Maryam

Maryam, guru SDN 215 inpres Taipa Jika kau bukan anak raja dan anak ulama besar maka menulislah ( Imam Al Gazali )...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bagian 35( Arya Junior )

Bagian 35( Arya Junior )

 Jam dinding menunjukkan pukul tiga dinihari. Niah terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa mulas dan sakit. Perlahan keringatnya mengucur membasahi sekujur tubuhnya. sekilas matanya mengarah pada suaminya yang tertidur pulas, terlihat sangat damai.

Niah mencoba bangkit dari pembaringan meraih gelas yang berisi air putih di atas meja. Ia berjalan berlahan menuju pintu kamar. Matanya berkeliling melihat keadaan rumah yang terlihat sunyi. Tampaknya semua larut dalam mimpi indah mereka.

Semakin lama sakit yang dirasakan di perut Niah semakin menjadi. Tubuhnya gemetar menahan nyeri di bagian bawah perutnya. Ia meringis, sakit yang beraturan bertambah dan terus bertambah hingga akhirnya piyamah tidur bagian bawahnya terasa basah. Niah masih berusaha mencoba menahan sakit itu. Ia yakin sebentar lagi akan melahirkan. Tiba-tiba mulutnya mengeluarkan erangan kesakitan yang membuat dokter Arya terbangun karena terkejut.

“Niah, ada apa sayang?”. Sahut dokter Arya sambil berkari menuju tempat istrinya meringis menahan sakit. Ia memapah istrinya yang basah oleh peluh yang terus mengalir.

“Sepertinya sebentar lagi aku akan melahirkan mas” ucap Niah dengan wajah pias.

“Kita ke rumah sakit saja yah, aku ganti baju dulu” ucap dokter berwajah tampan itu khawatir.

Selang beberapa menit, dokter Arya membopong tubuh istrinya keluar rumah menuju garasi. Dengan hati-hati ia memasukkan Niah ke dalam mobil dan segera meluncur ke rumah sakit.

Tidak menungu lama, sekitar satu jam kemudian, terdengar tangis bayi dalam ruang bersalin. Tanpa menunggu konfirmasi dokter Arya bersujud syukur di lantai rumah sakit. Kegelisahannya sirna berganti dengan kebahagiaan yang tak mampu ia ungkapkan.

Setelah dokter yang menangani Niah menginformasikan kelahiran puteranya, dokter Arya segera menghubungi seluruh keluarganya. Kebahagiaan meliputi semuanya, tak terkecuali Anita dan Romi. Mereka berharap bisa secepatnya mendapatkan keturunan.

Menyambut kelahiran anaknya, Niah dan dokter Arya mengadakan syukuran kecil-kecilan. Sebagai ungkapan rasa syukur atas karuniah yang Allah berikan kepada mereka. Setelah banyak sekali mengalami berbagai derita dan masalah, akhirnya Niah dapat tersenyum bahagia. Mereka memberinya nama Bintang, untuk mengenang almarhum kakaknya.

Hampir sebulan dokter Arya cuti untuk mendampingi istriya merawat anak mereka. Dokter Arya seakan lupa masalah yang tengah mereaka hadapi.

Hari ini, dokter Arya berencana berangkat bekerja di rumah sakit. Setelah sebelumnya ia menyiapkan semua keperluan Niah. Dokter Arya melupakan semua rasa lelahnya merawat anak dan istrinya.

“drrrrt...drrrrt..” ponselnya bergetar, ada panggilan masuk dari nomer yang tak ia kenal. Seketika wajah dokter Arya berubah tegang. Setelah berbicara dengan orang itu, dokter Arya segera menghubungi Romi.

“Assalamu alaikum Rom, Prasetyo dan Miranda buat ulah lagi, upayakan kita pura-pura tak tahu rencana mereka”. Setelah mengucapkan salam dokter Arya menutup panggilannya.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

23 Jan
Balas

Makasih pak..salam literasi

23 Jan



search

New Post