Marti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA HARUS KULIAH (Tagur hari ke-29)

KETIKA HARUS KULIAH (Tagur hari ke-29)

Setelah empat tahun mengabdi menjadi guru bahasa Inggris di MTs, pada tahun 2009 terbersit niat dalam hati untuk upgrade kompetensi mengikuti seleksi beasiswa program pasca sarjana Depag (nama Kemenag pada waktu itu). Dengan semangat 45 aku kuatkan takadku untuk mengikuti tes yang tempatnya di Universitas Islam Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Aku cari informasi tentang materi tes ke salah satu teman guru yang sudah lulus beasiswa S2 Depag pada tahun sebelumnya. Aku ikuti setiap saran dan petunjuk beliau. Dan benar saja, materi tes seleksi tidak jauh beda dengan yang dikatakan oleh temanku tersebut.

Satu bulan setelah tes seleksi, keluarlah pengumuman di web Depag. Dan namaku terdaftar menjadi salah satu peserta tes yang lolos untuk bisa memperoleh beasiswa S2. Rasa bahagia menyeruak dalam hatiku begitu melihat pengumuman itu. Segera aku menghubungi suami, orang tua dan mertua untuk berbagi kabar gembira itu. Aku memberitahu mereka bahwa aku bisa kuliah lagi dan meminta doa restu mereka agar kuliahku lancar. Suami dan mertuaku pada intinya support dengan apa yang aku lakukan. Tapi ketika aku menghubungi orang tuaku, bukan dukungan yang aku terima, melainkan kritikan. Almarhum bapakku berkata,”kowe ki kok lehmu mikiri sekolahmu dewe, anak-anakmu ora mok openi”. Terdengar pelan kalimat di seberang telepon itu, tapi rasanya begitu menusuk hati. Seketika lunglai rasanya tubuhku. Bapakku benar, aku merasa menjadi seorang ibu yang tidak berguna.

Berhari-hari pasca pengumuman itu, aku merasa stress berat. Setiap malam kupandangi wajah si kecil yang lagi tidur. Sambil berurai air mata aku belai dia, bagaimana dia nanti kalau aku tinggal kuliah. Bagaimana nanti kalau dia terjaga, memanggil-manggil mama, dan aku tidak ada di sampingnya. Betapa aku berdosa telah menelantarkannya. Tapi aku harus tetap kuliah. Semuanya seperti mimpi buruk yang terus menghantuiku. Hingga takterasa berat badanku turun, dan pada bulan itu siklus metabolisme tubuhku terganggu. Aku tidak datang bulan. Muncul lagi kekhawatiranku saat itu, kuatir hamil. Bagaimana kalau aku hamil. Padahal syarat beasiswa S2 tidak sedang hamil. Haruskah aku tes ke dokter. Aku resah, bingung, dan galau. Hingga pada suatu sore ketika aku sedang menyapu, tanganku serasa tak kuat mengangkat sapu itu. Kegelisahan hatiku begitu merenggut kekuatanku. Tiba-tiba ada whispering “kamu tidak hamil”. Mendengar suara itu, serta merta bangkitlah kekuatanku. Aku begitu yakin bahwa aku tidak hamil, bahkan akurasinya lebih akurat dari tes pack. Dan aku bisa beraktifitas dengan normal.

Tegalgede, 07 Oktober 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ku lanjutkan kuliah bun

09 Oct
Balas

keren tulisannya bun terus gemana kelanjutannya

08 Oct
Balas



search

New Post