“Ligga, bapak ayo kita makan siang dulu, semua menu sudah ibu siapkan di meja.” Ajak mbak Tutik kepada semuanya.

“Ya bu …” Dijawab serentak oleh keduanya, Lingga kemudian menyimpan hasil pekerjaannya ke dalam tas di meja belajarnaya, kemudian menuju meja makan. Suasana makan siang di rumah itupun berlangsung penuh warna.

“Dalam keadaan begini kita bisa membantu Lingga saat dia belajar online, siapa tau ada tugas mata pelajaran yang kurang dipahami Lingga, kita bisa memberikan penjelasan untuk menyelesaikan kesulitannya.” Ujar mas Kuncung.

“Memangnya bapak paham pelajaran-pelajaranku?” Tanya Lingga.

“O, begini-begini kan bapak pernah mendapatkan berbagai mata pelajaran yang sama seperti yang Lingga pelajari saat ini, bapak sama ibu kan tamat sampai SMA.” Timpal mas Kuncung.

“Wah keren …, jangan-jangan kisah ibu sama bapak dimulai saat SMA nih kak, seperti judul novel kakak.” Cletuk Lingga disambut derai tawa semua yang sedang mengelilingi meja makan siang itu.

“Ibumu itu, dulu siswi paling cantik di SMA, selain itu ibumu juga sangat pintar, kalau ada ajang lomba atau olimpiade tingkat SMA, yang diutus oleh sekolah untuk mengikuti lomba itu ya ibumu, dan dia selalu juara, nah … saat ayah ikut olimpiade olahraga dan ibumu olimpiade bahasa inggris untuk tingkat kabupaten di sanalah kami mulai mengenal secara lebih dekat

“Kok bisa pak, Lingga heran kenapa ibu dan bapak baru akrab ketika bersama sama ikut olimpiade kan ibu dan bapak satu sekolah di SMA yang sama, apa ibu dan bapak tidak pernah bertegur sapa?” Tanya Lingga penasaran.

“Bapakmu itu dulu orangnya pendiam, kurang pandai bergaul jadi ya bagaimana bisa bertegur-sapa dengan ibu.” Jelas mbak Tutik sambil tertawa berderai.

“Benar begitu pak?” Tanya Lingga kepada ayahnya.