Malam itu adalah malam ketiga aku mengikuti kegiatan orientasi mahasiswa baru di kampus Universitas Jember (UNEJ). Aku lembur mengerjakan tugas karya tulis untuk dipresentasikan esok hari. Berbekal mesin ketik manual yang jadul aku mulai merangkai kata demi kata untuk menyusun karya tulis ilmiah. Pada waktu itu belum ada laptop seperti sekarang, PC pun juga masih jarang, sehingga setiap ada tugas aku mengerjakannya dengan mesin ketik manual yang menimbulkan bunyi berisik.

Kulihat jarum jam sudah menunjukkan jam 12 malam. Aku berusaha menyelesaikan karya tulisku yang tinggal finishing di kesimpulan. Bunyi cetak cetek dari mesin ketikku begitu menggema di dalam kamar kos ku. Teman sekamarku, namanya Yulis dari Probolinggo juga sudah tidur dari tadi. Aku berusaha untuk mengusir rasa kantukku dan tetap fokus menyelesaikan pekerjaanku.

Tiba-tiba dari arah dapur terdengar suara seperti orang sedang berantem. Terdengar olehku mereka membanting piring, gelas, timba, panci dan alat masak lainnya. Aku heran siapa malam-malam begini yang bertengkar di dapur, padahal semua teman-temanku sudah tidur. Terus bagaimana besok aku mau masak jika semua alat masaknya pecah. Pasti dapurnya berantakan sekali. Ada rasa takut menyelinap di hatiku, kemudian aku hentikan aktivitas ku. Aku penasaran ingin melihat ke dapur tapi tidak berani. Aku rapikan kertas-kertasku dan perlahan naik di tempat tidur. Tak lama kemudian suara hilang hilang, tak terdengar apa-apa lagi. Keesokan paginya aku segera bergegas ke dapur untuk mengecek keadaan dapur, semua peralatan masak di dapur tetap rapi di tempatnya. Tidak ada satupun yang jatuh atau pecah. Hmmm lantas apa yang tadi malam terdengar dibanting-banting..

Tegalgede, 16 Oktober 2021