Malam itu Joni pulang dari begadang di kafe bersama teman-temannya. Waktu menunjukkan pukul 00.30 dinihari dia berjalan seorang diri menuju rumahnya. Karena sudah dilanda kantuk yang parah, Joni bermaksud mencari jalan pintas. Kalau lewat jalan biasanya dia akan memakan waktu 30 menit dengan berjalan kaki, tetapi kalau lewat jalan pintas dia hanya menghabiskan waktu 10 menit. Dan jalan pintas itu adalah melewati pemakaman umum yang jarang sekali dilewati orang.

Ketika hendak memasuki area pemakaman ada rasa was-was di hati Joni. Dia ragu mau lewat sini atau jalan lain. Tetapi kemudian dia memilih untuk tetap melanjutkan perjalanannya melintasi pemakaman. Awalnya dia merinding tetapi dia terus saja berjalan dengan keyakinan tidak akan ada apa-apa. Setelah beberapa saat dia di area pemakaman itu, dia mendengar ada suara “thik thik…thik thik..” dan berlangsung agak lama. Joni mulai gemetar, keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya, tetapi dia terus saja berjalan. Suara itu makin lama makin keras, dan tak lama kemudian Joni mengetahui sumber dari suara itu.

Ternyata ada seseorang sedang memahat/mengukir di situ. Akhirnya Joni merasa lega, “Alhamdulillah, ternyata bapak, aku kira siapa”, gumamnya. Kemudian dia bertanya kepada orang yang sedang memahat itu,”Eh ngomong-ngomong bapak lagi ngapain malam-malam gini di sini?”. Tanpa menoleh ke Joni orang tersebut menjawab,”mereka menulis namaku salah”.

Tegalgede, 15 Oktober 2021