Mayang Sari

Lahir di Padang tahun 1982, dan menghabiskan masa kecil di kota Medan. Pendidikan terakhir penulis adalah strata 1 jurusan pendidikan Matematika di Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web
KRISIS IKLIM ITU NYATA

KRISIS IKLIM ITU NYATA

Padang, Desember 2019.

Kemarau panjang di tahun 2019 cukup meninggalkan dampak yang besar bagi masyarakat Indonesia. Menurut data BMKG, Indonesia mengalami peningkatan suhu hingga berada di puncaknya sejak 30 tahun terakhir. Tercatat di stasiun Meteorologi Hasanuddin, pada bulan Oktober 2019, suhu di Makassar telah mencapai 38, 8° C. Dan begitu juga daerah lainnya di Indonesia yang mengalami peningkatan suhu rata-rata berkisar antara 35-37°C.

Kemarau yang berlangsung hampir 4-5 bulan telah mengakibatkan beberapa daerah mengalami krisis air bersih. Diantaranya pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara. Sebagai dampaknya petani harus rela gagal panen tahun ini akibat ladang dan sawahnya mengering.

Peningkatan suhu juga menyebabkan lahan gambut dan hutan menjadi mudah terbakar akibat kekeringan. Menurut data BNPB, karhutla yang terjadi tahun 2019 telah merusak 857.000 Ha lahan hijau dan dinyatakan terparah sejak 3 tahun terakhir. Beberapa kekayaan hayati juga terancam kelestariannya.

Begitupun dampak kesehatan yang ditanggung oleh masyarakat yang daerahnya terdampak paling buruk akibat karhutla. Selama hampir sebulan daerah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan telah mengalami hari-hari terburuk akibat kualitas udara menurun dan memburuk hingga berada di level berbahaya. Kegiatan perekonomian lumpuh. Dan ribuan generasi emas anak-anak Indonesia telah terpapar udara tidak sehat yang akan berpengaruh pada kesehatannya di masa depan.

Kemarau panjang adalah ancaman yang sangat serius dan perlu adanya penanggulangan dan kesiapan masyarakat menghadapinya. Kemarau panjang yang terjadi tahun ini adalah dampak dari perubahan iklim global (global warming) yang juga mempengaruhi iklim dan cuaca di seluruh dunia.

Pada kenyataannya beberapa negara telah mengalami peningkatan suhu ekstrem sehingga mengakibatkan gelombang panas (heat wave) yang mematikan seperti di Australia, Amerika, India, dan China. Dan menyebabkan hutan Amazone juga mengalami kebakaran hebat di tahun ini.

Global warming sangat terkait dengan mencairnya es di kutub utara (Artik) dan Kutub Selatan (Antartika). Berdasarkan kalender meteorologi, bulan Oktober di Kutub utara telah mengalami pergeseran musim dari musim gugur (autumn) ke musim dingin (winter), sementara di Kutub Selatan bergeser dari musim semi (spring) ke musim panas (summer). Pemanasan global ini telah terjadi dan bahkan panel perubahan iklim dari PBB (IPCC) memberi peringatan dini bahwa pada tahun 2030 adalah batas akhir untuk mempertahankan kenaikan suhu dunia di bawah 2 celcius (kesepakatan Paris).

Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa bumi sudah memasuki masa krisis iklim. Dengan menunjukkan perubahan-perubahan yang nyata. Dan kita harus siap kedepannya dengan kekacauan cuaca yang tiba-tiba. Namun sayangnya tidak semua penduduk bumi memahami hal ini. Padahal krisis iklim akan sangat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan yang aman dan nyaman bagi semua makhluk hidup di muka Bumi.

Walaupun demikian, Greta Thunberg seorang remaja biasa lewat aksi mogok sekolahnya demi menyuarakan keresahannya tentang perubahan iklim telah membuka mata dunia untuk peduli akan hal ini.

Aksi Greta telah menginspirasi masyarakat dunia untuk melakukan aksi demo iklim global dengan mengajak pemimpin dunia melakukan kebijakan yang dapat menghambat terjadinya krisis iklim. Salah satunya adalah menghentikan penggunaan batubara sebagai sumber energi. Karena emisi batubara yang digunakan untuk PLTU adalah salah satu penyumbang terbesar penyebab terjadinya efek rumah kaca.

Saya juga mengajak anda untuk memahami keadaan ini. Walaupun anda bukanlah penyebab dari perubahan iklim, namun anda adalah penduduk bumi yang seharusnya tahu dimana harus berdiri dan bagaimana harus bersuara. Menjaga lingkungan adalah hal terkecil yang dapat kita lakukan. Namun mengatakan “Pukul Mundur Krisis Iklim” harus sama-sama kita suarakan. Jangan sampai badai dahsyat, kemarau panjang, gelombang panas, dan lain-lain baru membuat kita sadar akan pentingnya menjaga kestabilan iklim dunia.

~Mayang~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih paparandan pengingatnya. Sukses selalu dan barakallahu fiik

30 Dec
Balas

Terimakasih ibu Siti Ropiah

30 Dec
Balas



search

New Post