Mas Rahman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Danantara

Danantara

Mas Rahman

Tulisan ke 303

*****

Danantara akronim dari kata Daya Anagata Nusantara, yang berarti, “ Energi masa depan Nusantara ”. Tetapi publik skeptis mendengarnya. Karena nama ini mirip, “ Dana Antara ”. Antara siapa dan siapa ?. Atau antara rakyat dan oligarki ?. Atau antara impian dan kenyataan ?

Pemerintah Indonesia mempunyai reputasi buruk dalam mendirikan dan mengelola institusi. Dan sejarah berulang kali mencatat terjadi pendirian institusi-institusi yang merugikan di negeri ini. Pada tahun 1967, didirikan BULOG. Dengan tujuan untuk menjamin stabilitas pangan. Institusi itu berakhir menjadi sarang permainan politik dan korupsi. Rencana tenggelam untuk kepentingan segelintir elite yang mengendalikan harga beras dan bahan pokok lainnya. Rakyat tetap sengsara dengan harga yang tidak stabil. Sementara segelintir elit menikmati hasil manipulasi pasar.

Pada tahun 1992, didirikan BPPC ( Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh ). Dengan tujuan untuk melindungi petani dan menjaga stabilitas harga. BPPC mendapatkan pinjaman dari Bank Indonesia sebesar US $ 325 juta. Yang setara dengan nilai 5,2 triliyun kurs sekarang.

BPPC diberi hak untuk memonopoli pembelian cengkeh dari petani dan menjualnya ke industri. Keberadaan BPPC hanya menyengsarakan petani cengkeh. Yang harus menjual dengan harga murah ke institusi.

Pada tahun 1977, didirikan BLBI ( Bantuan Likuiditas Bank Indonesia ). Dengan tujuan untuk penyelamatan bank-bank yang mulai kesulitan likuiditas. Banyak bankir dan pengusaha besar menyalahgunakan dana ini. Karena mengalirkan dananya ke luar negeri atau ke perusahaan pribadi. Setelah bertahun-tahun, sebagian besar utang BLBI tidak pernah dikembalikan dengan penuh ke negara.

Pada tahun 1988, didirikan BPPN ( Badan Penyehatan Perbankan Nasional ). Dengan tujuan untuk menangani aset bermasalah yang ditinggalkan oleh bank-bank penerima BLBI.

Serta mencoba memulihkan sektor keuangan nasional. Dan berakhir melenceng sebagai lembaga cuci gudang aset negara. Bank-bank besar yang bangkrut disuntik dengan uang negara, lalu aset-asetnya dijual murah. Krisis moneter yang seharusnya bisa menjadi momentum reformasi pada akhirnya justru memperkuat cengkeraman oligarki.

Pada tahun 2003, didirikan Hambalang. Dengan tujuan pelatihan dan sekolah atlet. Yang direncanakan dengan anggaran Rp 2,5 triliun. Yang berakhir mangkrak akibat kasus korupsi yang melibatkan sejumlah pejabat tinggi. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan kerugian negara sebesar Rp706 miliar. Sekarang, yang tersisa dari proyek itu hanyalah bangunan setengah jadi yang ditinggalkan.

Pada tahun 2022, dimulai Proyek pembangunan IKN ( Ibu Kota Negara ) di Kalimantan Timur. Dengan tujuan untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk, kemacetan dan masalah lingkungan di Jakarta. Serta menciptakan pusat pemerintahan dan bisnis yang lebih modern dan berkelanjutan. IKN ditargetkan menjadi contoh kota masa depan yang berkelanjutan dengan fokus pada keberlanjutan lingkungan, penggunaan teknologi canggih dan infrastruktur modern. Dengan menghabiskan anggaran 147, 41 triliyun dari APBN dan investasi swasta. Dan proyek IKN dihentikan karena tidak ada dana.

Sekarang ada Danantara dengan total aset 900 milyar dolar AS. Tetapi apakah sejarah kegagalan berdirinya institusi akan berulang kembali ?.

Kebiasaan masyarakat Pariaman melaksanakan sholat maghrib berjamaah di masjid Taqwa. Selesai sholat, semua jamaah tadurus al Qur'an sampai menunggu datang waktu sholat isya. Selesai sholat isya biasanya sebagian jamaah masjid pulang kerumah. Dan sebagian lagi dari jamaah lebih memilih duduk rileks di kafe Persikatim yang lokasinya dekat dengan masjid Taqwa.

Kafe Persikatim dikelola Fadli. Dengan menyediakan makanan dan minuman untuk pengunjung kafe. Hayadi sedang menikmati Copidd 20 ( Coffe Cappocino Duren Djahe 20k ) di kafe Persikatim. Sambil dialog dengan Riko membahas tentang ideologi, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan kehidupan sehari-hari.

Tiba-tiba dilayar televisi menayangkan berita, Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan Badan Pengelolaan Investasi ( BPI ) Danantara ( 24/2/2025 ). BPI diharapkan dapat mengoptimalkan aset negara dan meningkatkan ekonomi nasional. Untuk memimpin Danantara, Presiden Prabowo Subianto menunjuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.

Mendengar berita tersebut, Hayadi di meja sebelah mulai membahas Danantara, sesuatu yang katanya bakal bikin perekonomian Indonesia maju melesat.

Indra dengan penuh semangat menjelaskan, “Wah, Danantara ini keren. Ibaratnya kita mengumpulkan semua telur investasi ke dalam satu keranjang biar lebih gampang dikelola ”.

Hayadi tersenyum dan berkata, “ Indra, kalau semua telur itu dikelola dengan baik, itu bagus. Tetapi kalau yang pegang keranjang itu sering tersandung. Atau tidak mengerti cara membawa keranjang, bagaimana ?”.

Mendengar perkataannya, Indra terdiam. Hayadi melanjutkan dengan suaranya yang tenang, “ Indra tahu dongeng angsa bertelur emas ?”.

Indra mengangguk dan berkata, “ Yang petaninya serakah lalu membunuh angsanya karena mau dapat lebih banyak emas ”.

Hayadi mengangguk dan berkata, “ Benar, Danantara ini seperti peternakan angsa bertelur emas. Pertanyaannya, apakah kita akan merawat angsa-angsa ini dengan baik. Atau malah siap-siap membantainya karena mengira kita bisa dapat lebih banyak telur emas sekaligus ”

Malik menimpali, “ Tetapi Hayadi, katanya kalau investasi dikelola dalam satu wadah, jadi lebih efisien ?”.

Hayadi melanjutkan, “ Kalau pengelola barunya tidak paham keunikan masing-masing. bisa-bisa Danantara menjadi biasa saja. Bukannya semakin untung, malah kehilangan pelanggan. Begitu juga dengan aset negara. Tidak semua bisa disatukan begitu saja tanpa risiko ”.

Iwan yang hanya mendengar saja ikut berbicara, “ Tetapi Hayadi, banyak yang bilang di media sosial. Kalau Danantara ini malah bakal bikin negara bangkrut. Ada juga yang bilang aset kita bakal dijual ke asing ”.

Hayadi menatap Iwan dengan tenang. “ Iwan, hati-hati. Karena ketakutan yang sengaja disebar di media sosial biasanya dibuat untung. Menguntungkan mereka yang ingin menyesatkan orang banyak. Kalau Iwan mendengar berita menakutkan, harus dikoreksi terlebih dahulu. Dengan menanyakan, siapa yang ngomong, apa motifnya dan ada buktinya atau tidak ”.

" Itulah yang terjadi dengan Danantara. Tidak semua aset dijual, justru dikelola agar lebih produktif ".

Iwan yang dari tadi hanya mendengarkan, akhirnya bertanya, “ Lalu menurut Hayadi, bagaimana kunci mengelola Danantara biar sukses ?”

Hayadi tersenyum dan menjawab, “ Kuncinya, jadilah peternak yang baik. Jangan serakah membantai angsa, jangan ceroboh membawa keranjang. Dan jangan asal mencampur tanpa strategi. Yang paling penting, harus ada yang mengawas. Bukan hanya bilang, semua baik-baik saja. Tetapi yang benar-benar peduli kalau ada telur yang busuk ”.

Muslim menyela, “ Tetapi Hayadi, saya masih belum ngerti apa gunanya Danantara ?. Benarkah bisa membuat ekonomi nasional lebih kuat ?”.

Hayadi tersenyum lagi, lalu berkata, “ Kamu tahu bendungan ?”.

Muslim itu mengangguk, " Danantara ini ibarat bendungan ekonomi. Dia mengatur aliran uang dan aset negara supaya lebih efisien, lebih bermanfaat, dan tidak terbuang percuma ”, kata Hayadi.

Mereka mulai mengangguk-angguk. Hayadi melanjutkan, “ Coba lihat negara lain. Singapura punya Temasek dan Malaysia punya Khazanah. Institusi yang berhasil mengelola investasi negara. Dan sekarang punya aset triliunan dolar. Indonesia dengan sumber daya yang jauh lebih besar, harusnya bisa melakukan hal yang sama, asalkan dijalankan dengan benar ”.

Jupri menambahkan, “Jadi Hayadi, kalau Danantara dikelola dengan baik. Kita bisa punya sumber daya lebih besar untuk membangun jalan, sekolah, rumah sakit ?”.

“ Tepat sekali. Tapi kuncinya adalah transparansi dan profesionalisme. Kalau dipegang orang-orang yang benar-benar ahli dan bukan sekadar titipan politik. Ini bisa menjadi jadi langkah maju buat Indonesia. Tetapi kalau salah urus, kita hanya bisa bikin keranjang besar yang penuh dengan telur busuk ”, jawab Hayadi.

Mereka semua terdiam, merenungi kata-kata Hayadi.

Hayadi menghabiskan sisa Copidd 20 dan berkata, “ Negara ini bukan soal siapa yang pegang keranjang, tetapi apakah telur itu benar-benar sampai ke rakyat yang miskin dan mensejahterakannya ”.

Salam Literasi Pariaman, 14/5/25.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren mas,..sehat dan sukses selalu

15 May
Balas



search

New Post