Marzelia Ayu Dwi Fernanda

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KONSEP, CAKUPAN, DAN HUBUNGAN PRAGMATIK DENGAN ILMU LAIN

Konsep dan Cakupan Pragmatik

Di indonesia pragmatik telah ada mulai dari tahun 90-an dengan pakar yang telah ahli di antaranya Gunarwan dan Kaswanti-purwo. Rintisan dan perkembangan tersebut, meliputi mengerucutkan pada satu sisi konsep dan cakupan pragmatik dan pada sisi lain relasi pragmatik dengan ilmu-ilmu terdekat. Yang prinsipnya pragmatik mencakup tiga kata kunci, yaitu studi, maksud, dan tuturan.

1. Studi mengarah pada kajian atau cabang linguistik.

2. Maksud mngarah pada apa yang dikehendaki oleh penutur dalam tuturannya.

3. Tuturan mengarah pada satuan bahasa di atas kalimat yang menampilkan tindak tutur tertentu, contohnya:

- Tuturan berpagar (hedging utterances)

- hibrida atau oratio obliqua yang merepresentasikan tindak direktif. Tuturan direktif tersebut berisi satu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, kombinasi kalimat sejenis, maupun kombinasi kalimat berbeda jenis.

Konsep pragmatik yang dikemukakan oleh para ahli pada umumnya bermula dari tiga konsep tersebut. Yule (1996), menyatakan bahwa pragmatik adalah studi hubungan bentuk-bentuk bahasa dan penggunanya. Bentuk bahasa yang dimaksudkan yaitu mengacu pada tuturan. Dan pengguna mengacu pemilik maksud atau tujuan.

Kemudian Glanberg (2005) dan Ariel (2008) mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan studi tentang sesuatu yang lebih dari (beyond) apa yang dimaksud penutur melalui tuturannya karena terdapat informasi tambahan (extra- information) dalam konteks. Sedangkan Griffith (2006) mengemukakan bahwa konsep pragmatik merupakan studi tentang makna tuturan. Dimana makna dalam konsep Griffith ialah maksud menurut pakar lain.

Meskipun demikian, konsep-konsep tersebut menurut pakar pragmatic mengemukakan bahwa cakupan pragmatik meliputi hal-hal yang berkaitan dengan tiga kata kunci tersebut. Yang terdiri atas dua kategori, yaitu wajib dan tambahan. Cakupan wajib diantaranya seperti:

1. Tindak tutur

2. Prinsip percakapan

3. Implikatur

4. Deiksis merupakan

Sedangakan cakupan tambahannya yaitu meliputi postulat pragmatik dan performatif.

Hubungan Pragmatik dengan Ilmu Lainnya

a) Pragmatik dengan Gramatikal

Pragmatik dengan gramatikal atau tata bahasa adalah dua hal yang menyatu dalam suatu kerangka acuan studi linguistik. Karena pada dasarnya, studi kebahasaan secara umum ditujukan pada dua hal yaitu segi bentuk dan fungsi. Dari kedua fokus kajian bahasa tersebut, pragmatik dikategorikan menjadi suatu kajian bahasa yang lebih berfokus pada aspek fungsi sedangkan gramatikal dapat dikategorikan sebagai wujud dari kajian bentuk.

b) Pragmatik dengan Semantik

Semantik dengan pragmatik memiliki hubungan yang cukup erat, berawal dari buah pemikiran Charles Morris yang melahirkan suatu konsep ilmu tanda atau yang dikenal dengan sebutan semiotik. Yang dibaginya dalam kajian semiotik atas tiga bidang, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Berdasarkan hal tersebut semantik dan pragmatik sama-sama berada dalam naungan kajian yang lebih besar, yaitu ilmu tentang tanda atau yang disebut dengang semantik.

c) Pragmatik dangan Sosiolinguistik

Sosiolinguistik dengan pragmatik berasal dari buah pemikiran penganut paham fungsionalis yang tidak puas terhadap penanganan bahasa yang bersifat formal seperti yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Kajian pragmatik dengan sosiolinguistik keberatan dalam pandangan kaum struktural yang memandang bahasa bahwa berorientasi pada bentuk dan tanpa mempertimbangkan bahwa satuan bahasa yang sebenarnya hadir dalam konteks, seperti konteks yang bersifat lingual maupun konteks yang bersifat ekstralingual.

d) Pragmatik dan Psikolinguistik

Pragmatik dengan psikolinguistik berhubungan jelas yang terlihat dari sumbangan psikolinguistik dalam memahami makna pragmatik. Kajian psikolinguistik lebih mengarahkan kajian pada hubungan bahasa dengan pemikiran manusia. Seperti dengan memahami sebuah bahasa, peran pemikiran dan faktor psikologi memegang peranan penting. Sehingga kaitannya dengan pragmatic yaitu sebuah tuturan pragmatis akan lebih mudah dipahami apabila peserta tutur lebih mengoptimalkan peran psikologinya.

DAFTAR PUSTAKA:

- 2020-06-28_Book suhartono 2.pdf

- Griffith, P. 2006. An Introduction to English Semantics and Pragmatics. Edinburg University Press.

- Glanzberg, M. 2005. “Focus: A Case Study on the Semantics-Pragmatics Boundary” dalam S. G. Szabo, Semantics versus Pragmatics. Oxford: Clarendon Press.

- Yule, G. 1998. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.

- Pragmatik by Hj. Iswah Ardiana,S.Ag.,M.Pd(z-lip.org).pdf

- http://repository.ut.ac.id/4754/1/PBIN4212-M1.pdf

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasan yang keren

16 Apr
Balas

Mantap ulasannya, sukses selalu

16 Apr
Balas



search

New Post