MASRURI

(M Vut Asmakhum Rmhk) biasa disapa Vut atau Emput, lahir di Indramayu, 28 Agustus 1965. Menulis sejak duduk di bangku SMP (puisi, cerpen, f...

Selengkapnya
Navigasi Web
Percakapan Haru Antara Ayah&Anak
DialogAyah&Anak

Percakapan Haru Antara Ayah&Anak

Dari kejauhan tampak sebuah mobil hitam terparkir di depan pekarangan kosong sebelah rumahnya. Ceking paham kalau mobil yang terparkir itu sudah disiapkan oleh teman-temannya untuk mengeksekusi menculik Andi. Anak semata wayangnya membaca gelagat yang tidak biasa terjadi dengan tingkah laku ayahnya. Apalagi ketika mereka melewati mobil hitam yang terparkir itu. Ayahnya terus melirik ke arah mobil dekat rumahnya. Diselimuti rasa penasan Andi memberanikan diri bertanya kepada ayahnya. Dengan gugup ayahnya mengatakan kalau tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

“Bapak yakin tidak ada apa-apa?” Andi mempertegas keraguannya.

“Andi tidak usah cemas begitu sama bapak, gak akan terjadi apa-apa, percaya sama bapak.” Jawab ayahnya.

“Yakin pak?” Desak Andi.

“Iya Andi, bapak gak apa-apa.” Balas ayahnya lagi.

“Pasti bapak kerja berat banget ya sampai-sampai jadi loyo seperti ini, kalo gitu nanti Andi minta izin sama ibu, kakek dan nenek untuk menginap di rumah bapak malam ini.” Usul Andi.

“Buat apa nak?” Tanya Ceking sekenanya.

“Ya buat ngejagain bapak lah, Andi khawatir bapak terjadi kenapa-kenapa.” Sahut Andi .” Air mata Ceking meleleh dikedua pipinya mendengar ucapan putra semata wayangnya. Pikirannya kacau-balau seperti didera oleh kekalutan yang teramat mencekam. Mengapa dia harus tega menculik anak sendiri demi uang? Tapi jika dia tidak bisa mendapatkan uang secepat mungkin dia akan jadi bulan-bulanan sekawanan gengnya dan besar kemungkinan tidak akan dapat melihat Andi lagi. Ceking sungguh dihadapkan pilihan yang rumit. Haruskah dia memilih untuk melanjutkan rencananya bersama teman-teman gengnya. Setan sudah sedemikian jauh menguasai pikiran Ceking.

“Bapak gak usah nangis, ini sudah menjadi tanggung jawab Andi untuk menjaga bapak.” Ujar Andi sambil mengusap air mata ayahnya. Ceking meraih tubuh putranya dan memelukknya erat-erat. Andi membalas pelukan ayahnya. Setelah keduanya berpelukan erat, pelan-pelan saling melepaskan satu sama lain, usai terjadi babak penuh mengharukan itu Andi pamit kepada ayahnya.

“Andi pulang dulu ya pak, Takut ibu cemas, nanti Andi ke sini lagi.” Ucapnya sembari menyalami tangan ayahnya.

“Hati-hati di jalan ya nak dan semoga pulang dengan selamat.” Lanjut Ceking meskipun ia tahu bahwa Andi tak akan bisa pulang hari ini.

“Iya pak, Andi pulang dulu … Assalamualaikum.” Pungkas Andi.

“Waalaikumsalam ... dah …” Ceking melambai kepada Andi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post