Maryam

Guru SD Negeri Sidalang 01, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bekal dari Ibu Mertua
Foto hanya pemanis

Bekal dari Ibu Mertua

Tantangan Hari ke -12

#TantanganGurusiana

Acara aqiqah ponakannku telah selesai. Aku dan suamiku yang bertugas sebagai tim wara – wiri telah selesai tugasnya. Akhirnya kami sekeluarga pamit pulang, setelah dua hari kami bermalam di rumah mertua.

“Bu, kami mau pulang,” Kataku pada ibu mertuaku.

“Sebentar, kamu bungkus dulu lauk yang kamu perlu ya,” Jawab Ibu mertuaku sambil berlalu karena masih sibuk dengan membereskan rumah yang berantakan.

Akupun mengambil ayam goreng yang dipotong seperempatan itu empat potong. Aku juga mengambil telur asin, apel, salak dan jeruk pemberian besan mertuaku yang merupakan mertua adikku masing - masing empat butir. Mertua adikku adalah seorang pedagang buah. Sehingga setiap kali datang berkunjung ia membawa aneka buah dalam jumlah yang tidak sedikit yaitu tiap jenis buah masing - masing satu keranjang. Tak lupa juga aku membungkus tempe kering dan juga sambal goreng kentang dengan wadah plastik transparan ukuran sekiloan seperlunya. Aku mengambil masing – masing empat dengan perincian masing – masing keluargaku mendapat satu potong. Keluargaku terdir dari aku dan suami beserta dua anak.

Aku sengaja tidak mengambil sisa daging kambing yang tinggal beberapa iris. Karena memang semuanya sudah habis dibagikan kepada tetangga serta kerabat dekat. Aku tak doyan daging kambing, sementara suamiku, jika harus memakan sendirian lebih baik tidak. Sedangkan kedua putriku belum menyukai daging kambing.

Aku membungkus semua bekal yang sudah aku ambil itu ke dalam kantong kresek berwarna hitam. Aku sudah biasa melakukan semuanya tanpa ada rasa malu dan sungkan. Karena mertuaku memang orang yang baik dan tak pernah menceritakan tentang aib anak menantunya seperti cerita ibu mertua dan menantu lainnya. Setelah semua selesai aku kembali berpamitan pada ibu mertuaku.

“Bu, aku sudah mengambil yang kami perlu, kami pulang sekarang ya,” pamitku.

“Sebentar, besok suamimu masuk kerja apa?” Tanya ibu.

“Pagi, Bu,” jawabku.

Suamiku adalah karyawan pabrik kayulapis di daerahku yang sistem kerjanya menggunakan shif. Sehingga jam kerjanya selalu berputar mengikuti jadwal shift yang terdiri dari tiga putaran yaitu shift pagi, siang dan malam.

“Kamu ambil sayuran mentah buat masak besok pagi, kamu nggak punya bahan masakan kan dirumah?” Kata Ibu mertuaku.

“Iya, Bu,” jawabku.

Akhirnya aku mengambil bahan mentah yang kuperlukan untuk masak besok pagi. Aku mengambil buncis yang ada di kulkas kira – kira setengah kg. Aku juga mengambil satu papan tempe berbungkus daun ukuran sedang.

“Sudah, Bu,” kataku setelah membungkus semua dan memasukkannya ke dalam kantong kresek hitam.

“Ini sekalian dibawa,” kata ibu mertuaku dengan menyerahkan sebuah tas jinjing yang biasa digunakan untuk kondangan. Aku melihat isinya sekilas. Ada sebungkus minyak goreng kemasan dua liter, sebungkus gula ukuran satu kg, dan lima buah mie instan.

“Kok banyak sekali, Bu,” kataku.

“Sudah dibawa saja, Ibu terimakasih sekali sudah ditolong dan dibantu ya,” kata ibu mertuaku.

Aku tak kuasa menolak pemberian ibu mertuaku, karena semua yang ia berikan aku membutuhkannya. Apalagi sekarang memang tanggal tua, stok belanjaan di rumah juga sudah menipis. Jadi aku terima dan aku syukuri saja semuanya.

Akhirnya kami berempat pulang dengan membawa barang bawaan yang cukup banyak ditambah dengan pakaian kotor selama dua hari kami menginap.

Sampai di rumah, waktu hampir magrib. Kami bergegas mandi lalu sholat berjamaah. Saat kami selesai melakukan sholat jamaah tiba – tiba mati lampu. Akhirnya kami memutuskan untuk makan malam bersama saja. Kusiapkan lauk yang sudah aku bawa. Dan aku baru tersadar bahwa aku lupa tidak mengambil nasi di tempat ibu mertuaku tadi. Aku tak punya nasi di rumah, mau masak keadaan masih mati lampu. Untungnya tadi mertuaku juga memberikan mie instan. Jadilah malam ini kami makan mie instan dalam lampu yang temaram. Sementara bekal lauk dari mertuaku kusimpan dulu dan aku panasi untuk sarapan besok pagi. Aku sangat bersyukur mempunyai ibu mertua yang sungguh baik. Dia adalah sosok istri sejati dan ibu yang baik untuk anak - anaknya. Terimakasih ibu mertuaku, maafkan anak menantumu ini yang masih sering merepotkanmu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post