Semenjak bergabung di group whatsapp kelas antologi batch 6 jadi makin banyak belajar. Bahkan semangatku untuk punya buku semakin menggebu-gebu. Walaupun diawali dengan buku antologi. InsyaAllah buku solo juga bakalan nyusul.

Belum lagi dapat "kompor" dari tulisan-tulisan Pak Cah maka semakin kuat tekadku tersebut. Bahkan dinding facebook milikku pun sudah jarang ditaburi iklan akibat ulah jemariku. Lebih fokus ke tantangan "seratus hari satu buku" atau "SHSB". Mudah-mudahan bisa komitmen dan konsisten.

Sampai-sampai ada teman yang nanyain, "bu, udah gak jualan susu kambing tablet lagi? Alih profesi lagi?," tanya temanku menyelidik.

"Masih kok bu say. Kan keluarga kecil saya konsumsinya susu kambing tablet. Apalagi Teguh dan Fadhil suka sama susu kambing tabletnya. Kayak makan permen," jawabku atas pertanyaaan temanku.

"Lagian kalau ibu mau order susu kambing tabletnya tetep bisa bu. Cuma media promonya aja yang pindah pakai WA. Jadi saya gak ganti profesi malah nambah profesi bu say," imbuhku.

"Wah, profesi apa lagi ini? Mau dong saya diajakin," kata temanku lagi.

"Yakin mau?," tanyaku memastikan.

"Iya mau," jawabnya pasti.

"Baiklah. Profesiku baruku yaitu penulis. Yakin masih mau?," tanyaku lagi.

"Ok lah bu say, lain waktu saja ya," jawab temanku sambil pamit hendak berlalu.

"Ya, sudahlah," jawabku.

Begitulah, menulis memang butuh niat. Tapi niat saja juga gak cukup. Harus rela berkorban dan mau berjuang. Supaya niat dapat direalisasikan bukan sebatas simpanan. Dan dalam kondisi nulis tulisan ini saya juga dalam keadaan sadar tidak sedang galau antara nulis dan ngiklan bisnis. Iya bener loh, masak gak percaya sih. Malah dengan penuh kesadaran berbalut doa semoga dapat menyelesaikan tantangan "SHSB" dengan baik dan punya buku sendiri. Aamiin

#SHSB2020

#SHSB14