Masriani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Hanyut Pada Goresan Masa Lalu

Hanyut Pada Goresan Masa Lalu

Hujan begitu deras di malam ini. Angin berhembus kencang, kilat dan petir saling sambung di luar sana. Dingin terasa, ku ambil selimut untuk menutupi seluruh tubuhku. Waktu sudah menunjukkan pukul jam 12 malam namun kantuk belum juga menyambangiku. Aku berusaha agar bisa menghadirkan rasa kantukku namun tidak juga berhasil. Ku ambil gawai yang sudah ku letakkan di meja rias sambil mengutak-atik gawai, ku duduk di tepi ranjang.

Saat scroll gawai ku geser sekilas terlihat chatting-an tadi siang. Cepat-cepat ku menghapusnya. Entah mengapa tiba-tiba pikirku melayang tentang pertemuan yang tak terduga dengannya. Ku berusaha menepis pikiran itu sambil berselancar di media sosial. Sungguh aku tak ingin menginginkan kehadirannya di benakku lagi. Sudah cukup Lima tahun lamanya ku mengobati luka ini sendiri.

Suara deringan gawai ditangan membuatku terkejut sendiri. Ada panggilan masuk gumamku. Ternyata Dina, teman kecilku yang selalu menemaniku hingga saat ini. "Assalamu'alaikum". Sapanya memulai pembicaraan. "Waalaikum salam". Jawab ku dengan malas. "Lagi ngapain ni, sudah tidur ya ?" Lanjutnya lagi. "Belum, belum ngantuk".Kataku lagi."belum ngantuk atau sedang berhayal tentang pertemuan tadi ?"katanya sambil tertawa menggodaku. Aku benar-benar terkejut dengan ucapan yang diucapkannya. Dari mana dia mengetahui kejadian tadi. Tak ada satupun orang yang kuberi tahukan selain aku dan orang tersebut. Sejenak aku terdiam dan bertanya dalam hati. Ataukah dirinya yang sudah menceritakan semuanya pada Dina. "Haloooo"terdengar suara itu dari seberang. Aku belum bisa menjawab. Rasa benci kembali hadir di hati. Ku putuskan pembicaraanku dengan Dina. Ku nonaktifkan gawaiku.

Rasa yang selama ini ku lawan dan terobati seiring berjalannya waktu kini harus hadir lagi. Seharusnya ucapan terima kasih yang ku ucapkan padanya karena sudah membantuku dalam keadaan seperti itu. Namun hati tak bisa dibohongi jika benci itu masa tetap ada.

Ku benamkan kepalaku diantara tumpukan bantal. Ku pejamkan mata ingin sekali tertidur tetapi aku tak kuasa. Bayang-bayang masa lalu itu terus membayangi. Dia yang sebelumnya begitu ku kagumi kini berubah menjadi orang yang paling ku benci. Benar kata orang mencintai seseorang itu sekedarnya saja bisa jadi orang yang kau cintai akan berubah jadi benci begitu pula sebaliknya.

Malam semakin larut aku pun terlarut oleh kisah masa laluku. Waktu yang cukup lama kami lalui bersama. Kisah indah kami rangkai berdua. Dan akhirnya harus diakhiri dengan perpisahan yang menyakitkan. Aku terluka, luka yang begitu parah dan perih, tak bisa dilukiskan dengan kata-kata hingga akhirnya menjadikan diri ini seorang pendendam dan berkesimpulan tak ingin lagi menghadirkan cinta dihati untuk para lelaki. Mengapa pertemuan ini kembali terjadi. Tanya itu bergejolak di hati. Ada apa gerangan, apa urusannya harus datang ke kota ku lagi ? Bukankah dia sudah hidup bahagia bersama istri dan keluarga kecilnya di kampung halamannya. Mengapa Allah harus mempertemukan kami lagi. Berjuta tanya datang silih berganti membuat aku susah untuk memejamkan mata. Waktu telah menunjukan pukul 02.00 hujan sudah berhenti. Perutku terasa lapar, aku pergi ke dapur mengambil makanan.

Parigi Moutong, 12 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post