Recharge dan Refresh Guru Madrasah (tantangan menulis gurusiana hari ke-8)
Kebosanan dalam bekerja bagi seorang guru dapat terjadi pada siapapun tidak terkecuali bagi guru madrasah. Kebosanan yang dialami seseorang dalam bekerja yang ditugaskan dalam lingkungan yang sama lebih dari lima tahun adalah hal yang wajar. Hal ini menyangkut emosi seseorang. Kebosanan dalam bekerja, menurut Dewi Arini, M.M. seorang Psikolog dari Bee Consulting Jakarta, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Pertama, Pola kerja yang berulang dan bersifat monoton yang dilakukan sepanjang penugasan selama bertahun-tahun. Seoran guru yang ditempatkan selama bertahun-tahun di tempat yang sama pasti jenuh dengan situasi dan kondisi di sekolah/madrasah. Realitas yang ada banyak guru madrasah yang telah ditugaskan di tempat yang sama bertahun-tahun bahkan ada yang sampai 30 tahun tidak pernah dipindahtugaskan sejak penempatan pertama.
Kedua, Kurangnya pengembangan karier dan apresiasi dari atasan dalam hal ini kepala madrasah. Miskin apresiasi dan pengembangan karier dapat menimbulkan kecemburuan sosial sehingga menjadi beban psikologis tersendiri bagi guru. Kepekaan seorang kepala madrasah terhadap kinerja guru sangat mempengaruhi performa pada masa selanjutnya.
Ketiga, Kurangnya challenge atau tantangan yang diberikan oleh kepala madrasah pada guru. Target yang terlalu rendah menjadikan semangat guru semakin menurun. Ada beberapa orang yang berkarakter suka terhadap tantangan. Seorang guru yang bertipe demikian akan jenuh dalam lingkungan rendah challange.
Keempat, Minat guru yang rendah terhadap tugas pokoknya akibat kurang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Kegalauan ini terjadi pada guru madrasah yang sudah berusia lanjut. Beberapa guru madrasah bahkan sempat terbesit untuk menajukan pensiun dini akibat tidak mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang saat ini semakin cepat.
Kelima, Nilai-nilai dan budaya di lingkungan tempat tinggal guru yang berbenturan dengan nilai-nilai dan budaya di madrasah. Perbedaan ini yang masih bersifat peripheral dapat saja dikesampingkan dan diadaptasi, namun apabila nilai-nilai dan budaya lingkungan tempat tinggal berbeda pada hal-hal yang bersifat prinsip dengan lingkungan madrasah berakibat fatal terhadap kinerja guru.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab kejenuhan tersebut sebaiknya pengelola pendidikan madrasah memiliki kepekaan sehingga produktifitas guru semakin meningkat. Produktifitas yang meningkat, maka meningkat pula kualitas pendidikan di madrasah khususnya peserta didik. Ada dua cara mengatasi problem tersebut yakni melakukan recharge dan refresh guru madrasah.
Recharge adalah mengisi kembali energi guru dalam hal ini adalah meningkatkan empat kompetensi pokok seorang guru. Setidaknya ilmu-ilmu yang disampaikan dan diajarkan pada peserta didik tidak sama dengan ilmu dan metode yang ia terima saat guru tersebut sebagai murid. Zaman telah berubah dengan sangat cepat sehingga memerlukan percepatan peningkatan kualitas guru madrasah.
Usaha pemerintah dengan mewajibkan guru melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan sesuai yang diamanahkan dalam Permenpan/RB no 16 tahun 2009. Pengembangan diri guru mutlak dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan. Guru wajib mengembangkan dirinya melalui komunitas-komunitas keprofesian guru baik melalui KKG, MGMP dan komunitas yang sejenis. Forum tersebut akan menambah kualitas guru melalui kegiatan sharing dan pengimbasan ilmu-ilmu dan metode baru dalam dunia pendidikan. Keresahan dan permasalahan dalam kelas akan diselesaikan bersama. Forum MGMP dan KKG menjadi lebih bermakna apabila dalam kegiatan-kegiatannya sesekali menghadirkan narasumber ahli dari lembaga perguruan tinggi yang terkait dengan bidang ilmunya.
Sinergi antara lembaga pendidikan tinggi dengan guru merupakan aplikasi langsung sekaligus pertemuan antara ranah ideal dan praktis. Ilmu-ilmu yang menjulang tinggi dan teoritis terkadang harus benar-benar diuji dan dibandingkan dengan kenyataan di lapangan. Salah satu caranya adalah melibatkan guru dalam menguji keterlaksanaan teori di kampus.
Refresh merupakan salah satu cara melakukan penyegaran kembali agar guru semakin mudah dan bahagia menjalankan tugas dan fungsinya. Kebahagiaan guru madrasah bukan melulu bicara tentang uang. Setidaknya uang hanya salah satu saja, masih banyak aspek yang menjadikan guru madrasah dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan bahagia. Semangat dan dedikasi tinggi tidak cukup sekedar semboyan dan slogan yang dipampang di ruang kantor guru. Itu semua harus diwujudkan melalui berbagai program prioritas madrasah.
Salah satu solusi yang dapat ditempuh madrasah dapat meniru lembaga provit seperti perusahaan yang memiliki bidang khusus yang menangani pengembangan sumberdaya manusia atau Human development. Tata kelola organisasi madrasah akan lebih baik bila ada tim khusus yang menangani pengembangan guru baik peningkatan secara kualitas profesionalitas, loyalitas serta integritas guru madrasah. Program AMT khusus guru, Focus Discusion Group, Out bond, Study Wisata, Pelatihan-pelatihan keprofesian guru, bahkan bimbingan dan pendampingan serta konseling guru dapat saja dimunculkan sebagai program bidang Human Development.
Adapun jenuhnya guru madrasah dapat diakibatkan dari tantangan guru yang rendah. Kejenuhan yang berasal dari minimnya tantangan pekerjaan guru dapat dikelola dengan memberikan kompetisi bagi guru madrasah. Penyelenggara dapat dilakukan di lingkup madrasah itu sendiri. Namun, kompetisi yang melibatkan guru harus benar-benar terukur dan dengan target yang jelas. Berikan reward bagi guru-guru yang berprestasi sehingga akan meningkatkan daya juangnya. Kepala madrasah sebagai kunci sangat menentukan dalam aspek ini.
Kebosanan juga muncul akibat interaksi lingkungan yang telah melampaui titik jenuh. Kebijakan Kanwil Kemenag DIY pada tahun 2019 yang melakukan penataan guru-guru madrasah sangat perlu diapresiasi. Hal ini sebagai langkah strategis agar guru tidak mengalami kejenuhan. Ada dua efek apabila guru terlalu lama bekerja di sebuah madrasah. Pertama, kejenuhan yang akan mengakibatkan menurunnya daya kreatifitas dan produktifitas guru. Kedua, guru yan telah lama bekerja di sebuah madrasah memunculkan ego kepemilikan terhadap madrasah dalam arti negatif. Bahkan, apabila pemerintah dalam hal ini kemenag menempatkan kepala madrasah baru di lingkungan madrasah bisa jadi guru-guru yang tersebut menjadi raja-raja baru yang secara non formal mengendalikan kepemimpinan madrasah. Jika ini yang terjadi maka roda kepemimpinan kepala madrasah menjadi mandek dan berjalan ditempat.
Selain rotasi antar guru di madrasah negeri, juga tidak kalah pentingnya melakukan rotasi guru dari madrasah negeri ke madrasah swasta dan sebaliknya. Kultur guru di madrasah negeri dan swasta sangat jauh berbeda. Aspek perbedaan dapat ditilik dari sisi sosial, input peserta didik, letak geografis, bahkan aspek finansial yang mayoritas madrasah swasta masih jauh dari harapan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar