Maryono,S.Pd.I

Maryono_Lahir di Cilacap dan berdomisisli di Kota Cilacap. Saat ini sebagai tenaga pendidik di MTs Negeri 5 Cilacap...

Selengkapnya
Navigasi Web
Best PracticeBuku Raksasa Membangun Karkter Unggul

Best PracticeBuku Raksasa Membangun Karkter Unggul

BUKU RAKSASA: MEMBANGUN KARAKTER UNGGUL MELALUI KISAH KETELADANAN NABI MUSA AS, DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS VIII

Maryono

[email protected]

ABSTRACT

This research aims to describe the results of using the "Giant Book" as a learning media in the Akidah Akhlak (Faith and Morality) curriculum for Grade VIII, particularly focusing on the exemplary story of Prophet Moses (AS), at MTs Negeri 5 Cilacap. The applied method is a qualitative descriptive approach. The research findings indicate that the use of the Giant Book is effective in enhancing students' learning motivation and shaping their excellent characters. In the context of Akidah Akhlak learning, the book functions not only as an information source but also as an interactive tool enriching the learning experience. The implications of these findings highlight the positive potential of the Giant Book as a learning media that can motivate students and contribute significantly to character development in religious education at MTs Negeri 5 Cilacap. These findings are expected to guide the development of more innovative and effective teaching methods.

Keywords: Giant Book, Learning Tools, Learning Motivation, and Character

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hasil penggunaan media pembelajaran "Buku Raksasa" dalam pembelajaran Akidah Akhlak Fase D Kelas VIII, terutama pada materi Kisah Keteladanan Nabi Musa AS, di MTs Negeri 5 Cilacap. Metode yang diterapkan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Buku Raksasa efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan membentuk karakter unggul. Dalam konteks pembelajaran Akidah Akhlak, buku ini tidak hanya berperan sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai alat interaktif yang memperkaya pengalaman belajar. Implikasi temuan ini menyoroti potensi positif Buku Raksasa sebagai media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dan membentuk karakter mereka, memberikan kontribusi berharga dalam pengembangan pendidikan agama di MTs Negeri 5 Cilacap. Temuan ini diharapkan dapat membimbing pengembangan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan efektif.

Kata Kunci: Buku Raksasa, Alat Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Karakter

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek krusial dalam pembentukan karakter dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam mencapaii tujuan pendidikan yang berkualitas, kegiatan pembelajaran menjadi fondasi utama yang memandu perkembangan peserta didik. Sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang diusung oleh Kementerian Pendidikan, pengembangan kurikulum saat ini menekankan tiga diferensiasi utama, yaitu diferensiasi isi, proses, dan produk.

Konsep diferensiasi tersebut mendorong peningkatan kualitas pembelajaran dengan memperhatikan keberagaman kemampuan dan potensi peserta didik. Oleh karena itu, untuk mendukung efektivitas proses pembelajaran tersebut, peran alat pembelajaran menjadi sangat penting. Menurut pandangan Kemendistek, alat pembelajaran menjadi salah satu elemen kunci yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.

Guru, sebagai garda terdepan dalam proses pendidikan, memiliki peran sentral dalam menyediakan alat pembelajaran. Melalui upaya guru dalam menyusun dan memanfaatkan alat pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Salah satu bentuk alat pembelajaran yang menjadi fokus dalam pendekatan ini adalah buku raksasa. Buku raksasa sebagai alat pembelajaran tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga mampu memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menyenangkan.

Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi oleh siswa Fase D Kelas VIII MTs Negeri 5 Cilacap dalam pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak khususnya pada materi kisah keteladanan Nabi Musa as, adalah tentang keaktifan, motivasi dan karakter siswa yang rendah dalam proses pembelajaran. Dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya

suatu inovasi pembelajaran terutama dalam penggunaan alat peraga pembelajaran yang digunakan agar proses pembelajaran dapat memberikan fasilitas kepada para siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk menindaklanjuti permasalahan rendahnya motivasi dan karakter pada siswa Fase D Kelas VIII di MTs Negeri 5 Cilacap, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan alat peraga pembelajaran, salah satunya adalah dengan alat pemelajaran berupa “Buku Raksasa” pada proses.

Tujuan

Tujuan Penggunaan Alat Peraga "Buku Raksasa" dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII:

Menggali Nilai-nilai Keteladanan Nabi Musa AS

Melalui penggunaan buku raksasa, tujuan utamanya adalah membawa peserta didik untuk menggali dan memahami nilai-nilai keteladanan Nabi Musa AS. Kisah-kisah inspiratif yang terdapat dalam buku raksasa dapat dijadikan landasan untuk memahami prinsip-prinsip akhlak yang dijunjung tinggi oleh Nabi Musa AS.

Memahami Konsep Akidah dan Akhlak

Buku raksasa akan menjadi sarana visual yang membantu peserta didik memahami konsep-konsep akidah dan akhlak dengan cara yang menarik dan mudah dicerna. Melalui kisah-kisah dalam buku raksasa, diharapkan peserta didik dapat mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan memahami implikasinya dalam pembentukan karakter unggul.

Mendorong Refleksi dan Diskusi

Alat peraga ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai pemicu refleksi dan diskusi di kelas. Dengan melibatkan peserta didik dalam pembahasan kisah-kisah keteladanan Nabi Musa AS, diharapkan mereka dapat menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Menumbuhkan Kesadaran Sosial dan Kepedulian

Melalui kisah-kisah keteladanan, buku raksasa juga dapat membantu menumbuhkan kesadaran sosial dan kepedulian terhadap sesama. Peserta didik diharapkan dapat meresapi nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran, dan empati yang tercermin dalam kisah Nabi Musa AS.

Membangun Sikap Positif dan Tangguh

Keseluruhan penggunaan buku raksasa diharapkan dapat membantu membangun sikap positif dan tangguh pada peserta didik. Dengan memahami kisah-kisah keteladanan Nabi Musa AS, diharapkan mereka dapat menghadapi berbagai tantangan dengan kebijaksanaan dan keberanian.

Dengan tujuan-tujuan tersebut, penggunaan buku raksasa di dalam pembelajaran Akidah Akhlak di kelas VIII diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memperkaya, menginspirasi, dan membantu membentuk karakter unggul pada setiap peserta didik.

Manfaat

Manfaat penulisan best practice ini adalah:

Bagi siswa

Meningkatkan motivasi dan karakter belajar siswa Fase D Kelas VIII pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 5 Cilacap.

Bagi pendidik

Mengimplementasikan strategi inovatif pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan karakter belajar siswa Fase D Kelas VIII pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 5 Cilacap.

Menjadi alternatif strategi peningkatan hasil belajar siswa Fase D Kelas VIII pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 5 Cilacap.

Bagi Madrasah

Memberikan informasi dan masukan untuk mengambil kebijakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa Fase D Kelas VIII pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 5 Cilacap.

BAB II

METODE PEMECAHAN MASALAH

Kajian Teoritik Konseptual

Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi penuh yang dimiliki oleh individu manusia. Mendukung proses pendidikan memiliki arti dalam persiapan manusia yang berkualitas. Manusia yang telah berkembang dengan segala potensi yang dimilikinya melalui pendidikan menjadi investasi berharga dalam pembangunan. Pendidikan dianggap sebagai investasi dalam sumber daya manusia (SDM). Sutaga dalam Muhammad Rofi’ul Basir dkk, mengungkapkan bahwa inti dari pendidikan adalah membentuk karakter, di mana karakter yang unggul dapat menjadikan manusia sebagai sumber daya yang sangat penting dan diperlukan dalam sebuah organisasi. Karakter yang baik dan unggul mampu membantu individu untuk menghadapi perubahan yang terus berkembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berbagai dampaknya dalam berbagai sektor kehidupan.

Proses pembelajaran sebagai rangkaian kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dan suatu proses yang dialami siswa dalam mempelajari suatu materi tertentu tidak lepas dari kurikulum yang diterapkan pada satuan pendidikan. Implementasi kurikulum yang diberlakukan pada tahun pelajaran 2023/2024 saat ini adalah kurikulum K-13 dan Kurikulum Merdeka. Secara umum Kurikulum Merdeka saat ini sudah diimplementasikan pada satuan pendidikan, khususnya pada siswa kelas 1 dan 4 SD/MI, Kelas VII SMP/MTs, dan Kelas XI SMA/SMKA/MA sederajat. Mengenai Kurikulum Merdeka itu adalah suatu pendekatan kurikulum yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan. Pendekatan ini menekankan kemandirian dan kebebasan bagi sekolah dalam merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan konteks lingkungan setempat. Dengan mengusung semangat kreativitas dan inovasi, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam proses pembelajaran dan pengembangan kompetensi peserta didik.

Di dalam Kurikulum Merdeka Terdapat tiga jenis strategi pembelajaran diferensiasi yang digunakan, yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten mencakup apa yang diajarkan kepada peserta didik, yang melibatkan kesiapan, minat, dan profil belajar mereka. Tugas guru dalam diferensiasi konten adalah menyediakan bahan dan alat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, yang dapat dilakukan berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar masing-masing murid. Diferensiasi proses dimulai dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang rangkaian pembelajaran, termasuk tujuan, alur, dan tugas akhir pembelajaran. Langkah awalnya adalah apersepsi, yaitu mengingatkan pengetahuan mereka tentang pemahaman teks persuasif. Diferensiasi proses merujuk pada bagaimana peserta didik memahami atau mengartikan materi yang dipelajari.

Berbagai metode dapat digunakan, seperti kegiatan berjenjang, pemandu atau tantangan, agenda individu, variasi waktu, pengembangan kegiatan bervariasi sesuai gaya belajar, dan pengelompokan yang fleksibel berdasarkan kesiapan, kemampuan, dan minat. Setiap kelompok bekerja sama dalam proyek kolaboratif yang disesuaikan dengan kemampuan dan gaya belajar peserta didik. Diferensiasi produk menunjukkan hasil kerja atau unjuk kerja peserta didik dalam bentuk yang dapat dilihat. Guru dapat memberikan pilihan kepada peserta didik untuk mengekspresikan pembelajaran sesuai dengan preferensi mereka. Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan memberikan tantangan, variasi, atau pilihan kepada murid untuk mengekspresikan pembelajaran mereka. Pentingnya pembelajaran berdiferensiasi adalah memberikan kebebasan pada siswa untuk meningkatkan potensi mereka sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar masing-masing siswa. (Sutaga, 2022: 62).

Adapun beberapa prinsip pembelajaran yang menjadi dasar dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi yaitu: (1) perbedaan siswa; (2) bahan pelajaran yang esensial; (3) penilaian yang kontinu dan terpadu dalam pembelajaran; (4) modifiasi elemn kurikulum; (5) kajian secara individu dan kelompok; (6) memotivasi dan menilai diri sendiri;(7) pengembangan aktivitas dan kreativitas; (8) kolaborasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa; (9) belajar tuntas; (10) kondisi belajar dalam konteks kelompok yang kolaboratif; (11) lingkungan atau kondisi belajar yang efektif; (12) belajar sebagai proses menyeluruh dan terpadu; (13) pemberdayaan sumber proses yang maksimal (Agus Purwowidodo dan Muhamad Zaini, 2023: 2).

Kualitas pelaksanaan proses pembelajaran sebenarnya tidak lepas dari kompetensi yang dimiliki guru. Standar kompetensi guru, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 14 tahun 2005, mencakup empat komponen utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik merujuk pada kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Sementara itu, kompetensi kepribadian melibatkan kemampuan guru untuk memiliki kepribadian yang stabil, berakhlak mulia, bijaksana, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara menyeluruh dan mendalam. Sementara itu, kompetensi sosial mengacu pada kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Dengan merinci empat kompetensi tersebut, standar kompetensi guru dapat diartikan sebagai pernyataan yang menetapkan kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap guru. Kriteria tersebut melibatkan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang membuat seorang guru dianggap kompeten. Hal ini ditetapkan, disyaratkan, dan disepakati bersama untuk memastikan bahwa setiap guru layak disebut sebagai individu yang memiliki kompetensi sesuai standar yang telah ditetapkan.

Untuk melaksanakan pembelajaran guru harus menyusun rencana pembelajaran. Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran pada hakikatnya bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran umum dan khusus yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar peserta didik. Langkah-langkah penyusunan perencanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, ada tujuh langkah yang di mulai dengan 1) merumuskan tujuan khusus, 2) memilih pengalaman belajar, 3) menentukan kegiatan belajar mengajar, 4) menentukan orang yang terlibat dalam proses pembelajaran, 5) memilih bahan dan alat, 6) ketersediaan fasilitas fisik, 7) perencanaan evaluasi dan pengembangan (Ismail Makki dan Aflahah, 2019: 11)

Hubungannya dengan memilih bahan dan alat untuk mendukung pelaksanaan proses pembelajaran dibutuhkan suatu alat atau media yang dinamakan alat peraga atau media pembelajaran. Alat peraga dan media pembelajaran memiliki peran krusial dalam mendukung efektivitas pembelajaran. Adapun pengertian alat peraga adalah seperangkat benda kongkrit yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam pembelajaran (Djoko Iswadji, 2003: 1)

Alat peraga berupa benda nyata atau model dapat membantu peserta didik memahami konsep-konsep abstrak melalui pengalaman langsung. Media pembelajaran, seperti multimedia, menyajikan informasi secara visual dan auditif, meningkatkan daya serap peserta didik. Kombinasi keduanya dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Berhubungan dengan alat peraga dan media pembelajaran, Rooijakkers dalam Muhammad Anas (2014: 2), mengungkapkan bahwa tugas guru adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Salah satu cara diantaranya adalah mengajar dengan alat peraga/media.

Tujuan penggunaan alat peraga/media pembelajaran dalam proses pembelajaran pada dasarnya agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat dipahami oleh siswa, dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran agar lebih menarik dan menghindari kebosanan. Alat Peraga memungkinkan siswa untuk lebih kreatif dan imajinatif menggunakan alat peraga yang disediakan. Umumnya anak-anak lebih tertarik mempelajari dengan alat bantu dibandingkan belajar langsung tanpa alat bantu. Alat peraga memungkinkan guru untuk menggambarkan sesuatu yang bersifat abstrak dalam bentuk model selama proses pembelajaran. Model ini merupakan objek konkret yang dapat diobservasi, dipegang, diputar, dan dipahami. Departemen Pendidikan Nasional (2009: 18) menjelaskan bahwa fungsi bahan ajar mencakup beberapa aspek, seperti menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif, bukan hanya sebagai suplemen rekreasional, mempercepat proses pembelajaran, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Depdiknas (2009: 18) juga menyoroti nilai penggunaan bahan ajar, antara lain mengurangi verbalisme, meningkatkan minat dan perhatian siswa, terus meningkatkan hasil belajar, memberikan pengalaman langsung, mendorong aktivitas mandiri siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur, mendukung perkembangan bahasa, dan mengembangkan efisiensi dan pengalaman belajar yang holistik. Menurut Arsyad (2015: 12), penggunaan bahan ajar, termasuk alat peraga, menjadi faktor penentu efektivitas pembelajaran karena mentransformasikan materi yang abstrak menjadi konkret dan realistik. Sumber daya pendidikan harus disediakan sesuai dengan jenis kebutuhan belajar peserta didik. Prinsip penggunaan bahan ajar, sebagaimana disebutkan Departemen Pendidikan Nasional (2009: 35), melibatkan pemilihan alat peraga dengan cermat, penentuan motif yang tepat, penyajian alat peraga dengan akurat, dan penempatan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang sesuai.

Selain alat peraga/media pembelajaran, karakter pembelajaran juga sangat penting untuk dipahami seorang guru selaku pendidik. Karakter pembelajaran mencakup sejumlah keterampilan dan sikap yang diharapkan berkembang pada peserta didik selama proses pembelajaran. Ini termasuk aspek-aspek seperti kreativitas, kritisitas, kerja sama, komunikasi, dan inisiatif. Karakter pembelajaran mencerminkan komitmen untuk menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan serta sikap positif yang mendukung keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah memahami seputar kurikulum merdeka, kompetensi guru, alat peraga//media pembelajaran, dan karakter pembelajaran, maka integrasi Kurikulum Merdeka dengan penggunaan alat peraga dan media pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara holistik. Dengan memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyesuaikan kurikulum, peserta didik dapat terlibat dalam pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. Alat peraga dan media pembelajaran berperan dalam meningkatkan daya serap informasi, sementara karakter pembelajaran menjadi fondasi untuk pengembangan peserta didik sebagai individu yang kompeten dan berdaya saing. Dengan demikian, kombinasi ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang berkesan dan mendukung pertumbuhan holistik peserta didik.

Pengalaman Menyelesaikan Masalah

Penulis terinspirasi menulis best practice ini berawal pengalaman penulis mengikuti Lokakarya Penulisan Best Practice bagi Guru di Kabupaten Cilacap yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Cilacap bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap pada tanggal 18 s.d. 28 Maret 2022.Dan dalam kegiatan tersebut penulis mencoba membuat Best Practice dengan judul “ REDAKSIME: Startegi Mewujudkan Peserta Didik yang Berakhlak Terpuji Di MTs Negeri 5 Cilacap)”, sebagai tugas yang harus disusun dan dipresentasikan dalam kegiatan di akhir kegiatan. Berdasarkan pengalaman ataupun peristiwa dalam melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak, tersusunlah best practice dan siap dipresentasikan, serta mendapat respon positif dari pemateri.

Pasca kegiatan lokakarya, selanjutnya penulis merasa tertarik untuk mendokumentasikan dalam bentuk karya ilmiah berupa best practice sebagai bentuk pengembangan keprofesian guru. Hasil best practice penulis atas dasar pelaksanaan proses pembelajaran pada tahun pelajaran 2022/2023 berjudul “PADI & Vlog: Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Keteladanan Nabi Sulaiman as.

Tidak dipungkiri bahwa selama proses pembelajaran tentang rendahnya motivasi siswa menjadi perhatian khusus untuk dicarikan jalan keluarnya. Dari hal itulah bisa diupayakan dengan langkah guru dalam menyiapkan alat dan sumber pembelajaran. Berangkat dari itulah, akhirnya penulis setiap kali melaksanakan pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 5 Cilacap mencoba dengan hal-hal yang baru. Untuk kali ini penulis terinspirasi dengan berita yang ditulis oleh detik.com dengan link: https://www.detik.com/tag/alquran-raksasa, yang selanjutnya penulis jadikan nama alat peraga/media pembelajaran dengan nama “Buku Raksasa”. Dan untuk Best Practice saat ini penulis beri judul “Buku Raksasa: Membangun Karakter Unggul Melalui Kisah Keteladanan Nabi Musa as, Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII”.

Metode atau Cara Menyelesaikan Masalah

Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan Buku Raksasa sebagai alat peraga atau media pembelajaran dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi tantangan dalam motivasi belajar dan pembentukan karakter peserta didik. Berikut adalah uraian penjelasan mengenai metode atau cara menyelesaikan masalah motivasi dan karakter pembelajaran dengan memanfaatkan Buku Raksasa:

Mengintegrasikan Isi yang Menarik

Buku Raksasa dapat diisi dengan konten yang menarik dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Penggunaan gambar, ilustrasi, dan teks yang menarik akan membantu meningkatkan daya tarik pembelajaran, sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk terlibat dalam proses belajar.

Interaktif dan Partisipatif

Buku Raksasa dapat dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan pengalaman belajar yang interaktif. Pemilihan aktivitas yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik, seperti diskusi kelompok, permainan, atau simulasi, dapat meningkatkan motivasi belajar dan membangun karakter melalui kolaborasi dan kerjasama.

Visualisasi Konsep

Dengan ukuran yang besar, Buku Raksasa dapat digunakan sebagai alat visualisasi konsep yang kompleks. Ini membantu peserta didik untuk memahami materi secara lebih mudah dan memotivasi mereka untuk mengeksplorasi ide-ide baru. Visualisasi konsep juga dapat merangsang kreativitas dan imajinasi siswa.

Mengakomodasi Keanekaragaman Pembelajaran

Buku Raksasa dapat disesuaikan dengan gaya belajar berbeda, menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif. Dengan menyediakan berbagai jenis informasi dan kegiatan, Buku Raksasa dapat membantu memotivasi peserta didik dengan keberagaman kemampuan dan minat.

Peningkatan Komunikasi

Buku Raksasa juga dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan sosial dan komunikasi antara guru dan peserta didik. Diskusi tentang isi buku, pertanyaan interaktif, dan dialog kelompok dapat membangun keterampilan komunikasi dan memperkuat karakter sosial siswa.

Pembelajaran Kontekstual

Buku Raksasa dapat dikembangkan untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Ini membantu menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pembelajaran dan memperkuat karakter melalui penerapan nilai-nilai dalam konteks nyata.

Dengan memanfaatkan Buku Raksasa sebagai alat peraga atau media pembelajaran, metode ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang menarik, memotivasi, dan membentuk karakter peserta didik secara holistik.

Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah motivasi dan karakter pembelajaran dengan alat peraga/media pembelajaran Buku Raksasa pada Materi Kisah Keteladanan Nabi Musa AS, Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII di MTs Negeri 5 Cilacap:

Penentuan Tujuan Pembelajaran

Identifikasi tujuan pembelajaran yang spesifik terkait dengan kisah keteladanan Nabi Musa AS dalam mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII. Tujuan ini harus mencakup aspek peningkatan motivasi dan karakter peserta didik.

Pengembangan Buku Raksasa

Desain dan kembangkan Buku Raksasa dengan memuat gambar, ilustrasi, dan teks yang menarik serta relevan dengan materi kisah Nabi Musa AS. Pastikan ukuran dan desain buku sesuai dengan kebutuhan dan ruang kelas.

Penyusunan Aktivitas Interaktif

Rancang berbagai aktivitas interaktif yang melibatkan penggunaan Buku Raksasa. Misalnya, diskusi kelompok, permainan peran, atau pameran visual. Aktivitas ini harus dirancang untuk meningkatkan partisipasi siswa dan membangun karakter mereka.

Kaitkan Materi dengan Konteks Siswa

Sisipkan elemen-elemen lokal atau pengalaman sehari-hari siswa ke dalam materi kisah Nabi Musa AS. Hal ini dapat membuat materi lebih relevan dengan kehidupan siswa, meningkatkan daya tarik, dan memotivasi mereka untuk memahami pelajaran.

Pembentukan Kelompok Diskusi:

Bagi siswa ke dalam kelompok diskusi dengan komposisi yang beragam. Masing-masing kelompok dapat diberikan tugas atau pertanyaan terkait dengan kisah Nabi Musa AS. Buku Raksasa dapat digunakan sebagai panduan diskusi.

Simulasi Peran

Gunakan Buku Raksasa untuk mendukung simulasi peran di mana siswa dapat memainkan karakter-karakter dalam kisah Nabi Musa AS. Ini tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman mereka, tetapi juga memperkuat nilai-nilai karakter dalam cerita.

Penilaian Formatif

Terapkan penilaian formatif selama dan setelah kegiatan pembelajaran. Observasi, diskusi, dan pekerjaan kelompok dapat digunakan untuk memantau tingkat pemahaman siswa, serta perkembangan karakter mereka selama pembelajaran.

Refleksi dan Diskusi Akhir

Ajak siswa untuk merenung dan berdiskusi tentang kisah Nabi Musa AS, bagaimana materi tersebut memotivasi mereka, dan bagaimana nilai-nilai karakter dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tindak Lanjut dan Dukungan:

Setelah pembelajaran, berikan tindak lanjut melalui kegiatan atau proyek berkelanjutan yang terkait dengan kisah Nabi Musa AS. Sediakan juga dukungan atau sumber daya tambahan untuk memperkuat pemahaman dan karakter siswa.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan pembelajaran menggunakan Buku Raksasa pada materi kisah keteladanan Nabi Musa AS dapat memberikan dampak positif terhadap motivasi dan karakter pembelajaran siswa di MTs Negeri 5 Cilacap.

BAB III

PELAKSANAAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH

Tempat dan Waktu

Best Practice ini disusun berdasarkan pengalaman penulis selama proses pembelajaran dengan materi Kisah Keteladanan Nabi Musa as, mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII di MTs Negeri 5 Cilacap yang beralamat di Jln. raya Diponegoro Banjarsari Nusawungu Kabupaten Cilacap.

Waktu penggunaan alat peraga/media pembelajaran diterapkan pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII, yaitu di kelas VIIIa, VIIIb. VIIIc, VIIId, VIIIe, dan VIIIf. Dan jumlah siswa perkelas rata-rata sebanyak 32 anak.

Perangkat dan Instrumen

Perangkat dan Instrumen Penggunaan Alat Peraga/Media Pembelajaran Buku Raksasa untuk Meningkatkan Motivasi dan Karakter Pembelajaran pada Materi Kisah Keteladanan Nabi Musa AS, Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII di MTs Negeri 5 Cilacap instrument yang penulis gunakan dalam Best Practice ini adalah:

Rancangan Buku Raksasa:

Ukuran dan Desain

Buku Raksasa disiapkan memiliki ukuran yang mencolok antara 75 X 50 cm, dan desain yang menarik perhatian siswa.

Ilustrasi dan Gambar

Pada sampul buku disisipkan ilustrasi atau gambar dan sub pembahasan yang vivid dan relevan dengan kisah Nabi Musa AS untuk meningkatkan daya tarik visual.

Rencana Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran

Menentukan tujuan pembelajaran yang jelas, fokus pada motivasi siswa untuk belajar dan memahami nilai-nilai karakter dari kisah Nabi Musa AS.

Aktivitas Interaktif

Susun rencana aktivitas interaktif yang memanfaatkan Buku Raksasa, seperti diskusi kelompok, simulasi peran, dan presentasi kelompok.

Penilaian Formatif:

Kriteria Penilaian

Tetapkan kriteria penilaian yang mencakup pemahaman materi, partisipasi aktif, serta peningkatan motivasi dan karakter siswa.

Instrumen Penilaian

Buat instrumen penilaian formatif yang mencakup observasi, penugasan kelompok, dan refleksi individu.

Kelompok Diskusi:

Pembagian Kelompok: Bagi siswa ke dalam kelompok diskusi dengan mempertimbangkan keberagaman dan memberikan tanggung jawab spesifik untuk setiap anggota.

Pertanyaan Pemandu: Siapkan pertanyaan pemandu diskusi yang memicu refleksi, pemahaman, dan aplikasi nilai-nilai karakter dari kisah Nabi Musa AS.

Simulasi Peran:

Pemilihan Karakter

Sediakan pilihan karakter dalam kisah Nabi Musa AS yang dapat dimainkan oleh siswa.

Petunjuk Peran

Buat petunjuk peran yang jelas dan arahan untuk memastikan simulasi peran dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Bahan Bantu Pembelajaran:

Slide Presentasi

Gunakan slide presentasi untuk menyajikan informasi tambahan dan membantu memandu diskusi.

Video Pendukung

Sediakan video pendukung yang menggambarkan dengan visual kisah keteladanan Nabi Musa AS.

Pemberdayaan Siswa:

Proyek Kelompok

Berikan tugas proyek kelompok setelah pembelajaran untuk mendorong siswa menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.

Blog atau Jurnal

Galakkan siswa untuk membuat blog atau jurnal reflektif tentang pembelajaran mereka dan perkembangan karakter.

Forum Diskusi Online

Platform Online

Gunakan platform diskusi online untuk melibatkan siswa dalam diskusi berkelanjutan tentang kisah Nabi Musa AS.

Moderator Diskusi

Tentukan siswa sebagai moderator diskusi untuk memberikan tanggung jawab tambahan.

Sumber Daya Tambahan

Buku Referensi: Sediakan buku referensi tambahan untuk siswa yang ingin mendalami lebih lanjut kisah keteladanan Nabi Musa AS.

Pendamping Belajar: Tentukan pendamping belajar atau tutor untuk memberikan bantuan tambahan kepada siswa yang membutuhkan.

Melalui perangkat dan instrumen ini, penggunaan alat peraga/media pembelajaran Buku Raksasa dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan meningkatkan motivasi dan karakter pembelajaran siswa pada materi kisah keteladanan Nabi Musa AS dalam mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII di MTs Negeri 5 Cilacap.

BAB IV

KESIMPULAN, REFLEKSI DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Penggunaan Buku Raksasa dalam pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII dengan fokus pada kisah keteladanan Nabi Musa AS menunjukkan potensi besar dalam membentuk karakter siswa. Hasil pengalaman ini menggambarkan bahwa Buku Raksasa bukan hanya sebagai alat peraga visual yang besar tetapi juga sebagai medium pembelajaran yang mampu memotivasi siswa dan merangsang perkembangan nilai-nilai karakter yang positif.

Refleksi

Proses pembelajaran ini menciptakan lingkungan yang inklusif, interaktif, dan kontekstual. Siswa terlibat dalam aktivitas kelompok, simulasi peran, dan diskusi yang memperdalam pemahaman mereka tentang kisah Nabi Musa AS. Buku Raksasa membantu visualisasi konsep yang kompleks, menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan memperkaya pengalaman belajar siswa.

Melalui refleksi ini, kami menyadari bahwa Buku Raksasa tidak hanya menyampaikan informasi secara visual tetapi juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk meresapi nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam kisah keteladanan Nabi Musa AS.

Rekomendasi Best Practice:

Integrasi Nilai-nilai Karakter

Mendorong lebih banyak integrasi nilai-nilai karakter dalam pengembangan Buku Raksasa. Melibatkan siswa dalam proyek-proyek kelompok yang menekankan kerja sama, kejujuran, dan tanggung jawab.

Pelibatan Orang Tua

Melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran dengan memberikan informasi tentang materi pembelajaran dan memberikan rekomendasi untuk mendukung pembelajaran di rumah.

Penyediaan Sumber Daya Tambahan

Menyediakan sumber daya tambahan, seperti video dokumenter atau pustaka daring, untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kisah keteladanan Nabi Musa AS dan mendukung pemahaman siswa.

Pelatihan Guru

Memberikan pelatihan kepada guru untuk mengoptimalkan penggunaan Buku Raksasa dalam pembelajaran, termasuk strategi pemberian tugas, penilaian formatif, dan pendekatan kreatif lainnya.

Pengembangan Buku Raksasa Lainnya

Mengembangkan Buku Raksasa untuk kisah-kisah keteladanan yang berbeda, sehingga memperkaya pengalaman pembelajaran siswa dengan variasi materi yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwowidodo dan Muhamad Zaini, 2023. Teori dan Praktik Model Pembelajaran Berdiferensiasi Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar, Yogyakarta: Penebar Media Pustaka

Anas, M. 2014. Alat peraga dan media pembelajaran. Jakarta : Pustaka Education

Arsyad, A. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Djoko Iswadji, 2003. Pengembangan Media/Alat Peraga Pembelajaran Matematika Di SLTP, Yogyakarta: UNY

Ismail Makki dan Aflahah, 2019. Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran, Pamekasan: Duta Media

I Wayan Sutaga, 2022.”Tingkatkan Kompetensi Guru Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi”. Online Jurnal Inovasi Vol 8 No 9, Agustus 2022 (diakses 27 Oktober 2023)

Rofi’ul, Basir, M. at.al, Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Strategi Mencapai Tujuan Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka”. Online Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan Volume 1, Number 2, 2023), 133 (diakses 25 Oktober 2023)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.2006.Bandung: Fermana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post