Awas Bahaya Ghibah (tantangan menulis gurusiana hari ke-3)
h ghibah itu?” Mereka menjawab; “Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau Bersabda: “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang tidak disukai untuk didengarkan oleh orang lain.” Beliau ditanya lagi oleh sahabatnya. “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai dengan kenyataan?” Jawab Nabi SAW: “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya, jika tidak sesuai berarti engkau telah memfitnahnya (HR muslim)
Ghibah merupakan suatu hal yang buruk, namun tersebar di halayak umum. Orang yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanya sedikit. Ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain pada saat orang lain itu tidak ada.
Suatu ketika Zaid Bin Tsabit seorang sahabat Anshar yang memiliki kedekatan dengan Nabi SAW sedang berada bersama sahabat ahlus-suffah (sahabat nabi yang tinggal di serambi masjid Nabawi). Dia sedang menceritakan beberapa hadis yang pernah didengarnya langsung dari Nabi SAW. Walaupun kelihatannya mereka nampak senang mendengarkan, tetapi ada beberapa sahabat yang tampak kurang berkenan.
Tiba-tiba datang seorang utusan yang datang kepada Nabi Muhammad SAW dengan membawa daging yang banyak. Salah seorang dari mereka berkata: “Wahai Zaid, masuklah ke rumah Rasulullah, mungkin beliau akan memberikan sebagian daging itu untuk kami. Ketika Zaid bangkit menuju rumah Nabi Muhammad SAW, sebagian mereka berkata “Lihatlah Zaid ini, bukankah kita semua bertemu dengan Rasulullah seperti dengan dia juga? Mengapa dia duduk di sini mengajari kita hadits? “Setelah Zaid diizinkan masuk ke rumah Rasulullah dan menyampaikan permintaan ahlus-suffah Nabi Muhammad SAW bersabda “Katakanlah kepada mereka bahwa saat ini mereka sedang makan daging.” Tampak terheran-heran dengan perkataan Nabi SAW ia melihat sendiri bahwa mereka tidak makan apapun. Zaid lalu menemui kembali ahlus suffah dan menyampaikan pesan Nabi SAW tersebut. Mereka pun berkata demi Allah sudah sekian lama kami tidak makan daging. Zaid pun kembali kepada Nabi SAW dan menyampaikan apa yang diucapkan ahlus-sufah tersebut. Dengan tegas beliau pun berkata kembali: “Saat ini mereka sedang makan daging. Zaid pun menemui kembali ahli suffah dan menyampaikan apa yang diutarakan Nabi SAW.
Setelah beberapa saat, Nabi SAW keluar rumah dan menemui ahlus-suffah tersebut bersama Zaid. Beliau bersabda : “Kalian semua baru saja makan daging saudaramu ini, (sambil menunjuk Zaid) dan bekas daging itu masih tersisa di gigimu itu. Meludahlah sekarang supaya kalian dapat melihat merahnya daging itu.” Mereka pun meludah dan tampaklah merah darah pada ludahnya. Mereka heran dengan apa yang terjadi. Mereka merasa malu dengan perbuatannya dan menyesal apa yang telah mereka lakukan kepada Zaid. Akhirnya mereka pun bertaubat dan meminta maaf kepada Zaid.
Dari kisah tersebut menyiratkan betapa bahayanya ghibah bagi manusia. Allah berfirman “Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. QS al-Hujurat ayat 12.
Dalam ayat di atas Allah ta'ala menyamakan orang yang mengghibah saudaranya seperti makan daging bangkai saudaranya tersebut. Syekh Abdurrahman Bin nashir as-Sa'di menjelaskan bahwa ayat di atas menerangkan sebuah ancaman yang keras dari perbuatan ghibah. Bahwasanya ghibah termasuk dosa besar.
Apa rahasia dari penyamaan ini? Imam qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan ini adalah permisalan yang amat mengagumkan di antara rahasianya.
Pertama, karena ghibah mengoyak kehormatan orang lain layaknya seorang yang makan daging. Daging tersebut akan terkoyak dari kulitnya. Mengoyak kehormatan atau harga diri tentu lebih buruk keadaannya.
Kehormatan seorang sangat berkaitan dengan hara diri manusia. Tidak semestinya seorang muslim merendahkan kehormatan dan harga diri sesama saudara muslim.
Kedua allah ta'ala menjadikan bangkai daging saudaranya sebagai permisalan bukan daging hewan. Hal ini untuk menerangkan bahwa ghibah amat dibenci. Manusia yang makan daging manusia lain dinamakan kanibal. Dalam hukum kemanusiaan kanibal adalah perbuatan yang amat buruk dan hina.
Ketiga Allah menyebut orang yang dighibahi tersebut sebagai mayit. Karena orang yang sudah mati tidak kuasa untuk membela diri. Seperti itu juga orang yang sedang di ghibah. Dia tidak berdaya untuk membela kehormatan dirinya. Sungguh sangat pengecut pengghibah. Da melukai orang yang tidak berdaya.
Keempat, Allah menyebutkan ghibah dengan permisalan yang amat buruk agar hamba-hambanya menjauhi dan merasa jijik dengan perbuatan tercela tersebut. Sebagai manusia normal semestinya menjauhi perbuatan dan segala benda yang menjijikkan. Dengan permisalan inilah Allah menegur dan melarang hamban-Nya untuk melakukan ghibah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar