Ma'ruf Yuniarno

'Menulis adalah proses. Tuhan menilai proses bukan hasil. Nikmatilah proses menuju keabadian' Awal Karir sebagai pendidik dimulai tahun 2005 di SD Negeri Ujung...

Selengkapnya
Navigasi Web

Madrasah di Tengah Keistimewaan Yogyakarta (tantangan menulis gurusiana hari ke-9)

Sejak diberlakukan SKB tiga menteri tahun 1975 antara Menteri Agama (H.A. Mukti Ali), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Dr. Sjarief Thajeb), serta Menteri Dalam Negeri (Amir Machmud) tentang peningkatan mutu pada pendidikan madrasah, maka madrasah mendapat kesetaraan status yang sama dengan sekolah animo masyarakat terhadap pendidikan madrasah semakin besar. Menurut Abdurrahman Assegaf dukungan publik terhadap madrasah  dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama; madrasah memberikan kurikulum minimal 30% agama Islam disamping mata pelajaran umum. Kedua; karakteristik madrasah yang merakyat serta terjangkau secara finansial oleh masyarakat. Ketiga; madrasah telah menunjukan daya saing dan prestasi di berbagai aspek. Keunggulan tersebut akan semakin kokoh jika madrasah benar-benar mempedulikan dirinya pada aspek budaya.

Mengapa aspek budaya? Hal ini sangat erat kaitanya dengan Yogyakarta sebagai kota budaya. Pasca disahkan Undang Undang keistimewaan nomor 13 tahun 2012 tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta. Setidaknya ada 7 aspek keistimewaan Yogyakarta yang mencirikan yakni; Pertama; tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang gubernur dan wakil ubernur, kedua; Kelembagaan pemerintah DIY, ketiga; kebudayaan, keempat; pertanahan dan kelima; tata ruang.

Keistimewaan Yogyakarta bagi madrasah harus diposisikan sebagai peluang pengembangan lembaga Kementerian Agama khususnya pada lembaga pendidikan madrasah. Madrasah harus keluar dari stigma masyarakat yang miring. Madrasah yang selama ini dipandang sebagai lembaga pendidikan kelas dua setelah sekolah, madrasah hanya melulu membahas pendidikan agama Islam, madrasah yang selalu tertingal baik sisi kualitas peserta didiknya, madrasah yang minim sarana dan prasarana, madrasah yang selalu tertinggal SDM nya dalam dunia teknologi dan informasi dan stigma negatif lain yang selama ini disematkan masyarakat terhadap madrasah.

Kubangan stigma negatif bagi madrasah harus segera diubah. Jargon madrasah lebih baik lebih baik madrasah yang diusung Kemenag DIY menjadi spirit bagi bangkitnya madrasah. Torehan prestasi telah dibuktikan oleh madrasah. Madrasah kini tidak boleh dipandang sebelah mata dengan segunung prestasi baik akademik maupun nonakademik. Semua pencapaian tersebut tidak lepas dari mulai munculnya percaya diri dari warga madrasah. Rasa percaya diri dikelola dan ditanamkan dalam alam bawah sadar dan dibudayakan secara terus menerus. Madrasah dengan ciri khasnya bukan lagi aib bagi pendidikan namun madrasah adalah kebanggan masyarakat.

Madrasah adalah kunci untuk mewujudkan impian peradaban maju berbudaya dan berlandaskan nilai Agama Islam. Islam diterima dengan mudah bagi masyarakat Indonesia tidak lepas dari peran ulama terdahulu yang respek terhadap budaya lokal. Adanya keistimewaan Yogyakarta justru berawal dari peran ulama yang berhasil memadukan nilai-nilai agama Islam dengan kearifan lokal masyarakat Mataram saat itu. Berbagai bentuk produk budaya dimulai dari sederet tembang jawa, hasil kerajinan batik, arsitektur bangunan bahkan gelar kesultanan adalah produk budaya Islam. Melalui kecerdasan ulama masyarakat mataram menerima Islam dengan damai dan sepenuh hati. Kecerdasan ini semestinya dimiliki oleh madrasah sebagai institusi pendidikan Islam. Madrasah sebagai bentuk pelembagaan pendidikan Islam memiliki tanggungjawab besar dengan fungsi utamanya sebagai lembaga dakwah. Akibatnya madrasah tidak sekedar lembaga yang hanya dipersepsikan sebagai lembaga akherat saja namun memiliki peran untuk masa depan bangsa sekaligus melestarikan budaya.

Pemerintah DIY melalui Perda DIY nomor 5 tahun 2011 menyatakan visi pembangunan DIY tahun 2025 sebagai pusat pendidikan, budaya dan tujuan pariwisata terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Visi tersebut adalah peluang bagi Kementerian Agama DIY. Madrasah DIY adalah pusat pendidikan dan barometer pendidikan di Indonesia. Madrasah yang maju sekaligus mengakar pada tradisi dan nilai-nilaia budaya Islam.

Strategi pengembangan madrasah di DIY yang perlu dikembangkan menjawab tantangan dan peluan tersebut diawali dari hal sederhana yakni budayakan madrasah dan madrasahkan budaya. Makna membudayakan madrasah antara lain; pertama; mengembalikan madrasah pada akar sejarah Islam, Kedua; menanamkan kepercayaan diri masyarakat terhadap madrasah, ketiga: mendekatkan peran dan manfaat madrasah secara langsung pada masyarakat. Makna memadrasahkan budaya adalah menanamkan nilai-nilai budaya dalam konteks keislaman sebagai rahmatan lil’alamin. Islam yang diangkat dan dikembangkan melalui madrasah adalah Islam yang merahmati bukan menyiksa umat dengan sekat-sekat. Islam yang mampu menumbuhkan daya cipta, karsa dan rasa untuk memajukan peradaban manusia. Islam yang berkeadaban ditumbuhkembangkan dan dirintis dari Kementerian Agama DIY dan sebagai ujun tombaknya adalah madrasah. Wallahu musta’an        

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jogja memang istimewa Pak.Semoga sehat dan sukses selalu

12 Mar
Balas



search

New Post