
LANGKAH KECILKU
LANGKAH KECILKU MELAWAN PERGAULAN BEBAS
Maryam Damayanti Payapo
Untuk perkara yang satu ini, pergaulan bebas, tak ada kata kompromi. Tidak ada permakluman. Harus tegas. Mengapa? Ya, tiada lain dan tiada bukan adalah karena dampaknya yang luar biasa dapat sebabkan kerusakan dalam tatanan masyarakat beradab.
Masih kuingat dengan jelas, bagaimana orang tua dan mertuaku berjuang menegakkan kedisiplinan pada anak-anaknya. Jika bermain bersama kawan sekampung, maka pk 21.00 harus sudah ada di rumah. Kalau sampai ada yang masih di luaran, pasti bakalan dicari dan dipastikan untuk pulang. Hal ini sepertinya sepele. Ternyata dampaknya luar biasa. Anak-anak menjadi tidak sempat berpikiran macam-macam pun tak sempat mendapat pengaruh negatif dari kawan sepermainan untuk menghabiskan malam-malam yang berlalu.
Jika anak dibiarkan dolan ketika hari sudah beranjak malam, maka sekian banyak jalan keburukan akan terbuka lebar di hadapannya. Betapa banyak kehidupan malam yang sebenarnya jangan sampai dikenal oleh anak-anak sebelum waktunya. Jika mereka terpaksa mengenal sebelum waktunya, maka orang tua harus bersiap-siap sport jantung membersamai mereka dalam kehidupan remajanya.
Hal berikutnya, yang perlu juga diperhatikan sesuai ajaran Islam yang kuanut adalah saat anak sudah berusia baligh, harus dipisahkan kamar tidurnya. Walau rumah kami kurang proporsional dengan adanya beberapa anak dalam rumah, namun kami sudah membagi kamar untuk anak perempuan dan untuk anak laki-laki kami.
Banyak kerusakan moral di masyarakat yang akan terjadi begitu pintu ini dibuka. Muhrim menjadi tak berlaku lagi. Untuk itu, pendidikan bergaul antara laki-laki dan perempuan, semua dimulai dari keluarga. Keluarga harus memperhatikan betul hal-hal yang telah diperintahkan dan dilarang dalam agama. Semua perintah dan larangan, semua adalah demi kemaslahatan atau kebaikan manusia itu sendiri. Dialah Yang Maha Rahman dan Rahiim pada seluruh hamba-Nya.
Sebagai orang tua, kita harus berusaha dekat dengan anak, sering ngajak ngobrol hal umum maupun hal dari hati ke hati. Sering bercerita lalu mengajak berdialog agar anak belajar memahami bahwa akan ada konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukan. Konsekuensi terburuk adalah mendapat murka dan laknat Allah. Setiap kesempatan dapat berdua, bertiga, berempat, berlima, berenam, bertujuh, berdelapan, terlebih bersembilan (kami berdua bersama ketujuh buah hati kami) diupayakan diisi dengan dialog, ngobrol ringan-ringan santai tapi serius, sekaligus meneladankan nilai-nilai kebaikan baik yang menjadi ajaran Islam maupun yang universal.
Selain itu, perlu pula mengajak anak mengingat kembali misi dan visi keluarga, yaitu mencintai Allah di atas segalanya dan mencintai Rasulullah melebihi cinta pada diri sendiri. Visi besar kami adalah menjadi hamba yang dikenal penduduk langit dan mendirikan istana megah di surga Allah kelak. Alhamdulillah, hingga saat ini, walau tak sempurna namun karunia Allah saja sehingga semua dapat berjalan baik sesuai harapan.
Segala ikhtiar yang mungkin dilakukan untuk membentengi keluarga telah ditempuh diiringi doa sepenuh hati. Selanjutnya, hanya bertawakal kepada Allah yang Maha Sempurna disertai harapan ... Allah Yang akan berkenan menyempurnakan ikhtiar kami.
Selanjutnya, bersama mahasiswa-mahasiswa di jurusan tempatku mengabdi. Mahasiswa yang merupakan anak-anak dari kedua orangtuanya yang diamanahkan kepada kami para pengajarnya di bangku kuliah ini. Mahasiswa yang berada pada usia remaja jelang dewasa. Mahasiswa yang membutuhkan sosok dosen yang tulus, mencintai mahasiswa tanpa syarat, dan selalu menginginkan kebaikan bagi diri mereka.
Selanjutnya, berusaha mengikuti perkembangan mereka dengan dunianya yang penuh kekinian. Dilanjutkan dengan tak pernah lelah untuk selalu melakukan ikhtiar menjalin kedekatan dengan komunikasi yang sehat. Setiap kesempatan dapat diisi dengan menerapkan berbagai strategi penguatan karakter. Baik karakter kepada Tuhan Semesta Alam maupun karakter kepada sesama.
Seperti halnya mendidik anak kandung, kepada mahasiswa pun harus tak pernah lelah dan bosan mengingatkan dan menasihati setiap waktu. Selalu mengajak dalam kebaikan. Terakhir, menyebut mereka dalam doa yang dipanjatkan kepada Robbul’alamiin.
Inilah ikhtiar sederhana seorang ibu sekaligus dosen dalam upaya tegas mencegah pergaulan bebas dalam ruang lingkup yang dapat dijangkaunya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar