntuk istirahat sejenak, menenangkan pikiran. Aku takut kejadian yang hampir merenggut ke 2 nyawa kami, membuat konsentrasinya terganggu. Kamipun berhenti di warung pinggir jalan untuk minum kopi dan makanan kecil jalan melemaskan otot sebelum melanjutkan perjalanan. Semprul tenan sopire bisnya. Mungkin gara gara kejar setoran dan kejar jam tayang. Memasuki jalur pantura Kota Pekalongan,kondisi jalan cukup bagus.Menuju arah kota,kendaraan tidak bisa berjalan cepat karena arus lalu lintas cukup padat. Kalaupun saat itu ada jalan yang kurang mulus tidak pegitu panjang. Saya tidak tahu jalannya. Ketika sudah memasuki kota Pemalang suami bilang kalau mengantuk meski sebelumnya tenggorokannya sudah dialiri kopi panas sebagai doping melawan ngantuk. Untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan, karena sangat mengantuk dan capai kamipun berhenti disebuah penginapan, menginap semalam. Pagi pagi badan lebih fresh apalagi setelah badan kena air mandi. Dari penginapan kami lanjut, ke tempat tujuan awal. Sesampai di rumah teman suami, ternyata si tuan rumah dan keluarga tidak berada di rumah, baru jalan jalan di pantai sekitanya. Kamipun menunggu mereka ditemani ibu si tuan rumah. Tidak mungkin kami balik kanan mengingat ratusan km yang sudah kami lalui dengan motor. Apalagi memang ada urusan penting. Cukup lama kami menunggu. Sambil menunggu kamipun saling cerita. Sang Ibu cerita kalau pas mantu si ank anak yaitu sang tuan rumah, menolak semua bentuk sumbangan. Baik uang, amplop maupun barang. Disebutkan juga menyembelih ini dan itu. Betul betul syukuran mantu murni. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua teman suami memang benar benar orang yang berada dan iklas syukuran. Kami di suguhi aqua gelas masing masing satu dan snack criping telo yang tinggal sedikit di toples kecil , kira kira sepertiganya. Rasanyapun sudah tidak kemripik tetapi sudah agak tengik. Mungkin sisa hari raya yang sudah lama berlalu. Sang tuan rumahpun pulang setelah boyok kami cukup pegal kelamaan duduk menanti. Setelah salaman dengan keluarganya sang istri , anak-anak, mereka dan ibunyapun masuk ke kamar dan tidak muncul lagi sampai kami pulang kecuali teman suami. Obrolan dengan teman suami terasa kaku dan formal, dia terkesan sombong dan agak pamer jabatan. Ya … Allah dia tidak tahu bagaimana perjuangan kami untuk sampai ke rumahnya. Perjalanan yang panjang, sangat melelahkan dan toh nyowo. Dia tidak tahu bagaimana kami hampir saja kehilangan nyawa. Kamipun juga harus menginap di penginapan karena kecapaian dan tidak kuat menahan kantuk. Sampai kami pulang si istripun juga tidak nimbrung apalagi sampai membawakan sekedar teh panas lebih lebih makanan penggajal perut sebagai sarapan kami. Betul betul tuan rumah yang kurang menghormati tamu, sombong dan pelit. Ora sumbut karo sing dicritaake. Banyak jabatan, banyak bisnis , kaya tapi prut. Aku betul betul sakit hati, kecewa karena perlakuan mereka dalam menyambut tamu. Kami tidak minta banyak atau wah aku kira sakit ini akan terobati jika hanya sekedar segelas teh dan mungin roti seribunan. Dalam bahasa Jawa KAPOK ENCIT bertamu disana. Dalam perjalanan pulang aku betul betul muring muring dengan suami, atas karakter temannya yang katanya sudah berubah banyak, mungin karena jabatan dan kekayaan yang keliatan sangat dibanggakan. Padahal mereka muslim. Dipersinggahan yang ke 2, ketika melewati kota Pekalongan, kami mampir di teman kuliah lainnya yang juga jadi guru. Pingin bernostalgia denagn temannya. Mereka hidup sederhana. Di perumahan. Istrinya ibu rumah tangga. Tapi tuan rumah kali ini selain orangnya ramah, semanak, Mereka sekeluarga menjamu kami dengan pantas. Bukan suguhannya, tetapi keramah tamahannya. Untuk menenangkan dan mengobati kekecewaanku suami, dalam perjalanan pulang kota kami , dia menghentikan motor kami i di pinggir jalan tempat bakul duren mangkal. Buah kesukaanku. Kami makan buah duren disana. Kekecewaankupun berkurang setelah menikmati daging duren yang empuk , manis dan harum. Kenangan di Pemalang ini tidak terlupakan mungkin seumur hidupku. Mudah mudahan, sayapun selalu diingatkan untuk menjamu tamu dengan pantas. Apalagi tamu dari jauh.

Islam merupakan agama yang sempurna karena selalu memberikan rahmat kepada umat manusia. Salah satu bukti rahmat tersebut yaitu perintah untuk memuliakan tetangga dan tamu, tanpa memandang dari agama dan golongan manapun. Memualiakan tamu merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda yang artinya, ”Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Dari keterangan ini sangat jelas bahwa Islam merupakan agama yang terdepan dan paling sempurna dalam memuliakan tamu. Sehingga salah satu tanda sempurnanya iman seseorang bisa diketahui dari sikapnya kepada tamu. Semakin baik ia menyambut dan menjamu tamu, semakin tinggi pula nilai keimanannya kepada Allah. Dan sebaliknya, manakala ia kurang perhatian atau meremehkan tamunya, maka ini pertanda kurang sempurna nilai keimanannya kepada Allah.

Dalam al-Qur’an disebutkan bagaimana cara Nabi Ibrahim menjamu tamunya. Ketika Allah memberitakan kepada Nabi Ibrahim akan kelahiran seorang anak, Ishaq, Allah mengutus para Malaikat untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.

Allah berfirman: “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (para Malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan salam, Ibrahim menjawab: salamun, (kalian) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi yang gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: Silahkan kalian makan…”

Dari keterangan di atas maka tak salah jika Imam Nawawi berkata: “Menjamu dan memuliakan tamu adalah termasuk adab dalam Islam dan merupakan akhlak para nabi dan orang-orang shalih.” (Syarh Shahih Muslim)

Adab Menjamu Tamu

Di antara adab menerima dan menjamu tamu antara lain:

1. Bersegera dalam menyambut dan menjamu tamu

2. Menjawab salam dengan yang terbaik

3. Menghidangkan kepada tamu dengan hidangan yang paling baik

4. Meletakkan hidangan tersebut di dekat tamunya

5. Menjaga dan melindungi tamunya dari hal-hal yang bisa memudharatkannya

6. Tuan rumah hendaknya berwajah gembira

7. Tidak terburu-buru mengangkat hidangan dari meja tamu sebelum tamu benar-benar memakanannya dan membersihkan tangannya.

8. Tidak memaksa tamu memakan hidangan yang mungkin tidak disukainya, baik karena selera, atau karena terlalu banyak.

9. Jika tamu berpamitan hendaknya tuan rumah mengantar sampai ke luar rumah. Demikianlah beberapa adab menerima dan menjamu tamu.

Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah melaksanakannya setiap kedatangan tamu di rumah kita

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Membacanya seperti ada di dalamnya bu Maria. Saya merasakan kegundahan yang bu maria alami. Toplah. Saya usul dibuat dua sesi. Sesi cerita dan sesi tips. Keren

27 May
Balas

Terima kasih masukannya. Top juga usulnya

17 Jul



search

New Post