Marjuki Lpmp

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BERLITERASI MEMBUAT PERUBAHAN DI SEKOLAH
Dr. Marjuki, M,Pd.

BERLITERASI MEMBUAT PERUBAHAN DI SEKOLAH

BERLITERASI, MEMBUAT PERUBAHAN MELALUI PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Saya memberikan pelatihan itu mudah. Saya mengajar itu mudah. Saya berceramah itu mudah. Saya memberikan nasehat itu mudah. Saya menyuruh anak buah melakukan sesuatu itu juga mudah. Saya meminta peserta didik melakukan sesuatu juga muda.

Saya baru merasa sulit meningkatkan kompetensinya. Saya sulit mengubah mindsetnya. Saya sulit mengubah karakternya. Saya sulit mengubah kebiasaannya. Saya sulit mengubah budayanya. Saya merasa sulit membuat perubahan sekalipun perubahan kecil.

Untuk lebih jelasnya mari kita simak teks berikutnya ini.

“Ketika aku masih muda serta bebas berpikir dengan khayalanku, aku bermimpi untuk mengubah dunia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah, maka cita-cita itupun kupersempit dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.

Namun tampaknya itu pun tiada hasilnya. Ketika usia senja mulai kujelang, lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan, kuputuskan untuk mengubah murid-muridku dan keluargaku, orang-orang yang paling dekat denganku. Namun alangkah terkejutnya aku, mereka pun tak kunjung berubah.

Kini, sementara berbaring di tempat tidur menjelang kematianku, baru kusadari. Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri, maka lewat memberi contoh membaca setiap hari sebagai panutan, mengembangkan literasi sebagai pijakan, dan menjadi contoh budi pekerti sebagai teladan mungkin murid-murid dan keluargaku bisa kuubah. Berkat inspirasi dan dorongan mereka, kemudian aku menjadi mampu memperbaiki negeriku dan siapa tahu, bahkan aku juga bisa mengubah dunia.”

(Kata-kata di atas ditulis di makam dari uskup Anglikan diabadikan pada Westminster Abbey di London, Inggris, Penulis anoname. Dikutip & diterbitkan oleh House of Ideas, 1997)

Setelah menyimak narasi teks di atas, kita mendapat banyak pelajaran. Kita harus memiliki mimpi besar, akan tetapi ekskusinya harus tepat. Jika kita ingin melakukan pekerjaan besar, mulailah dari yang kecil. Jika kita ujug-ujug melakukan pekerjaan besar, tidak dilakukan tahap demi tahap, seringkali yang dijumpai adalah kegagalan. Lebih-lebih untuk mengubah peradaban, tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu strategi yang pas dan tepat.

Dari mana kita dapat membuat perubahan? Ternyata betul yang ditulis oleh Penulis tanpa nama (Anoname) bahwa untuk membuat perubahan dapat dimulai dari diri sendiri, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Rosulullah Saw, “Ibda' binafsik tsumma man ta'ulu”,mulai dari diri sendiri, baru kemudian orang di sekitarmu. Dari apa yang disampaikan Rosulullah Saw, saya harus memulai dari diri saya sendiri. Saya membiasakan banyak membaca, banyak mencari dan mengumpulkan sumber belajar. Saya harus mengkondisikan orang di sekitar saya, senang membaca, menulis, mendiskusikan isi buku, mendiskusikan setiap ada peristiwa.

Jika karakter saya sudah terbentuk, maka saya harus melibatkan peserta didik untuk membiasakan membaca. Pepatah menyatakan orang bisa karena terbiasa (Practice makes perfect). Bisa jadi awalnya peserta didik tidak akan tertatarik. Jika upaya terus dilakukan, terus dibiasakan, terus dikondisikan, akhirnya menjadi terbiasa. Jika sudah terbiasa, maka budaya senang membaca bukan lagi sebagai impian, akan tetapi menjadi kenyataan.

Mengadakan gerakan literasi di sekolah (GLS) memang tidaklah mudah. Sebenarnya tidak terlalu sulit jika kita mau. GLS tidak mudah jika semua stakeholder secara kognitif belum tahu apa itu literasi. Mereka belum tahu pentingnya literasi. Mereka belum tahu manfaatnya literasi. Mereka juga belum tahu apa akibat jika warga sekolahnya belum literate.

Gerakan literasi dapat digelorakan di sekolah, paling tidak harus memperhatikan pinsip-prinsip hal ihwal literasi di sekolah. Pertama, perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan anak yang bisa diprediksi. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak, bahwa menggelorakan kegiatan literasi harus sesuai dengan jenjang peserta didik. Jenis literasi dipilih agar dapat diimplementasikian dengan baik. Kita tidak hanya giat mengadakan sejumlah kegiatan, akan tetapi bagaimana literasi dapat menjadi kebutuhan peserta didik. Gerakan literasi harus menarik. Kegiatan literasi bisa menarik jika menyenangkan. Kegiatan literasi bisa menyenangkan jika menjadi kebutuhan. Kegiatan literasi menjadi kebutuhan jika sejalan dengan tahap perkembangan dan kematangan rasioanal, jiwa, emosi, dan biologisnya.

Kedua, program literasi yang baik bersifat berimbang, kebutuhan anak berbeda satu dengan yang lainnya. Memilih dan memiliah jenis literasi menjadi penting. Variasi kegiatan literasi menjadi alternative pilihan yang dapat memfasilitasi keberagaman kebutuhan. Gaya belajar peserta didik dapat dikategorikan; auditori, visual, kinestetika. Peserta didik ada yang kuat gaya belajarnya pada pendengaannya (audiatori). Ada yang kuat pada penglihatannya (visual). Ada pula yang kuat fisiknya, dengan banyak bergerak, tidak bisa diam fisiknya (kinestetika). Ada pula yang kuat pendengaran dan pelihatannya (auditori-visual), dan sebagainya. Pemilihan jenis kegiatan literasi disesuaikan dengan gaya belajar yang seimbang ini menjadi penting.

Ketiga, program literasi berlangsung terintegrasi di semua area kurikulum. Kegiatan literasi dapat diimplementasikan pada kurikulum mana pun. Kegiatan literasi juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, dan semua kompetensi dasar. Pengintegrasian ke dalam kurikulum menjadi penting (Permendikbud No. 81A Tahun 2016). Proses literasi mencakup 4 hal, yaitu mengumpulkan informasi, mengolah informasi, menyajikan informasi, dan mengomunikasikan informasi. Kompetensi dasar mana pun dapat dipastikan dapat melatihkan mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan mengomunikasikan informasi.

Dengan memperhatikan uraian di atas adapat ditarik benang merahnya, bahwa Gerakan Literasi di Sekolah (GLS) diharapkan dapat membjuat perubahan. Perubahan dapat tercapai jika gerakan litarasi dilakukan dengan tepat. Gerakan literasi dapat dilakukan dengan jika diimplemntasikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip literasi, antara lain; (i) perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan anak yang bisa diprediksi, (ii) program literasi yang baik bersifat berimbang, kebutuhan anak berbeda satu dengan yang lainnya, dan (iii) program literasi berlangsung terintegrasi di semua area kurikulum,

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

kita memang harus memulai dari diri kita sendiri ya pak...mantul pak

08 Mar
Balas

Mantul...

08 Mar
Balas



search

New Post