Hujan belum berhenti. Anak-anak yang mandi hujan terpaksa bubar karena takut sama Rey. Rey yang merasa puas karena berhasil mengusir anak-anak itu langsung menuju kamar. Dikuncinya pintu kamarnya dari dalam dan ia pun menyembunyikan diri dibalik selimut tebalnya. Hmm, cuaca mendukung untuk tidur siang.

Ya begitulah keseharian Rey. Selalu di rumah dan hingga saat ini belum ada seorang pun yang tahu apa sebenarnya yang ada dibenaknya. Bahkan terkadang Rey juga seolah menentang kodrat. Malam begadang dan siang tidur. Persis kayak kelelawar. Atau sebaliknya siang ngerjain entah apa dan malam baru tidur itu pun tidurnya menjelang subuh. Semuanya tergantung dengan moodnya.

Jam menunjukkan pukul 18.00 wib. Mama Rey baru saja sampai rumah. Sepanjang perjalanan macet karena banjir menggenangi jalanan. Begitu sampai di rumah terlihat lampu belum menyala. Gelap seperti tidak berpenghuni.

"Assalamu'alaikum. Rey dirumahkan" ucap mama Rey.

Tidak ada jawaban. Mama pun mencoba menelfon papa Rey.

"Assalamu'alaikum, Pa. Sudah sampai mana? Mama lupa bawa kunci cadangan. Rey dipanggilin dari tadi gak nyahut. Ntah kemana dia" ucap mama Rey.

"Wa'alaikumussalam, Papa hampir sampai rumah Ma. Kurang lebih lima menit lagi. Tunggu saja sembari Rey pulang" ujar Papa Rey.

"Iya Pa" jawab Mama Rey.

Tak berselang lama sepeda motor matic sampai di halaman rumah. Mama segera menyambut dan meminta kunci cadangan supaya segera bisa masuk rumah. Pintu rumah pun terbuka. Ruang tamu masih seperti pagi sebelum Mama dan Papa Rey berangkat bekerja. Hanya tumpukan piring kotor yang ada di wastafle.

Bersambung...

#SHSB2020

#SHSB21