Marni Hartati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
UNBK Bahasa Inggris, Tidak Adil!!!

UNBK Bahasa Inggris, Tidak Adil!!!

Hari ini, Rabu tanggal 12 Maret 2017 adalah jadwal nasional Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat SMA. Ada beberapa hal yang sebenarnya dari dulu membuat saya sebagai guru Bahasa Inggris SMA “super galau”. Apalagi kebetulan pula tahun ini sayapun mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris kelas 12 SMA.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada UNBK tahun ini, siswa SMA dan sederajat hanya mengerjakan 4 mata pelajaran saja yaitu 3 mapel wajib, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. 1 mapel lainnya adalah mapel pilihan sesuai dengan program studi yang siswa ambil. Untuk siswa kelas IPA, mereka boleh memilih satu dari pilihan mapel Biologi, Fisika atau Kimia.

Bisa ditebak kalau sebagian besar siswa kita mengambil mapel Biologi yang dianggap lebih ringan tantangannya dalam menjawab soal-soal karena alasan utamanya adalah tidak adanya soal-soal hitungan. Untuk siswa kelas IPS mereka diperbolehkan memilih satu dari dari mapel Sosiologi, Ekonomi atau Geografi. Nah, untuk siswa kelas IPS ini sepertinya pilihan mapel yang diambil lebih imbang karena semuanya tidak ada hitungan dan sama-sama harus banyak baca kalau ingin berhasil.

Satu hal yang ingin kemudian saya sampaikan dari pemaparan tadi adalah betapa mapel bahasa Inggris sampai sekarang masih dianggap “strategis” dalam struktur kurikulum Indonesia makanya diujikan dalam UNBK. Pada tahun 2017, UNBK sudah ditekankan oleh pemerintah bukan sebagai penentu kelulusan dan penentu masuk perguruan tinggi namun lebih kepada hasilnya digunakan sebagai alat ukur pemetaan kualitas pendidikan Indonesia. Artinya, salah satu indikator mutu pendidikan di Indonesia adalah penguasaan siswa terhadap Bahasa Inggris.

Sayang beribu sayang ketika mapel Bahasa Inggris masih dianggap strategis sehingga masih masuk dalam struktur UNBK kenyataan yang terjadi sesungguhnya adalah miris dan tidak adil. Membandingkan dengan mapel lain dalam UNBK seperti mapel Bahasa Indonesia, Fisika, Kimia dan Biologi yang mendapat alokasi 4 Jam Pertemuan (JP) perminggu, bahkan mapel Matematika sendiri mendapat alokasi 4 jam wajib dan 4 jam peminatan sehingga di total menjadi 8 JP perminggu,maka jam pelajaran Bahasa Inggris pada struktur kurikulum 2013 dipangkas sampai hanya 50%. Mapel Bahasa Inggris hanya mendapat alokasi 2 JP yang artinya hanya 2 jam pelajaran perminggu???!!!

Sempat ada sejumlah solusi yang ditawarkan semisal menambahkan jam mapel Bahasa Inggris sebagai jam lintas minat sehingga bisa bertambah hingga 6 JP permiggu, namun sayangnya solusi ini tidak bisa diterapkan di semua sekolah dengan berbagai pertimbangan. Syarat sebuah mapel menjadi jam lintas minat adalah adanya minat siswa, ketersediaan guru pengajar dan pertimbangan syarat pemenuhan 24 jam mengajar untuk pemenuhan tunjangan sertifikasi. Lintas minat sendiri sebenarnya adalah upaya pemerintah untuk memfasilitasi minat dan bakat siswa yang beragam yang pada prakteknya lebih terkendala pada pemenuhan jam mengajar minimal guru sebagai syarat tunjangan sertifikasi. Kalaupun minat siswa dan guru yang mengajar tersedia namun jika di suatu sekolah lebih banyak guru mapel lain yang harus tersedia jam minimal mengajarnya maka sekolah harus dengan sangat bijaksana untuk memfasilitasi kebutuhan guru tersebut. Artinya, lebih banyak sekolah yang kemudian tetap mengalokasikan hanya 2 JP perminggu untuk mapel Bahasa Inggris.

Dengan hanya 2 JP perminggu, ada sejumlah imbas terhadap kualitas pembelajaran di kelas. Sebagaimana kita ketahui seperti juga mapel bahasa lainnya maka aspek keterampilan berbahasa Inggrispun meliputi 4 kemampuan dasar yaitu mendengar, membaca, menulis dan berbicara. Keempat aspek tersebut harus difasilitasi dengan diberikannya waktu yang lebih luas agar siswa tidak hanya menguasai teori namun juga praktek berbahasa Inggris. Dengan hanya 2 JP yaitu 2X45 menit perminggu, guru Bahasa Inggris harus ekstra berjibaku mengajarkan 4 keterampilan tersebut kepada lebih dari 30 siswa perkelas dengan durasi waktu yang sangat sempit dimana tuntutan pemenuhan Kompetensi Dasar dari Silabus yang diberikan pemerintahpun juga tidak main-main. Contoh kecilnya adalah bagaimana mungkin guru mampu memberikan keterampilan membaca jika dalam satu pertemuan guru hanya mampu memberikan contoh dan menjelaskan unsur-unsur pendukung teks sementara tidak ada alokasi waktu yang cukup untuk siswa dengan bimbingan guru berlatih membaca dan memahami isi teks. 2 JP mapel Bahasa Inggris dengan tuntutan KD yang tinggi ternyata tidak mampu memfasilitasi kebutuhan siswa dalam menguasai keterampilan Bahasa Inggris.

Dengan kualitas pembelajaran di kelas yang kurang kondusif tersebut ternyata kemudian diperparah dengan pemberian soal-soal Bahasa Inggris yang memiliki standar kualitas tinggi yang lebih dikenal dengan HOTS (Higher Order Thinking Skills) yaitu jenis soal yang menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi. Pada 15 soal Listening (menyimak) siswa tidak hanya diminta untuk sekedar mendengarkan namun juga harus mampu menyimak, menganalisis dan membentuk kesimpulan dari apa yang diperdengarkan. Pada 35 soal Reading (membaca) siswa diberikan hingga 13 teks yang beragam dari teks prosedur, recount, naratif, hortatory dan analyctical exposition,teks berita hingga teks diskusi yang luar biasa panjangnya yang bisa saja diambil dari cuplikan jurnal ilmiah hingga cuplikan berita lokal maupun mancanegara. Tanpa diberikan waktu berlatih menyimak dan membaca maka amatlah tidak adil jika siswa diujikan dan dinilai kompetensinya dari materi yang mereka tidak dapatkan proporsional di kelas. Kemampuan HOTS bukan kemampuan yang dalam waktu singkat mampu dikuasai oleh siswa, kemampuan ini harus dilatihkan secara berkelanjutan sehingga 2 JP perminggu untuk mapel Bahasa Inggris tidaklah adil.

Harapan kedepan adalah bukan hanya menuntut bagaimana guru pengajar Bahasa Inggris mampu melakukan sejumlah inovasi yang menggebrak keterbatasan namun juga harus ada upaya dari pemerintah untuk mengatasi ketidak adilan ini. Jika pemerintah masih menganggap mapel Bahasa Inggris sebagai mapel yang strategis maka tambahkan alokasi jam Bahasa Inggris seperti juga yang terjadi di sejumlah negara-negara di Asia Tenggara lain sebagai upaya mempersiapkan siswa agar lebih siap bersaing secara global, minimal kembalikan alokasi jam Bahasa Inggris menjadi semula yaitu 4 JP perminggu.

Kalaupun tidak maka ada baiknya pemerintah lewat UNBK menurunkan standar penilaian dengan memberikan tingkat kesukaran soal sesuai dengan kemampuan mayoritas siswa Indonesia yang hanya mendapat 2 JP mapel Bahasa Inggris perminggu. Ujian yang bagus adalah ujian yang sesuai dengan apa yang pernah mereka pelajari di kelas-kelas sehingga siswa merasa percaya diri dan merasa diperlakukan secara adil. Kalau tidak, kita khawatir kecurangan yang sering terdengar beritanya hingga menimbulkan korban tidak akan pernah hilang dari karakter generasi bangsa.

Catatan :

1. Sengaja saya buat judul yang bombastis sesuai dengan tips nomor 2 Gurusiana.

2. Apa yang saya tulis lebih kepada refleksi saya sebagai guru bahasa Inggris yang kadang mati gaya dengan sedikitnya jam pelajaran bahasa Inggris dalam struktur Kurikulum 2013

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

pertama, asyik banget analisisnya. jadi terbawa dengan alur cerita yang hmmmm. Kedua, gambar yang dipakai itu hasil jepretan sendiri ya? Bila tidak, alangkah baiknya bila disebutkan sumbernya dan ditempelkan di bagian Caption (terletak di bawah gambar)

12 Apr
Balas

Setuju banget...

14 Apr
Balas

Hanya dengan alwa 2 JP dituntut untuk mempersiapkan generasi yang mampu bersaing di kancah dunia global, padahal di negeri ini bahasa Inggris adalah bahasa asing bukan bahasa kedua. Ya.... kalau bukan karena keajaiban, rasanya IMPOSSIBLE. I really agree with you Miss. Marni.

12 Apr
Balas

Jadi setuju ya sist. asyik

12 Apr
Balas

Siap Grak! Hatur nuhun sista,

12 Apr
Balas

Sudah saya sampaikan di pelatihan kurikulum kmrin di Jakarta ke pihak puskur Dan sdh mulai Ada respon dgn beredarnya angket utk seluruh guru b inggris ttng kebutuhan jam perminggu nya. Mudah mudahan Ada respon positif

12 Apr
Balas

Mari kita dukung pihak-pihak yang sudah mengadvokasi persoalan kebutuhan jam mengajar ini!

12 Apr
Balas

That'S Right Miss i Agree So much....

12 Apr
Balas

Ya sepertinya antara tuntutan bisa dan paham berbahasa inggris dgn alokasi waktu yg di berikan tdk sesuai..

12 Apr
Balas

Sepertinya tingkat 'pengecohnya' juga 'bagus' banget ya.....soalnya tadi ada siswa yg curhat, bingung dan merasa ada 2 option yg benar. Inikah HOTS itu? Anyway, absolutely agree with you, bu Marni; 4 periods per week is a must for English.

12 Apr
Balas

Setuju bu..

19 Feb
Balas



search

New Post