Mayang Sari

Lahir di Padang tahun 1982, dan menghabiskan masa kecil di kota Medan. Pendidikan terakhir penulis adalah strata 1 jurusan pendidikan Matematika di Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Islam agamaku

Islam agamaku

Oleh : Mayang Sari, S.Pd

Setiap kali saya membaca komentar-komentar miring tentang Islam, di saat itu pula hati tergerak ingin menjawab segala kekeliruan yang mereka pahami. Namun bertindak tanpa ada ilmu yang cukup dan tanpa adab yang baik, hasilnya akan berujung perdebatan yang tidak akan berkesudahan. Lagi-lagi memilih diam jauh lebih bijak.

Tidak berdebat, tidak menggurui, tidak memaksakan, adalah jalan yang baik untuk menyampaikan sesuatu yang pada akhirnya akan lebih diterima. Bagaimanapun manusia memiliki ego yang kadang lebih menguasai akalnya. Sehingga apapun informasi yang ia dapat selalu tertolak apabila dirinya merasa dikalahkan oleh pemahaman yang tidak sejalan dengan dirinya.

Disaat dorongan hati akan pembelaan semakin memuncak, saya lalu mencoba memahami apa yang membuat hati begitu cinta terhadap agama yang sempurna ini. Saya yakin, mereka yang tidak seiman akan berkata, “Jelas saja karena ia dilahirkan dalam Islam”. Lalu bagaimana jika saya bertanya padanya, “apakah manusia mempunyai kehendak bebas terhadap dirinya?”. Saya yakin semua akan setuju jika jawabannya adalah “semua manusia pasti memiliki hal itu”. Karena keyakinan adalah perkara batin yang masing-masing individu memiliki hak prerogatif untuk menentukan pilihan. Dan hal itu tidak dapat diganggu gugat dan tidak dapat diketahui oleh siapapun.

Apa yang diajarkan dalam Islam adalah “syiar”. Menyampaikan segala kebaikkan yang diketahui adalah kewajiban seorang muslim. Mengajak dalam kebaikkan dan ketaatan bagi sesama muslim adalah perbuatan yang di ridhoi Allah dan mendatangkan banyak pahala. Karena kebaikan tersebut akan berbuah kebaikkan lagi dan berlangsung berkesinambungan.

Islam adalah agama yang sempurna. Mempelajari Islam secara kaffah, tidak akan cukup dengan tulisan ini, apalagi dengan pemahaman yang dangkal. Saya sadar hal tersebut sangatlah jauh dari diri saya. Namun, tulisan ini hanya mencoba menjelaskan setitik dari berjuta ilmu yang ada dan berharap sedikit perubahan cara pandang yang terlanjur sinis terhadap Islam. Berbagi dan mengungkapkan pemahaman ini akan sangat berguna bagi diri saya dan bagi pembaca sekalian.

1. Islam itu bersih

Agama adalah pedoman bagi manusia agar hidup di dunia hingga menuju akhirat menjadi terarah dan benar. Dengan agama yang saya yakini yaitu Islam, manusia tidak hanya dituntun sekedar beribadah pada Allah Swt, namun juga dituntun agar memiliki kualitas hidup yang tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan manusia dapat memiliki kualitas dalam hidupnya adalah dengan memiliki jiwa dan raga yang sehat.

Kesehatan adalah anugrah yang didapatkan karena kasih sayang Allah Swt pada umat manusia. Kesehatan akan membuat manusia mampu beraktifitas dan sukses dalam kehidupannya. Namun demikian memiliki tubuh yang sehat bukan serta merta hanya berkah yang didapat tanpa usaha. Karena sifat Allah yang Maha Adil maka setiap individu yang berusaha akan mendapatkan hasil yang sebanding dengan apa yang diusahakannya. Artinya untuk dapat sehat, setiap individu harus berusaha untuk mempedomani dan menjalani aturan-aturan hidup yang telah dituntun melalui ilmu dan agama.

Kesehatan sangat identik dengan hidup bersih dan disiplin. Misalnya saja, orang yang ingin jauh dari penyakit maka ia harus membersihkan dirinya dari berbagai kotoran yang bisa saja hinggap setiap saat. Seperti yang kita tahu bahwa virus, jamur dan bakteri tersebar di alam dan dapat sewaktu-waktu menjangkiti manusia disaat kondisi tubuh lemah atau menurun.

Sebagai agama yang sempurna, Islam telah mengatur kehidupan manusia agar selalu dalam kondisi bersih dan suci. Aturan-aturan tersebut sangat baku dan wajib untuk dilaksanakan. Adapun aturan-aturan rutin yang diajarkan dalam Islam dan mengarahkan manusia untuk tetap hidup bersih adalah ;

Berwudhu.

Islam mewajibkan shalat 5 (lima) waktu sehari semalam, yaitu subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya. Dan sebagai syarat sah nya shalat maka seorang muslim harus melakukan wudhu. Wudhu adalah membersihkan anggota tubuh dari hadast kecil dengan menggunakan air. Anggota-anggota tubuh dibasuh dan dibersihkan dengan cara tertentu dan menurut urutan yang juga telah ditentukan. Adapun urutannya adalah telapak tangan, mulut, hidung, muka, kepala, lengan, telinga, dan kaki. Jika tidak ditemukannya air maka wudhu diganti dengan bertayammum. Tayammum memiliki tujuan yang sama, yaitu membersihkan anggotan badan namun dengan menggunakan tanah atau debu.

Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al Quran,

Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih) ; sapulah mukamu, dan tanganmu dengan tanah. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah : 6)

Dengan berwudhu 5 (lima) kali sehari semalam, maka tubuh akan tetap terjaga kebersihannya. Apalagi jikalau seseorang tidak saja melakukan shalat wajib (5 waktu), namun juga shalat-shalat sunat maka sangat mungkin wudhu akan dilakukan lebih dari 5 (lima) kali dalam satu hari. Dengan berwudhu maka manusia akan membersihkan diri secara teratur dan terbebas dari segala kotoran.

Thaharah

Thaharah mendapatkan kedudukan utama dalam beribadah. Karena jika tidak melakukan thaharah maka semua amal ibadah tidak akan sah. Thaharah artinya adalah bersuci. Dalam thaharah badan, tubuh harus dibersihkan dari segala najis, hadast besar maupun hadast kecil. Untuk menghilangkan hadast kecil cukup dengan berwudhu. Namun untuk menghilangkan hadast besar maka harus melakukan mandi besar.

Thaharah wajib dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu. Dimana thaharah akan membuat tubuh bersih dan suci kembali. Adapun kondisi-kondisi tersebut adalah :

1. Terkena najis berat misalnya terkena babi, air liur anjing secara sengaja atau tidak sengaja. Cara membersihkannya adalah dengan membasuh bagian tubuh sebanyak 7 (tujuh) kali, baik dengan air ataupun air dicampur dengan tanah.

2. Terkena najis sedang misalnya, kotoran manusia/hewan, darah haid, air mani, bangkai hewan, dan lain-lainnya. Cara membersihkannya dengan mencucinya hingga tuntas dan tidak meninggalkan bekas.

3. Terkena najis kecil, misalnya air kencing bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan sesuatu selain air susu ibunya. Maka membersihkannya cukup dengan memercikkan air di area yang terkena najis atau dengan membasuh.

Menurut yang saya pahami, dengan melakukan thaharah dan berwudhu dengan benar maka sudah pasti seorang muslim adalah manusia yang selalu terbebas dari segala kotoran setiap harinya. Dan Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hal ini.

Selain mendapatkan tubuh yang sehat, orang-orang yang bersih dan suci juga akan mendapatkan ganjaran surga disisi Allah SWT. Didasarkan pada hadist Rasulullah SAW :

“Barang siapa yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian ia berdoa, Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa yang tidak ada Lalu ia berujar, Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang disucikan (dibersihkan) Maka terbukalah seluruh pintu-pintu surga yang berjumlah delapan (bagi orang yang disucikan/dibersihkan) dari mana yang ia suka.” (HR. Muslim dan Turmudzi).

Tidak saja menjaga kebersihan tubuh, Islam juga sangat menganjurkan manusia untuk menjaga kebersihan lingkungan baik itu rumah, tempat ibadah, alam, dan fasilitas umum.

Berkhitan

Khitan bukanlah sebuah ritual. Walaupun awalnya dimulai pada ritual agama, namun saat ini alasan-alasan kesehatan telah banyak terungkap. Dengan proses pengangkatan kulup atau jaringan yang menutupi penis tersebut, ternyata berkhitan sangat memberi dampak kesehatan bagi kaum Adam. Diantaranya, menurunkan risiko infeksi saluran kemih, dan beberapa penyakit seksual ketika seorang laki-laki menjadi dewasa. Khitan disyariatkan dalam Islam, dan hukumnya wajib bagi laki-laki muslim.

Itulah beberapa hal tentang kebersihan yang diajarkan dalam Islam. Agar dapat menjalankan pedoman hidup tersebut secara berkelanjutan maka seorang muslim perlu mendisiplinkan diri.

2. Islam itu disiplin

Mengerjakan Shalat

Shalat wajib 5 waktu adalah bentuk kedisiplinan yang diajarkan dalam Islam. Melaksanakan shalat tepat waktu sangat dianjurkan dan diutamakan. Seorang muslim laki-laki diperintahkan untuk melaksanakan shalat berjamaah di Mesjid. Sedangkan yang wanita, sangat dianjurkan untuk melakukan shalat dirumahnya masing-masing.

Dari hal tersebut saya mencoba memahaminya, bahwa ada kebaikan yang tersirat didalamnya yang kadang tidak disadari. Bagi saya menjalankan perintah shalat adalah wujud penghambaan manusia yang setiap hari dan setiap waktunya tidak luput dari mengingat dan beribadah kepada Allah Swt. Kita tahu, bahwa manusia adalah hamba yang diciptakan, sehingga sudah seharusnya manusia mengingat dan menyembah Penciptanya setiap waktu. Dan shalat berjamaah di mesjid akan menyadarkan umat, bahwa manusia berada pada posisi yang sama sebagai hamba Allah Swt. Selain itu menyuburkan mesjid dengan shalat berjamaah sama halnya menegakkan Islam di muka bumi. Karena ketaatan dan penghambaan manusia akan terlihat sangat nyata.

Sedangkan bagi wanita muslim lebih dianjurkan untuk melakukan ibadah di rumahnya masing-masing. Saya memahaminya sebagai bentuk ketaatan dalam menjaga kehormatan diri. Karena islam sangat menjunjung kehormatan seorang wanita yang patutnya dilindungi.

Apapun pemahaman saya tentang hal ini bukanlah suatu kemutlakan, atau rujukan. Saya menyadari bahwa manusia diciptakan dengan akal pikiran. Maka pemahaman yang berbeda-beda mungkin saja dapat terjadi. Namun, pemahaman yang dapat menambahkan keimanan tentunya boleh dipertimbangkan.

Selain disiplin dalam mengerjakan shalat, banyak sekali ajaran-ajaran dalam Islam yang sangat mendidik umat menjadi lebih menghargai waktu. Hal ini pun dijelaskan dalam Firman Allah Swt ;

Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS : Al Asr; 1-3)

Dari surat tersebut, Allah Swt memerintahkan manusia untuk menghargai waktu. Yang lalai dan tidak memperdulikan waktu yang berlalu akan mendapatkan kerugian besar dalam hidupnya. Dan kehidupan itu layaknya diisi dengan beribadah dan melakukan banyak kebajikan. Salah satunya adalah dengan saling ingat-mengingatkan.

Cara seorang muslim menghargai waktu adalah dengan me-manage dirinya untuk mempergunakan waktu sebaik-baiknya. Misalnya bekerja, belajar, beribadah, bersilahturahmi, berolah raga, dan segala hal yang mendatangkan kebaikan dalam kehidupan. Dengan tetap pada koridor tidak melalaikan shalat 5 waktu. Shalat dapat menjadi meditasi jiwa dan pengendalian nafsu untuk tidak berlebih-lebihan dalam mengerjakan sesuatu. Saat motivasi bekerja begitu tinggi, maka shalat menghentikan manusia untuk sesaat mengingat Sang Pencipta, agar setiap tindakan yang didorong oleh ambisi dapat terkendali. Dan segala kesempatan dan niat yang buruk dapat ditepiskan karena adanya rasa takut pada Yang Maha Kuasa. Seperti itulah seorang mukmin yang jiwanya penuh iman dan rasa takut pada Illahi. Dan inilah wujud Islam yang mendamaikan jiwa umatnya dan menjauhi dirinya dari kesesatan.

Disiplin dalam Islam yang kasat mata dapat terlihat dalam teraturnya barisan umat saat shalat berjamaah. Gerakan shalat yang seragam dan teratur dengan seorang imam yang memimpinnya. Dalam barisan tersebut, tampak jelas bahwa Islam tidak memandang kedudukan manusia karena gelar, jabatan ataupun usia. Semua sama dihadapan Allah Swt. Yang membedakannya hanya keimanan dan ketakwaannya. Dan hal itu hanya Allah Swt sajalah yang berhak menentukannya.

Selain itu, pemisahan wanita dan laki-laki dalam shaf shalat berjamaah dengan posisi laki-laki yang berada didepan wanita, sebagai wujud bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Pemisahan ini akan selalu menyadarkan kaum laki-laki akan amanah yang diembannya. Maka dalam beribadah dan dalam menjalankan kepemimpinan di dunia, laki-laki adalah pemimpin dan pelindung kaum wanita yang telah diberkahi Allah Swt dengan segala kelebihannya. Begitulah salah satu wujud Islam dalam memuliakan wanita.

Berpuasa

Berpuasa adalah ibadah yang diajarkan dalam Islam, dan hukumnya wajib dilakukan selama bulan Ramadhan. Berpuasa tidak saja mengajarkan bagaimana mewujudkan rasa simpati dan empati pada kaum duafa yang selalu merasakan kelaparan karena kekurangan makanan. Namun juga mengajarkan manusia untuk mendisiplinkan dirinya untuk taat dan patuh pada perintah Allah Swt. Perintah berpuasa terdapat dalam firman Allah Swt yaitu :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah : 183)

Dengan menjalankan puasa, seorang mukmin akan merasakan susah payahnya menahan kelaparan dan kehausan. Sehingga bagi seseorang yang dapat mengambil hikmah dari apa yang ia rasakan tersebut akan membuatnya lebih mensyukuri nikmat Allah Swt yang telah ia dapat selama ini.

Berpuasa juga mengajarkan manusia untuk hidup teratur dan mampu mengendalikan hawa nafsu. Seperti yang kita tahu, bahwa aturan dalam puasa adalah menahan diri selama waktu yang telah ditentukan. Dimana, puasa adalah ibadah yang dilakukan mulai terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Saat berpuasa seseorang harus menahan hal-hal yang membatalkan puasa yaitu makan, minum, dan perbuatan maksiat.

Dalam hal hikmah puasa, mungkin sebagian orang menekankan puasa hanya sebatas menahan diri dari urusan perutnya saja. Padahal puasa memiliki makna yang lebih luas dari itu. Puasa bertujuan agar seseorang dapat sampai pada derajat takwa. Sedangkan takwa itu sendiri adalah posisi yang paling mulia di sisi Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam Al Quran :

“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian” (QS : Al Hujurat :13)

Berzakat

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan apabila telah mencapai syarat-syarat tertentu. Zakat dimaksudkan sebagai pembersihan atau pensucian harta dan jiwa dari yang memberikan zakat. Dimana seseorang yang melakukan pembayaran zakat adalah orang-orang yang beriman dan iklas dengan ketentuan Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah Swt pada ayat berikut :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (At Taubah : 103)

Dalam Islam, semua mukmin diajarkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan amal yang bermanfaat bagi mukmin yang lainnya. Selain zakat, ada pula sedekah yang intinya memiliki tujuan sama yaitu berbagi pada sesama. Dan Allah memberikan ganjaran yang berlipat ganda bagi orang yang telah membagikan sebagian hartanya bagi orang lain. Allah Swt akan menggantinya dengan banyak kebaikkan dalam kehidupan orang tersebut. Dalam ayat berikut Allah Swt berfirman :

“Dan sesungguhnya riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipat gandakan” (Ar Rum : 39)

Itulah beberapa hal yang wajib dijalankan oleh seorang muslim. Melakukannya adalah bentuk kedisiplinan diri, dan tujuannya adalah meraih ketakwaan yang mulia di sisi Allh Swt.

Islam itu beradab

Selanjutnya, Islam adalah agama yang mengajarkan tentang adab. Adapun manusia adalah makhluk yang memiliki keterkaitan dengan Allah Swt sebagai hamba, atau yang disebut Habluminallah. Dan sebagai makluk sosial, atau disebut Habluminannas.

Hubungan vertikal dan horizontal ini diatur dalam Islam sehingga manusia dapat berlaku benar dan baik bagi dirinya, orang lain, alam dan makhluk ciptaan Allah Swt lainnya. Sehingga hubungannya dapat terjalin harmonis dan seimbang di muka bumi.

Hubungan manusia pada Sang Khalik tidak terlepas dari masalah iman seseorang. Seseorang yang mengimani Allah Swt sebagai Tuhan Yang Esa akan menempatkan dirinya sebagai hamba yang taat. Dimana ibadah yang dilakukan seseorang adalah kebaikkan untuk dirinya bukan untuk kebaikkan Allah Swt. Karena Allah Swt tidak membutuhkan hal itu melainkan manusia itu sendirilah yang membutuhkannya. Sebagai hamba, manusia membutuhkan Allah Swt untuk kehidupannya di dunia maupun di akhirat. Tanpa ridho dan kehendak Allah Swt masusia tidak akan mampu menolong dirinya sendiri. Oleh sebab itu beriman tidak hanya sekedar mengucapkan iman dari kata-katanya, melainkan diwujudkan dengan perbuatan yang nyata yaitu takwa dan taat.

Manusia yang beriman akan selalu beribadah semata karena Allah Swt. Dan berdoa, memohon hanya pada Allah Swt. Manusia yang telah menempatkan dirinya pada penghambaannya pada Tuhannya akan memiliki kontrol diri untuk tidak berbuat menyimpang. Karena rasa takut akan azab dan ganjaran yang akan ia terima nantinya.

Sedangkan hubungan manusia secara horizontal diatur pula dengan adab yang jelas. Salah satunya adalah hubungan antara anak dan orang tua. Islam mengajarkan bagaimana anak berprilaku pada orang tuanya. Hal ini terdapat pada firman Allah Swt ;

“Dan Rabb mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai pada usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu aku kecil” (QS : Al Israa :23-24)

Dari ayat diatas jelaslah bahwa Islam mengajarkan setiap manusia untuk menghormati dan menyayangi orang tua. Memuliakan orang tua adalah perkara yang wajib. Yang melanggarnya tentu akan mendapatkan ganjarannya kelak.

Perintah untuk menghormati orang tua juga terdapat pada ayat ;

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku lah kembalimu” (QS : Luqman : 14)

Pada masyarakat saat ini, dimana kehidupan modern sangat mempengaruhi perkembangan prilaku anak-anak. Banyak sekali anak-anak yang tidak santun pada orang tuanya. Perhatian anak-anak telah terkontaminasi dengan fasilitas dan kecanggihan teknologi. Sehingga perhatian anak-anak akan berpaling pada hal-hal yang praktis. Orang tua dianggap sebagai gangguan dari kesenangan.

Inilah fungsinya agama, yang tetap menuntun anak manusia agar selalu berprilaku pantas pada orang tuanya. Melalaikan orang tua sama halnya melalaikan perintah Allah Swt.

Adab berikutnya adalah adab terhadap sesama muslim dan seluruh manusia di dunia. Islam adalah agama yang damai. Islam menginginkan kehidupan yang seimbang dan harmonis di dalam masyarakat. Karena Allah Swt telah menciptakan manusia dalam bentuk bermacam-macam dan berbagai bangsa. Tujuannya adalah agar manusia bisa saling mengenal dan menyadari betapa Maha Besarnya Allah Swt.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS : Al Hujurat : 13)

Meskipun Allah Swt telah menciptakan manusia bermacam-macam namun yang paling mulia bagi Allah Swt bukanlah yang paling baik dan rupawan bentuk dan wajahnya. Karena yang paling mulia hanyalah yang paling bertakwa.

Perbedaan yang terlihat dengan kasat mata, bukan menjadi alasan bagi kita mengatakan bahwa kitalah yang paling baik. Wajah ataupun rupa, kulit yang berwarna hanya cara Allah Swt untuk menguji ketaatan kita. Apakah kita menjadikan kecantikan dan ketampanan sebagai kesombongan ataukah diri kita menjadi semakin beriman karena menyadari besarnya kuasa Allah Swt dalam menciptakan makluknya.

Adab dalam Islam mengatur seluruh aspek yang menghubungkan manusia dengan manusia, alam dan makluk lainnya. Semuanya sangat terinci. Perilaku yang dilarang dan perilaku yang terpuji semuanya jelas tertulis dan diatur dalam dasar yang kokoh, yaitu Al Quran dan Hadist.

Sebagai makluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia lainnya. Bermasyarakat, bertetangga, bernegara, semuanya tertulis dalam Islam dengan aturan-aturan yang jelas. Diharapkan dengan mematuhi aturan-aturan tersebut maka manusia dapat memberi manfaat pada kehidupan itu sendiri. Seperti yang disebutkan dalam Al Quran :

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS : Al Isra : 7)

Dan di dukung pula dengan hadist yang mengatakan :

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi manusia lainnya” (HR. Ath Thabarani dan Ad Daruquthni dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al Abani dalam Shahih Al Jami’ No3289)

Dari apa yang saya jabarkan diatas, saya berharap pembaca menyadari bahwa Islam adalah agama yang penuh rahmat bagi sekalian alam. Allah Swt telah menyempurnakan Islam sebagai agama yang membawa manusia kejalan yang benar selama manusia berada di dunia dan kembali ke alam akhirat nantinya. Hidup dalam kedamaian, keindahan dan dengan kualitas hidup yang tinggi. Semoga langkah kecil ini sedikit dapat mengubah cara pandang yang sempit dari orang-orang yang merasa patut menilai dengan pengetahuan yang minim. Karena penilaian bukan sekedar berdasarkan nalar manusia yang kerdil. Namun juga perlu didasari ilmu yang cukup.

Pada akhirnya saya menyadari bahwa tulisan ini adalah tulisan sederhana, yang sarat dengan kekurangan. Namun dimulaikan dengan niat yang baik. Semoga tulisan ini menjadi amalan bagi penulis, dan berkah bagi pembaca sekalian.

terimakasih

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post