Mayang Sari

Lahir di Padang tahun 1982, dan menghabiskan masa kecil di kota Medan. Pendidikan terakhir penulis adalah strata 1 jurusan pendidikan Matematika di Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ADA APA SIH DENGAN POLIGAMI ?

ADA APA SIH DENGAN POLIGAMI ?

Kalau bicara soal kata yang satu ini, saya jamin kaum Adam akan sangat tertarik untuk menyimaknya. Kenapa tidak. Poligami adalah cara yang sangat legal untuk memperoleh pasangan kedua, ketiga bahkan ke empat.

Namun apakah benar sebegitu mudahnya? Tentunya tidak ya. Dan rata-rata kaum Adam juga memahami hal itu. Sehingga kadang kalau sudah bicara soal poligami, pembicaraan hanya berakhir dengan guyonan, atau saling mengolok.

Dalam tulisan ini saya gak kan membahas tentang apa itu poligami. Karena butuh pemahaman dan ilmu yang dalam untuk menjelaskan hal ini. Apalagi poligami adalah ajaran Islam yang tertulis jelas dalam Al-Qur’an. Sehingga kajiannya perlu penafsiran yang hanya dapat dijelaskan oleh seorang ahlinya. Namun keberadaan poligami dalam ajaran Islam tidak perlu lagi dipertentangkan ataupun diragukan. Karena hal ini memang terdapat dalam ajaran Islam.

Ok, sampai disana semua pasti setuju.

Lalu yang ingin saya soroti adalah cara kita menyikapi poligami, atau bereaksi terhadap pembicaraan poligami.

Nah, tahu kah kita, sebagai umat muslim, terkadang sikap kita pada ajaran agama kita akan menjadi sorotan dan akhirnya menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.

Misalnya saja, puasa. Jelas-jelas puasa adalah ibadah wajib yang harus dijalani semua umat muslim selama bulan Ramadhan. Tapi karena sikap beberapa dari umat yang gak menjalankan puasa dan malah kadang terang-terangan makan dan minum di keramaian malah mencoreng kekhusyukan dari ibadah itu sendiri dan menodai ketaatan kita sebagai muslim.

Pertanyaannya. Benarkah sikap kita akan mempengaruhi cara pandang orang lain terhadap ajaran agama yang kita anut/jalankan?

Pada dasarnya sikap mencerminkan hati. Hati menunjukkan jati diri. Maka Islam akan tampak indah jika ajarannya dapat kita jalankan dengan baik. Karena ilmu tidak mampu diresapi tanpa perilaku. Perlu adanya panutan dan contoh yang mencerminkan bagaimana ilmu itu sungguh-sungguh memberi dampak kebaikan bagi orang lain.

Mungkin ini pula yang perlu kita pahami. Mengapa kita dapat belajar ilmu hanya dengan menirukan apa yang dilakukan Rasullullah. Sikap dan perbuatannya yang terpuji telah meresapi siapa saja yang mengenal Muhammad SAW sebagai manusia terbaik di muka bumi.

Kembali lagi pada poligami.

Saya ingin kita berterus terang, apa hal yang menyebabkan poligami menjadi sangat menarik untuk dibicarakan.

Saya tebak satu hal ! Yaitu, nambah istri. Bukannya menarik? Yah pastilah, bagi kaum Adam bisa punya lebih dari satu orang yang dicintai dan melayani, tentunya akan sangat menarik.

Tapi sayang, pembicaraan poligami ternyata disenangi hanya sampai disitu. Kalau bicara tentang syarat dan ketentuannya maka satu persatu akan undur diri.

Mengapa?

Karena kita terbiasa dengan mendahului hak tanpa ingin kenal kewajiban. Kita juga terbiasa dengan banyak untung tapi kerja tidak banyak. Dan meninggikan hawa nafsu dibanding menahannya dengan cara-cara yang diajarkan dalam Islam.

Betulkah begitu?

Yah kira-kira begitulah. Dan sayangnya, tiap kali pembicaraan poligami dibuka memang hanya mentah sampai disitu. Ujung-ujung nya bercanda dan saling olok.

Miris. Kenapa?

Karena ini ajaran Islam yang terdapat dalam kitab suci kita. Mengapa jadi bahan candaan semata?

Jika memang kaum Adam gentle membuka pembicaraan ini, ayo kaji dengan baik. Agar pembicaraan berakhir dengan ilmu yang menambah wawasan dan keimanan. Selain juga mengarahkan bagi yang masih sesat memahami hal ini.

Baiklah...

Itu saja dari saya. Karena saya adalah kaum Hawa yang kadang tersudut dan rada-rada cemas dengan perbincangan poligami. Saya tentunya sangat berharap kaum Adam lebih bijak dan dewasa dalam menyikapi ajaran satu ini. Karena kekhawatiran kaum Hawa bukan tentang suami direbut orang, tapi apakah suami mampu berbuat adil. Karena keadilan itu pertanggungjawaban yang sangat berat untuk diemban.

Dan terakhir. Saya pesan. Sikap kita dalam menanggapi ajaran agama kita adalah cerminan dari agama kita menurut orang yang tidak seiman dengan kita. Mengolok atau bercanda dengan poligami hanya akan semakin memperburuk image dari poligami itu sendiri.

Sekian.

Mayang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post