MARNIATI, S.Sos, M.Pd

Hamba Allah yang diamanahkan sebagai Pendidik pada MTsN 1 kota Pekanbaru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bisa Mudik, Tidak Punya Kampung

Bisa Mudik, Tidak Punya Kampung

Tantangan H-26

Pergerakan orang dari kota ke desa disebut dengan "Pulang Kampung". Belakangan istilah ini menjadi populer dan disandingkan dengan istilah mudik yang dianggap berbeda.

Tapi saya tidak akan membahas permasalahan tersebut. Walaupun masih pada suasana yang sama. Sama-sama berada pada situasi wabah Covid 19. Bagi saya kebingungan ini sudah lama saya alami jadi bukan merupakan suatu hal yang baru.

Berbicara tentang pulang kampung, adalah hal yang membingungkan bagi saya  karena orang yang pulang kampung berarti dia mempunyai daerah yang dituju sebagai tempat kelahirannya. Sementara saya dilahirkan dari orang tua yang dua-duanya berasal dari daerah Pariaman di Sumatera Barat (ibu, Gasan Gadang dan ayah sei. Sarik). 

Saya dan 9 orang saudara saya yang lain di lahirkan di kota Pekanbaru. Setelah kedua orang tua kami menikah dan merantau ke Pekanbaru.

Beranjak dari pengertian Pulang Kampung berarti saya tidak memiliki kampung karena tempat lahir saya adalah sebuah kelurahan,  meskipun namanya kelurahan Kampung Tengah tetapi letaknya di ibu kota Propinsi. 

Kebingungan ini juga saya rasakan ketika mengikuti test pegawai negeri. Pada pertanyaan yang mengharuskan saya menjawab soal pilihan yang menyatakan : apakah saya penduduk asli di kota kelahiran saya, Pekanbaru atau pilihan lainnya. Akhirnya saya jatuhkan pilihan pada kriteria "C", artinya saya hanya lahir di Pekanbaru dari orang tua yang berasal dari daerah di luar propinsi saya.

Saya pun tidak tahu, apakah saya termasuk putera daerah atau bukan. Karena kalau di lingkungan tempat tinggal kami dianggap bukan orang Pekanbaru. 

Lain lagi hal nya ketika kami berkunjung ke rumah saudara di tanah kelahiran orang tua, Sumbar. Maka kami dikatakan orang Pekanbaru. 

Tapi ya sudahlah, kita gunakan saja peribahasa dimana bumi di pijak di situ langit di junjung. Tidak mengapa kalau tidak punya kampung yang penting masih ada saudara yang bisa disinggahi saat kita berkunjung.

Saya anggap sajalah kalau saya itu mempunyai dua kampung, yakni Pariaman dan Pekanbaru walaupun kedua-duanya tidak mengakui ... ha ... ha ....

Nah Dalam kondisi sekarang, jadinya saya masih bisa bersyukur, karena bisa mudik dan bisa pulang kampung. 

Kok bisa ?! Ya iya, kalau kriteria kampung dimana kita di lahirkan berarti kampung saya hanya berjarak sekitar 17 km dari tempat tinggal saya. Masih dalam satu kota, he...he...

 

 

Pekanbaru, Kamia 30 April 2020

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hehehe...

30 Apr
Balas

Trimks bun ...sudah mampir

30 Apr



search

New Post