Marti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MELINTAS KE DUNIA LAIN (Tagur hari ke-16)

MELINTAS KE DUNIA LAIN (Tagur hari ke-16)

Pada tantangan menulis yang ke-16 ini, aku masih bercerita tentang masa kecilku. Masa kecilku yang hidup di sebuah desa di kabupaten Tulungagung, yang waktu itu masih belum ada Listrik Masuk Desa (LMD). Untuk kebutuhan penerangan setiap hari, kami mengandalkan lampu petromak dan ublik (lampu kecil yang berbahan bakar mingak tanah). Di desa itu dulu masih belum banyak rumah seperti sekarang. Kondisi lingkungannya masih didominasi tegal dan persawahan.

Kegiatan rutinku adalah memelihara itik. Ada sekitar 30 itik yang harus aku urus setiap harinya. Karena setiap hari berinteraksi dengan itik, seolah-olah aku bisa memahami bahasa mereka demikian juga sebaliknya. Jika aku mendatangi kandang, mereka langsung menghambur ke arahku. Mereka tidak menghambur keluar, jika tidak aku suruh meskipun pintu kandang aku buka. Di siang hari mereka aku lepas ke sungai, dan menjelang sore aku jemput mereka di sungai untuk dimasukkan lagi ke kandang. Karena kebiasaan itu berlangsung setiap hari, itik-itik tersebut hafal jalan arah pulang dan semuanya bisa dengan mudah aku kendalikan. Agar itik-itik tersebut sehat dan telurnya banyak, komposisi makanannya harus dicampur dengan cuyu yang ditumbuk dan dicampur daun genjer dan bekatul. Cuyu adalah sejenis kepiting yang hidup di sawah. Setiap malam setelah sholat Isya’ aku ke sawah bersama bapak, kakak dan saudara sepupu yang lain untuk mencari cuyu. Rata-rata kami mendapatkan 1 timba cuyu dalam sekali pencarian. Kami melakukannya pada malam hari, karena biasanya cuyu itu keluarnya pada malam hari.

Pada suatu malam kami ke sawah seperti biasanya. Ditemani dengan sebuah lampu petromak, kami menyusuri pematang sawah untuk berburu cuyu. Tiba-tiba hujan turun, kami lari berteduh di bawah rerimbunan pohon ori (bambu). Karena rerimbunan ori tersebut sangat lebat, kami bisa terlindungi dari kebasahan air hujan. Sekitar lima belas menit berlalu kami berada di bawah pohon ori tersebut, dan hujan masih turun dengan derasnya. Dalam temaram lampu yang mulai meredup karena percikan air hujan, tetiba aku merasakan perubahan pada tempat itu. Aku merasa tidak lagi berada di bawah ori, tapi seperti berada di sebuah kerajaan. Terlihat banyak kuda-kuda yang dikendarai prajurit lalu lalang di situ. Aku menikmati suasana itu dan tidak ada ketakutan sama sekali, karena tempat itu tampak begitu menyenangkan. Semuanya terlihat seperti terang benderang, ramai, meriah, tidak gelap dan tidak hujan. Aku terdiam dan terus memandangi aktivitas penghuni kerajaan itu. Sampai akhirnya bapakku menegurku dan mengajak pulang karena lampunya padam kehabisan bahan bakar. Aku terkejut karena mendadak semuanya menjadi gelap gulita dan keramaian tadi lenyap begitu saja. Akhirnya kami pulang dalam kegelapan, tanpa membawa cuyu. Perburuan malam itu telah gagal. Sesampai di rumah aku tidak menceritakan peristiwa itu kepada siapapun, karena aku pikir mereka juga melihatnya dan itu bukan hal yang luar biasa untuk diceritakan. Yang aku pikirkan hanyalah nasib itik ku yang kecewa karena besok pagi mereka tidak bisa makan cuyu seperti hari-hari sebelumnya.

Tegalgede, 25 September 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen pentigrafnya, Bunda. Salam literasi!

25 Sep
Balas

Terimakasih pak Dede. Salam literasi

25 Sep

keren Bunda..cuyu kalau di kampung saya namanya yuyu, enak dibuat lauk makan

25 Sep
Balas

Terimakasih bundah Nanih. Iya betul, di daerah saya juga ada yang nyebut yuyu. Ada juga sebutan yuyu kangkang, tokoh dalam cerita ande ande lumut

25 Sep

Pengalaman spiritual asli jadi ikut membayangkan kerajaannya, sukses selalu bu

25 Sep
Balas

iya bu Rusdiana, terimakasih. semoga sukses juga untuk jenengan

25 Sep

salam literasi bu Sri sugiyati... terimakasih atas atensinya, saya juga masih belajar ini bu, baru 2 minggu gabung gurusiana... ayo semangat

25 Sep
Balas

sama-sama bu Sri Sugiyati

25 Sep
Balas

Waow..ceritanya bagus, twistnya juga oke. Pengalaman spiritual masa kecil yg tidak semua anak mengalami. Sukses

25 Sep
Balas

Terimakasih pak Sukadi_andro. smg sukses selalu untuk jenengan

25 Sep

Serem ...tapi keren ..

25 Sep
Balas

Terimakasih bu Indah

25 Sep

salam literasi dari Magetan Bu marti,saya taraf belajar..

25 Sep
Balas

makasih telah follow saya..and saya dah follow panjenengan jg

25 Sep
Balas



search

New Post