Oleh : Maskurdi

“Bacalah Al-Qur’an....

Wahai umat Islam....

Jangan tergesa-gesa....

Tajwid harus dijaga....”

Demikian penggalan senandung lagu tanpa instrumen itu sering kali mengalun merdu disela-sela materi diklat yang dilaksanakan di kantor MWC NU Pademawu kemarin. Suara para pemateri diklat yang semuanya adalah juara nasional qori’, qori’ah juga murottal itu sangat indah terdengar ditelinga para peserta. Tidak hanya pemateri, beberapa peserta yang hampir semuanya tergabung dalam PAC Pergunu Pademawu juga ikut mencoba kemerduan suaranya.

Ya.... hari itu, Rabu dan Kamis, tepatnya 13 – 14 Juli 2022, MWC NU Pademawu mengadakan acara Diklat Baca Tulis Al-Qur’an Metode Tartila yang dilaksanakan secara keroyokan oleh lembaga dan banom di bawah naungannya. Mengapa dilakukan secara keroyokan?

Acara tersebut memang merupaka ide dari beberapa leading sektor civitas NU Pademawu. Ide tersebut digawangi oleh JQHNU, Pergunu, Muslimat NU, Lakpesdam dan Lazisnu. Kelima leading sektor itu memiliki kaitan yang sangat erat dalam bidang garapan yang satu ini. JQHNU memang bertugas untuk membumikan Metode Tartila sedangkan Pergunu bersentuhan dengan masalah keguruannya dimana peserta diklat tersebut hampir semuanya adalah guru-guru NU. Bagaimana dengan Muslimat NU, apa korelasinya? Muslimat NU adalah payung dari lembaga-lembaga TK, RA, dan PAUD yang mengirimkan ustadz atau ustadzahnya menjadi peserta. Sedangkan Lakpesdam menangani penelitian dan pengembangan penerapan Metode Tartilanya. Lalu bagaimana dengan Lazisnu? Siapa yang tidak kenal dengan lembaga ini? Penyandang dana, itu pasti.

Acara tersebut memiliki nama Tartila-koe. Tartila, karena yang sedang dijadikan bahan diklatnya adalah Metode Tartila. Ko, adalah diambil dari kata “Kolaborasi” yang berarti dilakukan secara bersama-sama. E, adalah abrivasi dari “Elaborasi” yang memiliki arti dilakukan dengan sungguh-sungguh, cerdas, dan cermat. Jadi program Diklat Tartila-koe ini menjadi program garapan MWC NU Pademawu yang bertujuan untuk membumikan baca tulis Al-Qur’an melalui Metode Tartila yang dilakukan secara bersama-sama dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan target capaian dengan perhitungan matang.

Ada beberapa hal yang membedakan diklat di Pademawu ini dari diklat di kecamatan yang lain, seperti:

a. Cara menggarapanya dilakukan bersama-sama oleh lima leading sektor

b. Dibentuk Tim Inti Perencanaan Partisipasif (TIPP)

c. Pasca diklat, ada program pendampingan kepada semua lembaga peserta diklat selama dua tahun

d. Pasca diklat, dilakukan penetapan dua lembaga peserta yang dijadikan Pilot Project penelitian dan pengembangan Metode Tartila

TIPP melibatkan kelima leading sektor di atas ditambah dari peserta diklat yang menjadi utusan masing-masing lembaga. Sementara pendampingan akan dimulai sejak Agustus yang akan datang, tetapi untuk penelitian dan pengembangannya sudah dimulai sejak hari pertama dilaksanakannya diklat tersebut. Dalam musyawarah job description menghasilkan, untuk pemilihan lembaga Pilot Project ditangani oleh Muslimat NU, sedangkan penelitian dan pengembangannya dikomandoi oleh Pergunu dan Lakpesdam. Sementara itu JQHNU menjadi muara dari semua permasalahan yang berkaitan dengan teknis penerapan Metode Tartila di lapangan.

#Pademawu#mwcnu#