Masraya

Masraya, tergabung dalam Komunitas Guru Penulis Bekasi Raya. Alumni Sastra Jepang Universitas Andalas. Sedang merampungkan sebuah novel remaja, Will be launch s...

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Hoax dan Pendidikan Karakter

Antara Hoax dan Pendidikan Karakter

Akhir-akhir ini istilah hoax semakin marak di kalangan masyarakat Indonesia. Orangtua, anak muda, remaja, bahkan anak-anak sudah mengenal istilah hoax. Tidak hanya istilah bahkan sudah paham maksud dari kata hoax itu sendiri. Satu sisi terlihat zaman ini begitu canggihnya mengajari anak kita, namun disisi lain terlalu kejam karena merusak akhlaknya.

Sungguh luar biasa pengaruh sosial media dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Masyarakat Indonesia sudah banyak yang melek sosmed, jadi bukan hal aneh penggunaan kata-kata di sosmed cepat tersebar dan dimengerti masyarakat.

Jika tidak bisa memfilter informasi, banyak informasi negatif yang akan merusak pola pikir dan karakter anak bangsa ini. Mereka tidak bisa membedakan yang baik dan buruk. Seperti halnya tentang hoax. Istilah hoax pertama kali dikenal sebagai judul film di amerika pada tahun 2006. Setelah itu, mulai menjamur penggunannya di masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

Hoax adalah sebuah pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu (Wikipedia).

Sungguh ironi memang karena semakin banyaknya hoakers (istilah saya sendiri, untuk pembuat berita palsu) di Indonesia. Dalam keadaan sadar mereka menuangkan ide/tulisan palsu untuk mempengaruhi orang lain. Hoakers ini mengenyampingkan hati nurani, kejujuran, nila-nilai kebaikan pada diri mereka. Tanpa sadar mereka merusak generasi bangsa ini dengan berita-berita palsu yang berhasil menjadi viral dan dipercaya masyarakat. Mereka mengorbankan sebuah generasi untuk sebuah keuntungan. Tentunya ada profit atau imbas besar yang mereka harapkan dari berita hoax tersebut.

Namun, sikap itu sangat disayangkan. Jika ditilik lebih jauh, seolah ada missing value dalam diri masyarakat saat ini. Antara kepentingan dan nilai kebaikan. Karena, disisi yang lain, pemerintah sedang giat-giatnya menggaungkan tentang pendidikan karakter dari pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas. Kurikulum pendidikan di revisi dari KTSP, kurtilas hingga kurtilas edisi revisi. Semua itu dilakukan dengan harapan agar karakter mendarah daging dalam jiwa dan karakter anak-anak. Agar terbentuk karakter yang kuat, baik, jujur, berpendirian, dan seabrek karakter baik lainnya sebagai gegerasi masa depan.

Berbagai usahapun dilakukan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan karakter yang berintegritas. Meningatkan pelatihan guru, mengedukasi orangtua dengan seminar-seminar parenting tentang karakter. Namun, dengan maraknya hoax sekarang ini. Kita patut mengevaluasi kembali pendidikan karakter yang selama ini telah kita terapkan. Apakah sudah menyentuh ke dalam jiwa anak didik atau belum. Karena tidak dipungkiri, hoakers itu banyak dari usia pemuda. Yang telah mengenal pendidikan karakter sejak dibangku sekolah.

Hal ini menjadi tantangan kita sebagai pendidik. Baik guru maupun orangtua, bahkan seluruh lapisan masyarakat. Untuk membenahi pendidikan karakter yang masih belum tuntas. Kita tanamkan sejak dini kepada anak didik kita agar selalu berkata jujur. Jujur dalam segala hal. Baik perkataan, perbuatan, tulisan dan sebagainya.

Rasanya, di tahun ini dan di tahun-tahun mendatang Indonesia akan darurat hoax. Mengingatnya banyaknya agenda-agenda penting yang akan dilalui bangsa ini. Misalnya: pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak, pemilihan presiden, dan agenda-agenda politik lainnya. Banyak isu hoax memuat berita politik.

Perlu adanya sebuah gerakan untuk mengatasi permasalahan ini. Undang-undang tentang berita/publikasi perlu dikaji ulang. Ditingkatkan filternya untuk meminimalisasi berita-berita hoax. Pemerintah memang sudah memiliki KUHP, undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan Undang-undang No.40 Tahun2008 tentang penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta tindakan ketika ujaran kebencian untuk menjerat para penebar hoax. Namun, dirasa pelaksanaannya belum maksimal di lapangan. Butuh kesungguhan dari pihak berwenang untuk menjalankannya. Kemudian, penyadaran mendalam kepada masyarakat agar tidak melakukan publikasi berita hoax.

Bisa juga kita mulai dari diri sendiri, dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Kita tanamkan kembali gerakan membaca shiroh nabi. Ceritakan kisah sahabat nabi tentang kejujuran menjelang tidur. Banyak cuplikan kisah sahabat nabi yang bisa kita jadikan rujukan untuk mendidik anak di rumah agar mencontoh keteladan para sahabat terutama tentang kejujuran. Sehingga terpatri dalam benak mereka, bahwa jika melakukan kebohongan terhadap apapun itu akan merusak diri sendiri, oranglain, bahkan masyarakat luas. Dan yang terpenting dari semuanya itu adalah memberikan keteladan yang baik dari guru dan orangtua.

Sosok teladan juga sudah langka ditemukan. Semua serba bias dengan kondisi masyarakat yang terbuka segala akses tentang apapun. Ketika anak aktif di sosmed, yang dijadikan sosok teladan mereka adalah selebgram-selebgram muda yang tidak sepenuhnya memiliki karakter yang baik.

Perlu kerjasama semua pihak agar masyarakat Indonesia mampu melawan hoax dengan memperbaiki karakter pribadi masing-masing. Ketika anak sudah memiliki karakter yang sesuai nila-nilai kebaikan. Kelak mereka akan memiliki prinsip untuk tidak menjadi hoaker. Untuk tidak menjadi penyebar berikat-berita fiktif. Mereka akan mencari pekerjaan lain yang lebih bermanfaat untuk bangsa ini. Mereka akan mampu dengan tegas menolak pekerjaan yang bertolak belakang dengan hati nuraninya. Dengan tegas berkata, “ Bumi Allah luas untuk dijadikan lahan mencari nafkah”. Masya Allah.

*sudah dimuat di Radar Bekasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Judulnya, isinya dan sang penulisnya cakep sekali. No Hoax. Aku suka membacanya. Sukses ya

16 Jan
Balas

Masya allah makasih bunda, selalu terinspirasi dari bunda smangatnya yang luar biasa

17 Jan

Keren Bu ,semoga kita terhindar dari menyebarkan berita hoax

16 Jan
Balas

bener bu, bahaya hoax sangat laten, makash bu rumondag, salam anti hoax

16 Jan

Tabayun dengan berita yang sampai ke kita sangat penting.karena dengan tabayun kita dapat membedakan mana berita yang benar dan mana yang palsu.

16 Jan
Balas

betul banget bu Evi, hal jarang yang dilakukan oleh orangorang sekarang ini, makasih bu evi

16 Jan

Sama sama bu raya

16 Jan
Balas

Mantab bu, saring sebelum sharing

16 Jan
Balas

Betul pak, jangan asal sharing apalagi sumbernya tidak jelas, agar terhindar dr hoax

16 Jan



search

New Post