Dinda
Seperti biasa, di sekolah Dinda tidak banyak bergaul dengan teman. Hanya Intan yang selalu menjadi teman seiring sejalan.
“In, kenapa setiap saya dipilih atau diikutkan lomba atau kegiatan apapun temn-teman dan kakak kelas banyak yg ngegibahin saya? Apa saya emang gak pantes ya?” Curhat Dinda kala duduk berdua dengan Intan di Taman Literasi Sekolah.
“Apa karena selama ini saya sering dipanggil guru-guru dan diikutkan lomba atau kegiatan atau hanya dimintai tolong?” Sambung Dinda dengan ekspresi kesal. Intan hanya senyum-senyum menanggapi curhatan Dinda. Waktu terus berlalu, tidak terasa kegiatan GLS harus segera berakhir.
“Koq, sudah bel, gimana nih aku belum baca selembar pun?” Kata Intan panik.
“Ndak papa, besok lagi ja!” kata Dinda santai.
“Kamu sih ngomong mulu, jadi gak sempat baca-baca, deh. Trus, apa yang mau ditulis di jurnal?”
“Ndak papa, koq, itu teman-teman juga banyak yang tidak baca. Mereka juga nulis apa saja di jurnal. Tenang, tidak bakalan diperiksa sama bapak/ibu guru.”
Intan pun menurut apa kata Dinda. Dia tulis dua kalimat dari halaman 19 buku yang dia pegang. Mereka lantas menuju ke kelas untuk mengikuti KBM jam pertama. Di kelas, guru belum ada. Dinda melanjutkan curhatnya kepada Intan.
“In, tega-teganya ya mereka ngomong: Eh, Dinda saiki kari sok yo! (kata satu teman) Iyo, barang Dinda anake guru (timpal yang lain)." Kata Dinda kali ini dengan mata berkaca-kaca. “Ampe-ampe, saya digutuin padahal saya gak pernah yang namanya sok!” Lanjut Dinda dengan air mata mulai meleleh.
“Anak-anak, Assalamualaikum....” Pak Bambang tiba, jam pertama KBM dimulai. Dinda dan Intan masih belum bisa memusatkan perhatian pada pelajaran. Mereka sibuk dengan hati dan pikiran masing-masing.
“Saya pernah protes ke bapak ibu guru, kanapa saya yang sering dipilih? Katanya karena saya bisa dan mampu, sementara teman-teman disuruh ini itu gak ada yg mau.” Lagi, Dinda melanjutkan curhatnya tanpa peduli Pak Bambang di depan kelas menjelaskan satu tema.
"Pernah saya menolak tugas dari Bu Lik karena saya ndak enak sama teman-teman. Tapi, kata Bu Lik saya bisa dan saya harus semangat. Kadang saya suka nangis sendiri kalau dengar omongan teman-teman di belakang saya padahal apapun kekurangan atau ada yang gak bisa selalu saya yg dicari tapi kok saya gak pernah dianggap, saya serba salah dan saya kadang pasrah. Terus, apa saya bisa jadi juara kelas atau juara apapun di sekolah kalau keadaannya begini?"
Makin lebar Dinda menggelar isi hatinya. Sementara Intan masih menjadi pendengar setia, tanpa sepatah kata pun berkomentar. Pada kesempatan lain, Dinda mengirim pesan protes kepada kepala sekolah.
"Pak KS, koq juara kelas itu yang dipilih bapak ibu guru yang GOOD LOOKING aja, padahal nilainya masih kalah jauh dengan saya, tapi kenapa koq tetap jadi juara? Dia gak ikut lomba, gak diikutkan kegiatan dan masuk pun jarang tapi koq selalu jadi juara kelas?" Protes Dinda melalui pesan WA kepada kepala sekolah lengkap dengan emoticon menangis.
Waku terus berlalu, sejenak Dinda merasa reda gejolak di hatinya. Hingga suatu hari usai kegiatan berbagi takjil Ramadan, Dinda mengirimkan pesan WA kepada kepala sekolah.
"Pak KS, saya trauma, saya mau berhenti atau pindah sekolah saja." Tulisnya.
"Ada apa lagi?" Tanya kepala sekolah dengan nada datar.
"Teman-teman sepertinya sangat membenci saya. Masak saya dibiarkan pingsan di sekolah, untung Allah masih sayang kepada saya sehingga saya hidup dan bisa pulang!"Serunya dengan nada emosi.
"Nduk, jangan terlalu terbawa perasaan, terlalu sensi itu juga tidak baik. Tidak ada maksud jahat teman-teman seperti yang Dinda pikirkan. Dinda harus paham, kita tidak bisa mengendalikan dan memaksa orang lain memahami perasaan kita. Yang bisa dan harus Dinda lakukan adalah memahami perasaan teman-teman. Jadikan selalu penilaian orang terhadap kita sebagai motivasi agar kita lebih baik!"
(bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Pak. Salam literasi