Riana, teman guru ku yang manis dan selalu ceria. Gadis solehah putri kesayangan ayahandanya. Hari itu dia berangkat umroh bersama ibunya. Sebenarnya dia sangat ingin berangkat umroh sekalian dengan bapaknya juga, tetapi karena bapaknya dalam kondisi sakit, dengan terpaksa dia berangkat hanya bersama ibunya.

Sesampainya di tanah suci, dia hanya teringat bapaknya. Setiap ada waktu santai dia selalu telpon bapaknya, menceritakan semua pengalaman nya selama perjalanan dan selama menunaikan ibadah umroh. Maklum sejak kecil dia sangat dekat dengan bapaknya, sehingga ketika berjauhan hanya bapaknya yang paling dirindukan. Begitu juga dengan bapaknya, kasih sayangnya yang tiada dua membuat Riana tak mampu berpisah lama dengan bapaknya.

Hingga saat pulang kembali ke tanah air tiba. Riana sangat bersemangat tak sabar ingin bertemu bapaknya, ingin menceritakan semua pengalamannya selama umroh. Dia kumpulkan video selama di tanah suci untuk ditunjukkan kepada bapaknya. Sesampai di KBIH, dia bertanya-tanya kenapa HP bapaknya tidak bisa dihubungi. Dia chat di grup keluarga, jawaban dari saudaranya, :”mungkin baterainya ngedrop”. Kemudian tibalah mobil yang menjemput dia di KBIH. Tidak sampai satu jam perjalanan, mobil itu sudah tiba di rumahnya. Riana tampak terharu, begitu banyak orang yang menyambut dia di rumahnya. Tapi satu hal yang aneh, orang-orang yang hadir di sana tidak ada yang berkata-kata, tidak ada menebar senyum bahagia. Hingga akhirnya dia mengetahui, orang-orang itu ke rumahnya untuk takziah. Bapaknya meninggal dunia satu jam lalu. Riana tak mampu bersalaman dengan para tamu, dia tak sadarkan diri tak lama selepas turun dari mobil.

Tegalgede, 12 Oktober 2021