Masni,S.Pd

Masni Guru MAN KOta Pariaman...

Selengkapnya
Navigasi Web

50 tahun keatas

Lima Puluh tahun Keatas

Dingin, Buk Amina mengangkat kain selimut dan menutupkan keseluruh tubuhnya, walau dia sudah mendengar suara orang bershalawat menunggu azan Subuh dikumandangkan di Mesjid dekat rumahnya. Hari ini sebenarnya dia harus bangun lebih pagi lagi karena jam setengah tujuh nanti akan berangkat ke Solok untuk mendampingi anggota majelis taklim pergi wisata. Dia yang dituakan selangkah oleh kawan kawannya memimpin kelompok ini sudah pasti dia yang akan mengarahkan dan mengatur kawan kawannya dalam perjalanan.

“Huaahh…” , masih menguap,dengan terkantuk kantuk buk Amina memaksakan diri untuk duduk dan melepaskan kembali kain selimutnya. Hari ini mengurus orang yang sama besar dan seumuran atau lebih dengannya, berbeda dengan mengurus siswa yang sudah mahir dia lakukan. Semenjak tahun 1994 dia sudah berkecimpung mengurus anak ABG karena dia sudah menjadi guru mulai di tahun itu.

Sekarang dia diamanahi untuk mengurus anggota majelis taklim ini semenjak ketuanya yang sudah lebih dahulu dipanggil oleh Allah SWT akibat wabah covid. Tugas yang berat menurut ibu Amina tapi sayang sekali kalau kelompok ini bubar yang sudah bertahun tahun dibentuk oleh almarhumah.

“Mama pergi ya,” Buk Amina pamit kepada suami dan anak anaknya dengan tergesa gesa, karena jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan jam setengah tujuh.

“Jangan sampai lelah ya, jaga makan ma”, Pesan Anisa anaknya yang nomor dua. Dia sangat mengerti dengan keaadaan ibunya. Apabila terlalu sibuk hidungnya akan berdarah.

“Iya, jangan main jauh jauh nanti, jaga rumah, kalau pergi nanti jangan lupa mengunci pintu rumah, Assalamualaikum…”, Buk Aminah langsung berangkat dan diantar oleh si kakak ke tempat bus menunggu.

Dua bus besar sudah siap membawa anggota majelis taklim ini. Sebahagian besar dari mereka sudah naik ke atas bus.

“Saya lebih dahulu duduk di sini, sudah saya letakkan tas saya terlebih dahulu, mengapa seenaknya saja dipindahkan”, Buk Eli mengomel.

“Kemaren kan sudah saya katakan saya harus duduk di depan ini karena saya suka mabuk kalau duduk di belakang”,Buk Kar tidak mau kalah.

Eitsss…sarapan pagi pertama perjalanan hari ini. Buk Amina dengan lapang dada dan dengan senyum yang sumringah dia menenangkan ibuk ibuk ini.

“ Sabar…senyum dulu dong”, Buk Amina mencoba mendinginkan suasana yang agak mulai memanas. “bagi sama banyak, Buk Kar! ayok duduk sama aku pasti enak, kita bernyanyi nanti di belakang, kasihlah Buk Eli itu duduk di depan, kalau dia mabuk nanti kita juga yang akan susah”, kata buk Amina membujuk Buk Kar. Itulah hebatnya Buk Aminah, Buk Kar menurut saja apa yang dikatakannya.

“Jangan lupa baca doa ibuk ibuk, semoga perjalanan kita lancar, buk Amina bersorak mengingatkan anggotanya karena perjalanan akan dimulai.

Kegembiraan ibuk ibuk 50 tahun keatas ini sudah mulai nampak ,ketawa ketiwi, berbagai macam seloroh canda dan tawa sudah mulai keluar. Karaoke sudah dimulai. Suara suara sumbang dan yang bagus sedikit sedikit sudah mulai bernyanyi mengiringi musik karaoke diatas mobil. Semuanya melepas lelah dengan bernyanyi dan berjoget di atas mobil. Selama di rumah ibuk ibuk ini disibukkan dengan kegiatan rutin di rumah tangga. Sekarang mereka bisa menghibur diri dengan jalan keliling Sumbar ini.

“huekk…huekkk….”. Incim mabuk. Buk Aminah dengan sigap mengambil kantong kresek dan memberikan kepada Incim yang sudah menutup mulutnya menahan muntah, “barr…” semua tumpah kedalam kantong asoy.

“Buang Incim keluar”, teriak ibu Ina yang sudah mau muntah pula karena jijik melihat Incim muntah.

“Incim yang dibuang atau muntahnya ?”, buk Amina mencoba bergurau supaya Buk Ina tidak terpengaruh suasana. “Jangan dilihat buk Ina, Ibuk pejamkan mata”, kata buk Aminah menenangkan buk Ina. “santai incim, rileks, bobok lagi incim”, kata buk Aminah berseloroh.

Perjalanan hampir sampai di wisata Kandi, wisata buatan di kawasan bekas tambang batu bara. Daerah ini disulap oleh developer swasta menjadi sebuah pemandangan danau buatan yang indah.Pemandangannya membuat mata nyaman walaupun kami sampai dalam keaadaan matahari bersinar garang diatas ubun ubun. Kami disambut oleh odong odong yang akan membawa kami berkeliling disekitar daerah wisata itu.

“Tungguuuu…”, dengan tergopoh gopoh ibu Neli berteriak hampir tertinggal. Peserta yang satu ini memang rada rada lelet, “Ratu lelet” itulah panggilan kerennya.Ibu Neli inipun tidak marah diberikan julukan seperti itu. Si ratu lelet ini punya prinsip “jangan terburu buru, santai saja supaya tidak cepat tua”. Si ratu lelet ini cukup membuat teman teman yang lain urut dada menunggu ketadangan nya.Tapi betul juga prinsip Buk Neli ini. Perawakan wajahnya yang masih muda jernih seperti orang yang tidak punya beban dengan umurnya yang sudah lebih dari setengah abat. Tenang dan santai adalah prinsipnya.

“Cepatlah kawan,Mrs. Lelet”,teriak Buk Nimar.

“Santai buk,” jawab Buk Neli dengan santai tanpa ada tanda tanda bergegas menuju odong odong tersebut.

Semua penumpang hanya bisa tersenyum dan mengurut dada menunggu Buk Nel naik odong odong dengan santainya.

“Sabar Ya Allah”, kata Aminah dalam hati, berbagai macam sikap dan sifat yang dihadapi. Orang berumur lanjut, ABG sampai anak anak memang harus dihadapi dengan sabar. Semua itu akan menjadi nikmat dalam kehidupan kita.

********

Jam 06 sore kami sudah sampai di daerah perkebunan teh Solok. Hawa yang sejuk membuat jiwa dan raga berasa segar dan nyaman. Banyak orang yang memenuhi warung kopi yang menyediakan minuman dan makanan hangat yang dapat mengusir rasa dingin, terutama para pengunjung yang berasal dari daerah pesisir yang biasa dengan hawa yang panas. Sebagian ibu ibu enggan turun dari mobil. Mereka lebih cendrung duduk berselimut di atas mobil.

“Dingin!”,celetuk Buk Mali, anggota yang paling tua diantara semua ibu ibu teman ibu Aminah.

“Cepatlah pulang kita lagi, apa enaknya ini dengan udara yang sangat dingin ini”, gerutu Buk Mali.

“Itu makanya buk, jangan ikut, ingat umur, dinginkan?”, kata Buk Yuli yang lagi sibuk membongkar tasnya asal bunyi.

“Eh, mana dompetku?”, Buk yuli berteriak panik. “tadi aku letakkan di bawah mukena dalam tas ini, jangan jangan tertinggal di tempat shalat tadi”, katanya sambil menangis.

Semua yang di atas mobilpun ikut panik, ikut menjongkok melihat melongok kebawah kolong tempat duduk. Buk Yuli sudah mengeluarkan semua isi tasnya. Namun tidak ada.

“Coba tenang, tarik nafas , cari baik baik”, saran buk Neli si miss lelet.

“ Sudah saya keluarkan semua isi tas ini, tidak ada, hu..hu..hu”, buk Yuli menangis.

“Ada ibuk keluarkan tadi?”, Tanya buk Aminah.

“Tidak”, jawab ibu Yuli.

“Oh , kalau begitu coba periksa lagi baik baik”, kata buk Aminah dengan sabar.

Buk yuli kembali memeriksa tasnya dengan teliti satu persatu,ada mukena, ada dompet make up, ada sebuah kantong kresek entah apa isinya.

“Coba dibuka kantong itu, apa isinya?”,kata Miss lelet penasaran dengan kantong tersebut.

“Ini kantong underwear aku “, kata Buk yuli sambil membuka kantong tersebut.

“Alhamdulillah…iya ini…ini dia”,buk Yuli berterak histeris.

“Huuuuuu….”, semua ibu ibu yang ada di atas mobil menyoraki buk Yuli serempak.

“Maklumlah, udah tuir, maaf ya”, kata buk Yuli tersipu malu.

Perjalanan pulang akhirnya dilanjutkan dengan tenang. Semuanya terlelap sudah diiringi oleh musik dan tinggal lagi sopir dan asistennya mengendarai mobil dengan tenang menuju pulang. Semoga sampai di tujuan dengan selamat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post