Masriani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SALAH TANGGAPAN

SALAH TANGGAPAN

Setelah penawaran ayah beberapa hari lalu, aku jadi kepikiran. Ingin rasanya hati ini membahas bersama dengan suami namun apa daya semua harus dilalui dengan kesabaran. Aku tak bisa tergesa-gesa atau memaksakan kehendak padanya. Apalagi kami merintis semuanya dari nol. Tidak mungkin kami meninggalkan semua begitu saja. Tak mudah perjuangan yang kami lalui selama ini hingga dianugerahkan dua orang putra. Perjalanan hidup dinikmati dan disyukuri,apapun itu tetap dijalani dengan ikhlas dan sabar. Mungkin orang lain tak mampu menjalaninya namun buatku suatu kebahagiaan tersendiri. Dipertemukan dengan seorang suami yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang.

Malam itu ku coba untuk memulai pembicaraan meskipun hati dibalut keraguan. Jika tak sekarang kapan lagi. Dengan niat bismillah ku coba membuka percakapan. "Pa, gimana pendapatmu tentang tawaran ayah kemarin ?". Tanyaku sambil mendekati dirinya yang sedang menyusun khutbah Jum'at. Selama berdomisili ditempat ini dirinya bergelut dalam bidang agama, sehingga dipercayakan untuk membina pemuda yang ada disekitar tempat tinggal kami bahkan malamnya rumah kami ramai dengan anak-anak belajar mengaji. Ditutupnya buku yang ditulis sambil menatapku "saya juga berkeinginan untuk kembali ke kota, tapi bagaimana ya?" Ucapnya sambil menggaruk kepala. Nampak keraguan diwajahnya. "Banyak pertimbangan yang matang untuk semuanya"sambungannya. Aku masih terus bertahan untuk tidak menimpalinya, memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara. Tiba-tiba dia bertanya balik padaku" kalau menurut mu bagaimana?" Tanyanya sambil tersenyum. Dalam hati aku bisa menebak kalau permintaan ini akan terkabulkan. Belum sempat ku menjawab dia berkata lagi"saya tidak perlu bertanya lagi padamu, sesungguhnya kamu lebih menginginkan hal ini karena selama ini kamu sudah hidup menderita bersama saya, hidup pas-pasan tidak seperti saat bersama orang tuamu" . Ujarnya lirih. Terasa sesak dada ini setelah mendengar komentar darinya. Ku coba menahan beban yang ku rasa, ku tenangkan pikiran ku. Rasa menyesal timbul dalam hati ini, mangapa harus menanyakan masalah ini padanya yang ada hanyalah menghadirkan ketidaknyamanan. "Kalau mau jujur secara manusiawi, saya memang ingin berkumpul bersama keluarga lagi bukan karena masalah ekonomi kita yang pas-pasan. Saya sudah nyaman dengan keadaan ini bahkan selama ini saya tidak pernah mengeluh tentang keadaan kita. Selama kamu masih menyayangiku dan anak-anak , kami bahagia"ucapku sambil berlinang air mata. Ku tetap menetralkan keadaan, aku tetap tenang dan menjaga jangan sampai keadaan memburuk karena pembahasan ini. Perlahan ku dekati dirinya"ayo kita makan malam dulu, di meja sudah tersedia makanan" ucapku dan mengajaknya berdiri. Selama makan keadaan hening tak ada yang bersuara. Sudah menjadi kebiasaannya kalau sedang makan tidak boleh berbicara karena dirinya mudah tersedak. Apalagi kali ini dalam hati kami ada yang berkecamuk.

Selesai makan malam aku pamit untuk menemani kedua anakku tidur. Dia meneruskan menulis khutbah Jum'at untuk besok harinya. Hatiku mulai gundah bukan karena dia yang tak ingin pindah ke kota tapi atas ucapannya tadi. Dia salah pengertian, menganggap ku ingin bebas dari hidup yang selama ini ku lalui. Hidup kami memang tidak selayak teman di kota. Disini kami hidup berkebun. Pertama kali diajaknya ke kebun capeknya luar biasa karena lokasi kebun berada di pegunungan, namun semuanya ku nikmati itulah seninya hidup dalam rumah tangga. Pikiran menerawang hingga jauh dan akhirnya melelapkan tidurku.

Parigi Moutong, 03 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah seru lanjut

03 Mar
Balas

Terima kasih Bu, salam sehat, salam literasi

03 Mar

Cerita yang sangat menarik. Semoga sehat dan sukses selalu buat Ibu bersama keluarga tercintanya

03 Mar
Balas

Terima kasih, doa yang sama untuk pak kepsek dan keluarga, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT

03 Mar

Keren Bu. Ceritanya pasti semakin seru. Setia menanti kelanjutannya. Salam kenal dan bahagia selalu

03 Mar
Balas

Siap.... dengan cerita selanjutnya, salam literasi Kaka senior, sehat selalu

03 Mar



search

New Post