BUKTI CINTA UNTUK ISTERIKU
“Ayah! Cucian yang sudah dibilas tolong nanti dikeringkan dan dijemur ya!” Teriakan keras terdengar dari dapur siang itu. Tergesa-gesa ia siapkan makan siang untuk anak-anak. Saat itu aku sedang menyiapkan tumpukan baju dan perlengkapan mandi serta beberapa buku.
“Ayah ngapain sih kok tidak menyahut”. Dengan wajah cemberut ia tergopoh-gopoh menemuiku. Semakin memerah wajahnya saat melihat aku berkemas menyiapkan berbagai perlengkapan kantor. Dia bertanya padaku. “Ayah mau kemana? Tidak biasanya akhir pekan bukanya menemani anak-anak malah mau pergi”
Sengaja tidak sepatah katapun sampaikan atas segala pertanyaanya. Yang ada dalam benakku adalah aku harus segera sampai di Semarang. Bila terlambat maka harus rela terjebak malam diperjalanan. Terlebih ini sudah musim hujan. Tak ingin rasanya terlantar di jalan tengah malam di saat hujan.
Tanpa basa-basi semua persiapaku ke semarang telah siap. Aku starter motorku dan kukebut sekencang-kencangnya. Sepanjang perjalanan ke Semarang hanya ada satu bayanganku. Sebuah buku tertulis namaku di covernya. Berkali-kali aku bayangkan sembari tersenyum-senyum sendiri. Anganku melamun jauh betapa bangganya dapat menulis buku sendiri. Akan aku tunjukkan pada dunia bahwa aku bisa menulis buku.
“Sreeet gubrak, derrrr derrr!” Suara itu begitu keras. Lalu entah apa yang terjadi setelahnya.
Sayup-sayup lirih kudengar suara memanggilku. “Bangun ayah. Jangan tinggalkanku sendiri. Anak kita masih kecil-kecil. Siapa yang akan merawat mereka. Tanpamu tak bisa kutanggung hidup ini. Ingatkah engkau ayah. Esok hari berapa? Apakah engkau telah melupakannya? Hari ulang tahunku”
Kubuka mataku pelan-pelan. Sedikit punggungku terasa sakit. Ternyata aku terbaring lemah di bangsal Rumah Sakit. Aku tersadar betapa bersalahnya diriku. Pergi tanpa pamit.
“Mas. Aku tak menghalangimu pergi. Aku ijinkan kepergianmu. Hanya saja yang aku sayangkan, mengapa tidak ayah sampaikan untuk apa ke Semarang?” Begitu disampaikan ungkapan perasaanya kepadaku. “Bunda, bukanya saya tidak mau pamit. Ayah khilaf, terlalu tergesa-gesa khawatir terlambat sampai Semarang. Ayah ke Semarang ingin ikut pelatihan Sagusabu 3. Ayah ingin persembahkan buku pertama ayah kepadamu sebagai kado ulang tahunmu. Ingin sekali kubuktikan perasaan cintaku melalui buku hasil pelatihan Sagusabu”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bangeeet
Kejutan yang bikin terkejut.Semangat!
Maa Syaa Alloh suami yang sangat romantis.Keren Pak. Salam hormat dari kota Tasik. Barokalloh
Maa Syaa Alloh suami yang sangat romantis.Keren Pak. Salam hormat dari kota Tasik. Barokalloh
Impian yang sama, Bapak...Sebuah buku tertera namaku. Hihihi...Eh ya... Salam buat sang bunda. Beruntung punya suami yang romantis.
Impian yang sama, Bapak...Sebuah buku tertera namaku. Hihihi...Eh ya... Salam buat sang bunda. Beruntung punya suami yang romantis.
Aamiin. Insya Allah kami sampaikan
Aamiin. Insya Allah kami sampaikan
Aamiin. Insya Allah kami sampaikan