Do'a dari Makkah Terijabah

( Tunangan H. Achmad Fauzi & Anjanillah Fawaida)

Dengan mengucap syukur tak terhingga, Hari Sabtu (27/1) pelaksanaan lamaran putri tercintaku Anjanillah Fawaida & Achmad Fauzi berjalan lancar. Lamaran dihadiri keluarga besar H. Husaini dan tokoh masyarakat dari Glagah Banyuwangi.

Rasa terharu dan bahagia melihat putri kecilku yang dulu kutimang kini telah menjadi manusia dewasa yang siap menuju ke pelaminan. Lingsir dari remaja menuju kedewasaan. Umur keduanya yang telah matang dan siap mengarungi bahtera rumah tangga harus segera diwujudkan.

Sudah menjadi kewajiban orangtua mengantarkan mereka sampai ke jenjang pernikahan.

Rupanya perjalanan ritual haji ke kota suci Makkah tidak hanya sekedar memenuhi panggilan Tuhan. Namun membawa berkah dan limpahan rahmat bagi yang telah menunaikanya. Insaalloh... Semoga kita semua bisa menjaga amanah sandangan haji dan dapat meningkatkan amal ibadah kita. Aamiin.

Proses lamaran ini bukan ujug-ujug begitu saja. Namun terselip guyonan yang akhirnya menjadi kenyataan.

Memang benar kata orang, di kota Suci Makkah kita tidak boleh ngomong sembarangan, walaupun itu dirasa guyonan. Pasti menjadi kenyataan. Begitu kata banyak orang yang sudah menjalankan.

Cerita ini dimulai dari hotel 701 ( Seven zero one). Hotel tempat istirahat yang nyaman bagi rombongan dari Banyuwangi. Dari sinilah cerita dimulai.

Setiap hari aku beserta jama'ah lain disela-sela jam makan malam biasa berbincang-bincang santai mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan selama ritual ibadah haji di kota suci Makkah. Sesekali ngomongin keluarga yang ditinggalkan di rumah. Malam itu entah hari apa, aku lupa. Setelah makan malam aku duduk-duduk santai di depan kamar hotel bersama beliau H Husaini dan juga jama'ah lain. Mulutku kok tiba-tiba nyeletuk "Pak Husaini, anak lanange Jenengan kulo pek mantu geh....Kulo niki punya gadis yang sudah waktunya menikah..."begitu ucapku ringan tanpa beban. "Ya monggo ta bu...nawi ada jodoh gak akan kemana...tapi lare Kulo niki sampun Kulo jodohaken kaleh lare wadon, tapi iseh kuliyah..."begitu jawab H Saini ( dengan logat jawanya yang kental ). " Geh taaa...". Kala itu sempat aku tunjukkan foto anakku Anjani, rupanya H Saini sedikit tertarik dengan foto itu.

Begitulah... akhirnya waktu berlalu, obrolan itu tidak berlanjut, sampai ritual ibadah haji selesai.Namun, selama di sana aku sempat mengamati putra H Saini yakni Fauzi. Aku lihat anak ini selain ganteng punya kepribadian menarik, suka membantu para jamaah lansia dalam aktivitas sehari-hari selama ibadah haji. Tentu Ini anak baik. Dan pastinya sayang sama keluarga. Gumamku dalam hati. Nah...termasuk mencukur gundul suami ...he he he...

Pada akhirnya, tidak taulah...Rupanya Alloh telah menunjukkan Kuasanya. Dengan berjalannya waktu, juga saling ta'aruf. Sampailah pada titik hari Sabtu kemarin, prosesi lamaran dilaksanakan. Alhamdulillah

Surat Ar Rum ayat 21

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung merasa tenteram kepadanya. Dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.”

Dalam do'a saat Thowaf aku selalu selipkan " Ya Robb...pulang haji, anakku harus menikah secepatnya. Begitu terus mulut ini komat-kamit...

Mohon do'a dan restunya, semoga berjalan lancar tidak ada halangan sampai hari H *pernikahan*.

In memoriam

170124