Ghania (bagian 7(
Kami pun tertawa, bahkan bu Ely sampai menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku sempat berprasangka buruk pada mereka dulu, ternyata mereka jauh lebih baik dari yang ada dalam fikiranku selama ini. Maafkan hambamu ini ya Allah.
*********
Kehangatan keluargaku ini rasanya ingin kunikmati lebih lama lagi. Tapi tak mengapa, aku kan bisa berkunjung kapan pun aku mau. Malam ini adalah malam yang haru bagiku, meski aku enggan pergi, namun harus tetap meninggalkan mereka, bukan untuk selamanya, ini semua demi bi Sinah.
Matahari telah keluar dari peraduannya, pagi cerah, kokok ayam di kejauhan, merdu kicauan burung dari balik jendela. Indahnya suasana pagi seakan menyambut kami untuk kembali ke rumah. Rumah yang penuh kenangan. Bagiku dan bu Sinah, itu bukan hanya sebuah rumah, melainkan lebih dari istana. Sebab dibangun dengan kasih sayang, beratapkan kesabaran dan beralaskan kekuatan cinta. Cinta seorang Ibu pada anaknya, cinta seorang suami pada istrinya, dan cinta seorang Bibi pada ponakannya. Semua itu tak kan ada yang berani menyebutkan nominalnya, sebab tak ternilai harganya.
"Assalamualaikum..." ucap bi Sinah.
Aku yang mendengar suara bi Sinah lari sekencang-kencangnya menuju pintu.
"Waalaikumsalam, jawabku sembari membukakan pintu.
"Bibi, ya Allah."
Tangisku pecah saat melihat wajah bi Sinah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar