MASROTUN CHOIRIAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MBOK JUM

MBOK JUM

Penulis : Masrotun Choiriah, S.Pd

Sore menjelang Maghrib dia selalu datang kerumah. Sambil berangkat ke musala untuk berjamaah. Mbok Jum, namanya. Wanita paruh baya, yang jamaahnya tak pernah jeda. Hidup sendiri tanpa sanak keluarga. Konon ceritanya dulu anaknya orang kaya, namun seluruh hartanya diambil oleh saudara tirinya. Hingga dia hanya dibuatkan rumah kecil dipinggiran kota, yang sekarang ditempatinya. Kini di terlantarkan begitu saja. Namun Mbok Jum tetap sabar menerima kenyataan. Walaupun tersakiti dan terdalimi, namun mbok Jum tidak pernah sakit hati. Bahkan Mbok Jum senantiasa mendoakan orang-orang yang ada disekelilingnya. Walaupun orang tersebut selalu mendaliminya. Sabar dan qanaah bagai selendang yang selalu terpampang ditubuhnya.

Setiap hari bapak selalu memberinya uang Rp. 5.000. Selalu saya perhatikan ketika menerima uang pemberian bapakku. Uang itu selalu diangkatnya tinggi-tinggi sambil bibirnya komat-kamit seolah merapalkan do’a. Dengan bahasa yang tidak semua orang tahu. Karena ia tuna wicara, sekaligus tuna rungu. Bapak selalu mengaminkan setiap yang dia ucapkan. Seolah memahami apa yang Mbok Jum ucapkan. Kata bapakku Mbok Jum orang yang istimewa. Setiap mbok Jum mendoakan, seolah tembus apa yang bapak fikir dan inginkan. Makanya bapak selalu mengamini apa yang Mbok Jum rapalkan setiap habis menerima uang. Dan esoknya seolah menjadi nyata. Wallahu ‘alam.

Jika bapak pergi, beliau selalu menitipkan uang kepada saya atau yang ada di rumah untuk diberikan kepada Mbok Jum. Seolah menjadi jatah rutin hariannya. Walupun jumlahnya tak seberapa. Sore itu hingga azan Maghrib berkumandang, Mbok Jum belum juga datang. Rasa cemas menyergapku, juga bapakku. Kemana Mbok Jum ? Selepas maghrib, saat jama’ah baru pulang terdengar berita yang mengejutkan. Mbok Jum telah berpulang, dengan masih menggunakan mukena, tersungkur seolah posisi sujud di depan rumahnya. Innalillahi wainnailaihi rajiuun. Mbok Jum berpulang saat akan menuju masjid untuk jama’ah Maghrib. Kemungkinan besar tensi darah tinggi penyebab utamanya. Beberapa hari saat mbok Jum ke rumah selalu menunjuk kepala, kemudian telunjuknya diangkat tinggi. Mungkin itu caranya memberi tahu, namun saya yang tidak menahu.

# Goresan Pena ke – 49 #

RUMAH CINTA. Ahad, 21 Maret 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post