Mayang Sari

Lahir di Padang tahun 1982, dan menghabiskan masa kecil di kota Medan. Pendidikan terakhir penulis adalah strata 1 jurusan pendidikan Matematika di Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web

BERDAMAI

Jika berdamai akhir dari kisah perjuangan negeri ini melawan pandemi, ya sudahlah, tak apa.

Kata berdamai itu asal katanya kan dari kata “damai” yang bermakna baik. Tidak ada salahnya kan jika jadi pilihan.

Apalagi negeri kita dari dulunya sudah sangat identik sebagai bangsa yang cinta damai. Apa-apanya diselesaikan juga dengan cara damai. Dia untung kita gak rugi. Begitu kira-kira.

Jadi ya gak aneh, untuk urusan penanganan kasus Covid ini juga dipilih dengan jalan damai. Tapi, semoga prinsipnya sama ya, dia untung, kita gak rugi.

Nah, bagaimana nih ceritanya supaya prinsip ini jalan. Kalau berdamai dengan menerapkan “new normal”, hasilnya malah bikin kurva penambahan kasus positif Covid makin menukik lagi. Ini sih, kita bisa rugi. Ya gak?

Kita???

Ya kita. Aku, trus kamu !

Kok bisa... ?!

Ya. Kalau memang new normal adalah solusi agar orang gak mati kelaparan dan ekonomi berjalan normal lagi, nyatanya ini akan jadi bumerang pemirsah.

Kenapa demikian?

Lihat saja, saat kurva naik tajam, dan tetanggamu dengan tidak diduga-duga ternyata sudah positif. Dan itu bisa saja terjadi pada setiap kita. Apa yang akan kamu lakukan? Masih bisa hidup dengan cara new normal? Artinya, kamu tetap beraktivitas secara normal dengan menggunakan masker dan cuci tangan, itu saja?

Gak yakin saya !

Saya lebih yakin, cepat atau lambat kehidupan akan seperti saat ada tagar #dirumahaja. Gak ada yang berani keluar lagi. Dan saat itu, memilih diam dirumah menjadi sebuah pilihan, bukan lagi anjuran. Lihat aja penduduk Wuhan. Gak ada yang keluar. Mereka hanya bisa bersorak-sorak menyemangati satu sama lain. Tapi ini bisa jadi, kondisi demikianlah yang dapat menjadi titik balik dari kurva milik Indonesia yang selama ini bisanya menukik. Sadarrrrrr seketika. Ibarat disambar gledek, atau ditampar saat bengong.

Tapi, masak iya... Kita memilih cara ini. Keadaan yang berkepanjangan dan masih belum tampak akhir ceritanya. Atau memilih akhir ceritanya jadi lebih dramatis, trus tragis.

Saya sih sebenarnya gak setuju kita terlalu ngebet new normal. Tapi kan itu saya....bukannya dia.... Tapi apa mau dikata, dia maunya gitu sih. Pengennya untungnya saja. Rugi di kita dia gak hitung gimana. Ini sih bukan damai.

Pada akhirnya, tulisan ini tetap ditutup dengan salam damai. Tapi tidak ada damai untuk Corona. Karena prinsipnya kena di saya rugi. Dan suatu saat dia pasti setuju pada saya dan kita.

Bencoolen,

Mayang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post