“KRIUKKONG”

DARI MANA DATANGNYA CINTA

DARI SAWAH TURUN KE MULUT

Oleh: Maskurdi

Pada Rencana Program Pembelajaran (RPP) kelas VI semester satu, terdapat materi pembelajaran membuat embalase. Materi ini ada pada muatan SBDP, KD 4.1 yakni Membuat Reklame. Dalam buku Tematik Kelas VI Tema 5 tersurat pada Sub Tema 2 Pembelajaran ke- 4.

Embalase merupakan salah satu jenis reklame. Membuat embalase atau kemasan sebuah produk agar lebih menarik bagi pembeli menjadi keharusan. Setiap orang yang miliki produk yang akan dijual, seharusnya membuatkan embalasenya. Bahkan, jika perlu embalase itu harus didaftarkan kepada pemerintah. Dengan demikian maka produknya akan terlindungi dari pengakuan atau plagiat oleh orang lain.

Pada jaman dulu, kemasan atau embalase memang hanya berfungsi sebagai pelindung dan mengawetkan produk. Contohnya, melindungi dari panas, kelembaban udara, benturan, dan lain sebagainya. Namun pada perkembangan saat ini, kemasan sudah memiliki fungsi yang lebih, yakni sebagai identitas produk. Dengan kemasan atau embalase yang bagus, orang akan menjadi lebih tertarik untuk membelinya, bisa sebagai alat komunikasi dan pengirim informasi kepada pemesan atau konsumen hanya dengan cara melihat label yang tertera pada bungkusnya. Selain itu, kemasan juga dapat meningkatkan efisiensi kerja dalam hal penghitungan jumlah barang, memudahkan pengiriman, dan memudahkan penyimpanan. Fungsi terbaru dari embalase atau kemasan adalah bisa menjadi alat komunikasi produk tertentu. Orang, hanya dengan melihat kemasannya sudah dapat mengenali rasanya tanpa harus melihat isinya.

Siswa kelas VI di SDN Potoan Daya 2 Kecamatan Palengaan mencoba untuk menerapkan materi embalase ini dalam kehidupan nyata. Beberapa dari mereka, dengan kerja kelompok dan bimbingan gurunya, membuat embalase. Kelompok Pattimura berhasil membuat embalase produk berbahan dasar tenggâng atau singkong . Walaupun apa yang mereka lakukan ini baru merupakan tahap percobaan atau latihan, namun mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh. Sehingga mereka betul-betul menghasil sebuah produk yang yang kemudian diberi nama KRIUKKONG sekaligur dijadikan sebagai label produknya.

Jika kami melihat, singkong sebenarnya hanya tanaman kebun biasa yang banyak ditanam atau dibudidaya di daerah mereka. Namun ditangan mereka, singkong berpotensi menjadi sebuah makanan berkelas juga. Dengan berandai-andai, kelak jika sudah dewasa, mereka bisa menjadi pengusaha makanan dengan hasil produk yang berlabel dan berkelas nasional.

Menurut penjelasan mereka, “kriukkong” diambil dari singkatan kriuk dan singkong. “Kriuk” adalah bunyi ketika kriukkong itu dikunyah, dan “kong” adalah asal nama bahan bakunya yaitu singkong. Begitu juga nama perusahaan yang memproduksi, diambilkan dari nama mereka dalam satu kelompok. “UD Ikbalantonfina” adalah gabungan dari tiga nama mereka yaitu Ikbal, Anton, dan Fina. Untuk jargonnya, sambil berseloroh mereka menyebut “Dari mana datangnya cinta, dari sawah turun ke mulut”.