Bukan Hanya Tentang Kehilangan
Tak sedikit yang berfikir corona merenggut banyak hal dari kita, ia menyebabkan kehilangan demi kehilangan, baik kehilangan orang-orang yang dicintai atau kehilangan momentum dan kesempatan. Tapi sadarkah kita bahwa sebenarnya corona mengembalikan lebih banyak hal pada kita?
Corona membuat kita merindukan masjid, taman bermain, objek wisata, pasar bahkan bioskop. Corona membuat kita merindukan rutinitas dan kemudahan aksesibilitas.
Corona membuat aktivitas ke sekolah tak lagi seperti biasa, hampir semua pertemuan dan kegiatan belajar mengajar dilakukan via daring/online. Tapi disaat bersamaan corona mengembalikan makna orangtua bagi anaknya dan makna anak bagi orangtuanya.
Corona mengembalikan keberartian guru bagi muridnya, juga sebaliknya keberhargaan murid bagi gurunya. Betapa pertemuan dengan kawan-kawan yang tadinya hanya rutinitas jadi begitu dirindukan dan bermakna, betapa gedung sekolah yang sederhana ternyata tak bernilai sekedar bangunan saja.
Còrona memporak-porandakan hampir sebagian besar agenda yang sudah dirancang dengan apik dan matang, baik itu rencana pribadi seperti mudik atau hajatan, juga agenda lembaga sebut saja ujian nasional, PPDB bahkan perpisahan. Tapi sadarkah kita, disaat bersamaan corona mengembalikan kesadaran kita bahwa sejatinya kita selalu hidup dalam ketidakpastian? Bukankah satu-satunya yang pasti hanya kematian? Maka kesadaran kita untuk selalu mempersiapkan bekal menjadi sangat krusial.
Corona mengembalikan empati dan mengasah perasaan, bagaimana ternyata benarlah bahwa kita saling membutuhkan. Kita mulai sadar bahwa kita cukup tergantung pada oranglain yang selama ini profesinya mungkin sempat kita remehkan. Kita mulai care dengan tetangga yang kehilangan pekerjaannya, kita mulai peduli dengan keluhan-keluhan tentang naiknya tarif dasar listrik, air bahkan BPJS yang sebelumnya bagi kita anteng-anteng saja. Kita mulai tergerak memberikan bantuan demi bantuan yang kita bisa, sekecil apapun itu.
Corona mengembalikan cinta dan kemampuan kita untuk menghargai juga menikmati momentum-momentum sederhana bersama orang-orang tercinta. Mengembalikan kesadaran bahwa kebersamaan kapanpun bisa saja tidak lagi menjadi milik kita. Kita mulai memaknai jarak bukan lagi sekedar hitungan mil atau kilometer, tapi lebih dari itu jarak adalah bentangan rindu dan kebutuhan untuk saling bertemu. Kita mulai sadar, bahwa kebersamaan ialah tentang keterikatan hati dan bukan sekedar pertemuan fisik.
Corona mengembalikan syukur dan sabar, bahwa pemaknaan tertinggi adalah ketika kita mampu mensyukuri apa-apa yang telah Tuhan titipkan sembari menyabari setiap keadaan.
Yang terpenting, corona mengembalikan SUBTANSI, bukan sekerdar EKSISTENSI.
Berau, 030720
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar