Perjalanan Suci Hati (2)

# Menuju Arafah

# Day_8 (2)

# Tantangan Gurusiana

# Marwati, MTs N 6 Kulon Progo

# Opini

Di saat muslim yang tidak berhaji melaksanakan puasa Tarwiyah, kami bersiap menuju Arafah. Sebenarnya kami berkeinginan untuk melaksanakan Tarwiyah dengan bermalam di Mina, tetapi tidak diperbolehkan. Alasannya, karena tahun itu haji akbar, maka hampir semua orang Arab melaksanakan ibadah haji. Bila tetap pergi ke Mina untuk Tarwiyah, dikhawatirkan tidak bisa ke Arafah karena padatnya lalulintas.

Tidak begitu lama menunggu di lobi hotel, kami pun naik bis yang akan membawa kami ke Arafah. Dengan dipandu oleh pembimbing, kami tak henti-hentinya melantunkan kalimat talbiyah. Disaat kami berhenti sejenak, suasana bis sangat sepi. Tak satupun dari kami yang berbicara, apalagi bercanda. Kusempatkan menengok ke teman, ternyata dia sedang menghapus air mata yang meleleh di pipi. Ah…., ternyata kami melakukan hal yang sama.

Setelah melalui jalan yang begitu padat, bahkan beberapa kali macet, sampailah kami di Arafah. Waktu sudah menjelang Dhuhur. Tak terbayangkan panasnya. Karena tenda kami tanpa kipas angin apalagi ac. Hanya berbekal penyemprot air ke wajah dan kipas manual, kami bertahan. Sebagian dari kami menggunakan handuk yang dibasahi, lalu diletakkan di kepala. Cara ini sangat efektif untuk mengurangi rasa panas dan melindungi wajah. Kamipun selalu diingatkan untuk selalu minum untuk menghindari dehidrasi. Kabar baiknya, minuman, buah, dan makanan melimpah ruah.

Hal lain yang harus beradaptasi adalah urusan ke belakang. Bisa antri sepuluh sampai dua puluh orang untuk bisa sampai di urutan pertama. Namun tak boleh mengeluh. Ada yang memanfaatkan waktu dengan saling berkenalan dan berbincang tentang daerah asal. Ada juga yang memanfaatkan waktu dengan saling memijit pundak, walau tak kenal. Wow…, indahnya ukhuwah islamiyah.

Joglo Mawar, 18 Juli 2021 (8 Dzulhijah 1442)