Kristanto Tri Utomo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tanya Jawab Sekolah Harus Berubah

Tanya Jawab Sekolah Harus Berubah

Berdasarkan sumber berita https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/08/mendikbud-sekolah-kita-harus-berubah. Serta adanya pertanyaan di page berikut https://www.facebook.com/guru.menulis/posts/1208640892614520, maka saya berkenan memberikan penerangan…(anggap saja saya Menteri Pendidikan Negara antrah brantah..., dak perlu SK…hehehe),

Kewajiban memiliki 24 jam tatap muka itu tertuang dalam UUGD, apakah sudah dilakukan judicial review terkait perubahan itu karena Dapodik masih mencantumkan kewajiban 24 jam tatap muka?. (Jawab: tentang judicial review, itu bisa diatur belakang, buat legislative review bisa lebih kuat dari pada judicial review…siapa penduduk legislative kita?. Masalah dapodik, kata orang IT teknologi itu bisa direkayasa…, sekarang sudah mulai ada jadwal mengajar guru tiap hari di dapodik..) Pernyataan 8 jam di sekolah itu hanya untuk guru, sedangkan murid boleh tidak berada di sekolah. Apakah guru harus menunggui gedung sekolah seharian karena muridnya sudah pulang?. (Jawab: Banyak pekerjaan wajib dan tambahan guru yang bisa dikerjakan sambil nunggui gedung sekolah, sekalian memenuhi jam kerja biar tidak korupsi waktu kerja, kalo lebih jam.. ya buat sodaqoh.) Jika sekolah tidak memiliki sarana prasarana yang memadai, apa yang harus dilakukan sekolah untuk mencukupinya? Sekolah negeri jenjang SD dan SMP masih teramat minim sarpras-nya. (Jawab: Kalo tidak memenuhi, ya harus dipenuhi, disana ada standart nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh tiap sekolah, jika itu sekolah negeri tentunya peran pemerintah daerah juga penting selain bantuan dari pusat untuk pemenuhannya. Makanya ada program Penjaminam Mutu Sekolah berdasar Evaluasi Diri Sekolah masing2..kita harus move on kata orang2…) Guru juga memiliki keluarga yang harus diurus. Lalu, apa yang harus dilakukan guru agar balitanya, anaknya, dan rumahnya terurus dengan baik? . (Jawab: Program dan Management waktu yang baik itu kuncinya, ada orang bilang “berikan pekerjaan pada orang yang sibuk, maka akan selesai”, karena biasanya mereka terbiasa mengatur waktu untuk pekerjaan yang banyak) Anak-anak pasti membutuhkan sosialisasi dengan teman sebayanya di kampung. FDS jelas merampas hak bermain anak, sedangkan justru masa anak-anak sangat membutuhkan kemampuan sosialisasi. (Jawab: Tadi kalo tidak salah baca, saya sudah jelaskan ditulisan sebagai mentri “Kalau K13 dilaksanakan lima hari seperti di DKI ini, anak-anak SD jam 12.10 sudah selesai, untuk SMP 13.20, setelah itu bisa pulang. Setelah itu bisa beraktivitas ekstrakurikuler untuk penguatan karakter, bisa di dalam sekolah, bisa di luar sekolah. Jadi bisa juga belajar di madrasah diniyah sepulang sekolah,” kata Mendikbud.) Sabtu dan Minggu diharapkan anak-anak libur. Jika memang bertujuan memberikan ruang liburan yang lebih lama, apakah tidak lebih efektif mengurangi jumlah pelajaran daripada menambah beban belajar?. (Jawab: Sebenarnya sudah tersirat dijawaban soal nomor 5, ini juga memberikan waktu untuk anak agar bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungan dirumah masing-masing) Anak-anak sering dibutuhkan orang tuanya untuk membantunya. Kegiatan ini jelas sangat efektif untuk membentuk karakter, mengapa justru _life skill_ tidak dimunculkan lagi? Keterampilan bercocok tanam, ternak ikan atau ayam, bikin kerajinan dan lain-lain justru tak lagi dihadirkan sekarang. (Jawab: Sebagian sudah tercover dimapel baru “Prakarya”, yang lain bisa dikembangkan dikegiatan ekstra, atau dirumah ketika anak libur tidak masuk sekolah.) Anak-anak pinggiran dan pedalaman rawan keamanan. Lalu, siapakah yang antar-jemput anak-anak?. (Jawab: hukum ekonomi mengatakan “ada permintaan ada penawaran”, orang tua juga akan berfikir anaknya bisa menjadi lebih baik, walaupun mereka harus tambah capek dan biaya untuk pengorbanan tersebut, pintu amal kebaikan jadi terbuka untuk orang-orang yang memiliki kelebihan) Jika kurikulum berbasis sekolah, mengapa bukunya diseragamkan se-Indonesia? Mengapa kearifan lokal tidak diakomodir?. (Jawab: Standart Nasional Pendidikan masih penting menurut hemat saya dalam kondisi yang tadi anda sebutkan masih banyak sekolah negeri yang minimal dalam sarana prasarana, semoga kedepan tidak diperlukan lagi, karena sekolah sudah memimiliki mutu yang jauh diatas standart pendidikan yang diinginkan pemerintah, sehingga pemenuhan kebutuhan masing-masing sekolah akan mengikuti mutu sekolah tersebut.)

Sekian press note dari kami, (Jumat pagi nan cerah dipinggir sawah sebelum berangkat sekolah…, Menteri Pendidikan Antrah Bantah...) :)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Jika kurikulum berbasis sekolah, mengapa bukunya diseragamkan se-Indonesia?" Kalau di sekolah saya, bukunya jadi pegangan guru pak. Selebihnya lks-nya dibuat guru.

11 Aug
Balas

bagus itu mas yudha, sekolah mas yudha sudah berbasis sekolah

12 Aug

Informatif..

11 Aug
Balas

terimakasih pak wiyono, sudah berkenan membaca coretan saya...

12 Aug



search

New Post