Pantai Trianggulasi di Alas Purwo Banyuwangi
#TaGurKe-342
Pantai Trianggulasi di Alas Purwo Banyuwangi
Perjalanan ke Taman Nasional Alas Purwo kali ini adalah sesi ke-2 karena destinasi wisata di lokasi ini tidak bisa diselesaikan dalam 1 hari. Menikmati hari libur setelah penat menunaikan tugas adalah kebiasaan keluarga kami. Meski libur tidak harus dinikmati dengan ngetrip tapi saat ini kami ingin membuktikan kebenaran cerita tentang destinasi wisata yang sudah kami lahap dari berbagai sumber.
Beberapa waktu yang lalu kami telah menikmati suguhan asrinya Sabana Sadengan dan sapaan ritual Pura Giri Salaka. Matahari yang hendak terbenampun telah kami ikuti di Pantai Pancur dengan gemuruh ombaknya yang terus meninggi.
Mobil kami arahkan ke ujung hutan ini menunju Pantai Plengkung yang merupakan surganya penikmat surfing. Pantai yang juga dikenal dengan nama G-Land ini menjadi tempat berselancar kelas internasional.
Jalan beraspal yang sempit bila mobil berpapasan dengan mobil lain ini membuat kami harus ekstra hati-hati dan saling mengalah. Rupanya hari libur menjadi magnet bagi pengunjung Taman Nasional ini sehingga banyaknya mobil sempat membuat macet jalan di tengah hutan. Hutan ini sebagian areanya sudah dibuka menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Ada yang ditanami padi, jagung, buah melon serta pepaya, dan sebagian lagi sudah diremajakan dengan pohon jati yang masih muda usia.
Ternyata mobil pribadi tak bisa melanjutkan perjalanan ke Pantai Plengkung. Mobil harus parkir di Pantai Pancur. Untuk menuju Plengkung, masyarakat menyediakan mobil sewaan pribadi dengan tarip 250 ribu pulang pergi dengan kapasitas 5 penumpang. Tarip yang lumayan tinggi dengan jarak tempuh sekitar 7 km dengan mobil jeep.
Dengan rasa sedikit kecewa kami putar balik menuju pantai lainnya, yaitu Pantai Trianggulasi yang sempat kami lewati tadi. Tidak jauh dari Pancur, kami parkir mobil langsung dekat pantai. Sebagaimana pantai di Laut Selatan, ombak di Pantai Trianggulasi cukup besar. Hamparan pantai pasir yang putih dikelilingi pohon dengan monyet yang bergelantungan di rantingnya menemani kami menghabiskan beberapa jam di sana.
Cuaca cerah membuat laut memantulkan sinar matahari sehingga menyilaukan mata. Deburan ombak yang berkejaran kami nikmati bersama pengunjung lainnya dengan tetap menjaga jarak. Situasi pandemi Covid-19 sedikit membawa pengaruh pada jumlah pengunjung tempat-tempat wisata. Beruntung tempat ini tak seramai Pantai Pancur tadi sehingga membuat kami merasa memiliki Pantai Trianggulasi.
Pantai yang sering disebut sebagai Pantai Tanggul Asri oleh masyarakat setempat karena mengucapkannya agak susah merupakan pesona tersembunyi di Alas Purwo. Nama Trianggulasi diambil dari nama sebuah tugu, yakni Tugu Trianggulasi yang merupakan penanda titik pengikat di area pengukuran dan pemetaan sekitar 500 meter dari pantai.
Kapan pembaca akan berkunjung ke sana? Dijamin tidak kecewa karena destinasi wisata ini masih perawan. Cukup berhati-hati saja dengan ombaknya yang tidak bersahabat.
@home, 28122020_Marlina_#Gurusiana365
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masih original pantainya ya Bu...?
Betul, Bu. Masih perawan....